Yang Tersisa Semakin Bermakna
Penulis :
Lely Wahyuniar, Tanti Soeranto, Avita Aliza Leonas Ch, Elvina Karyadi, Ichwan Baedi Laila Mustikaningrum, Suwito Laros, Fitri Ningrum Helda Khusun, Yani Tarochbie, Anggy S. Endah Pustakasari
Tebal : 151 Halaman
Ukuran : 14,5 x 20,5 cm
Harga : 80.000
QRCBN : 62-250-5384-787
Tagline untuk buku ini “Yang Tersisa Semakin Bermakna”, kuambil dari ungkapan rutin temanku yang bernama Ires yang selalu mengucapkan hal yang sama ketika teman-temannya berulang tahun. Selamat Ulang Tahun, Semoga yang Tersisa Semakin Bermakna. Aku merasakan ungkapan ini sangat dalam artinya. Tahun depan, 10 Mei 1967, usiaku akan genap menjadi 58 tahun. Oh, tidak terasa usiaku semakin menipis. Apakah masih banyak waktu untuk berbagi kebaikan kepada orang lain? Sebaik-baik manusia adalah yang paling manfaat untuk orang lain. Manfaat disini tidak perlu langsung dalam skala besar, namun sedikit tapi rutin ini sudah sangat berguna. Apakah aku siap dipanggil Allah kapanpun? Bekal apa yang bisa kubawa pulang? Waduh, pikiran itu sering berputar di benakku. Aku ingin berpulang dengan mempunyai legacy kebaikan. Berarti aku harus membuat waktuku yang tersisa semakin bermakna. Walaupun pekerjaanku sebagai pekerja kantoran yang hidup dengan rutinitas yang monoton, namun aku merasa tetap mencintai pekerjaanku. Setiap hari, aku memang bangun pagi dengan semangat, aku sangat bersyukur karena pekerjaanku berhubungan dengan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Sehingga, akan aku niatkan pekerjaanku sebagai ibadah. Semoga Allah berkenan mengabulkannya. Aamiin.
Setiap orang memiliki batas waktu di dunia ini. Tak ada yang tahu berapa lama waktu kita akan berlangsung. Kadang kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan hal-hal yang benar-benar penting. Sisa waktu kita, meskipun sedikit, bisa dipenuhi dengan hal-hal yang memberi makna. Aku sudah lama belajar bahwa kebahagiaan itu bukan dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa banyak yang kita beri dan nikmati. Sebagai contoh kita dapat meluangkan waktu untuk orang-orang yang kita sayangi, bantu mereka tanpa pamrih. Jangan takut untuk mengejar impianmu, meski kecil dan yang terpenting, hargai setiap momen yang ada—apakah itu sekadar duduk menikmati matahari terbenam, mendengarkan musik yang kamu suka, atau membantu seseorang yang membutuhkan.
Cobalah menikmati untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga kita. Kita juga bisa berbicara lebih sering dengan teman-teman yang sudah lama tidak kita hubungi. Ada juga yang paling penting adalah mulai menyisihkan waktu untuk diri sendiri—untuk berkelana, mengejar hobi yang dulu kita tinggalkan, dan menulis jurnal untuk mencatat perjalanan hidup kita. Setiap hari adalah kesempatan untuk memberi dan menerima kebahagiaan—meski dalam bentuk yang sederhana.
Sisa waktu yang ada memang tak bisa diprediksi, tapi dengan menjalaninya dengan penuh kesadaran dan kasih sayang, aku tahu bahwa hidupku kini memiliki makna yang jauh lebih dalam. Waktu yang tersisa bukan hanya soal kuantitas, tetapi bagaimana kita mengisinya dengan kualitas—dengan memberi, berbagi, dan menghargai setiap detik yang ada. Seiring bertambahnya usia, kita bisa semakin bijaksana dalam memilih hal-hal yang benar-benar memberi makna bagi kita dan orang lain.
Setiap orang pasti memiliki titik di mana mereka bertanya, "Apakah hidup saya sudah cukup bermakna?" Mungkin saat itu datang di saat kita merasa telah berjalan begitu jauh dalam rutinitas yang monoton, atau ketika kita mendapati diri kita sudah terlalu banyak mengejar hal-hal yang ternyata tidak membawa kebahagiaan sejati. Tapi ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk menjadikan sisa hidup kita lebih bermakna. Setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan untuk memulai kembali, untuk menemukan tujuan yang lebih dalam, dan untuk memberi kontribusi positif bagi diri sendiri dan orang lain. Menemukan tujuan hidup itu penting untuk membuat hidup kita semakin bermakna. Kalau anda seorang muslim, tentu tujuan hidup kita adalah mencari rida Allah. Bagaimana cara mendapatkannya? Itu yang harus kita pelajari, tekuni dan amalkan tentunya.
Yuk, mulai kita temukan tujuan yang lebih besar dari kita sendiri. Kita sering kali terjebak dalam pemikiran bahwa kebahagiaan datang dari pencapaian pribadi—seperti meraih kesuksesan, memiliki kekayaan, atau mendapatkan pengakuan. Namun, sebenarnya kebahagiaan yang lebih dalam sering kali ditemukan ketika kita menyadari bahwa hidup kita bisa memberi dampak positif bagi orang lain. Apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain? Apakah itu dengan memberikan waktu untuk keluarga, mendukung teman-teman yang membutuhkan, atau bahkan berkontribusi dalam komunitas melalui kegiatan sosial?
Ketika kita memberi tanpa mengharapkan imbalan, kita akan merasa lebih puas dan hidup kita terasa lebih bermakna. Tujuan kita tidak lagi hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi pada bagaimana kita bisa menjadi bagian dari kehidupan orang lain, menciptakan perubahan positif, dan memberi manfaat bagi sesama.
Tujuh tahun lalu, aku memutuskan mendirikan sekolah kejar paket A, B dan C karena melihat anak-anak yang kurang beruntung di sekitar aku tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Sekolah ini berjalan di garasi rumahku, lalu diperluas ke penjara anak dan penjara perempuan. Bersama yayasan yang kudirikan, Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia, Aku membuat banyak program yang bertujuan melakukan pencegahan perundungan di kalangan anak sekolah, lalu program pencegahan pernikahan dini di Indramayu serta program coaching pengembangan karir dan kebahagiaan. Aku ingin memberikan dampak positif bagi masyarakat, supaya punya kehidupan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar