Sejarah dan Pemikiran Orientalisme al-Qur’an dan Hadits
Penulis: Dr. Abdul Karim, SS., MA. & Abdullah Hanapi, M.Hum.
Tebal: 97 halaman
Ukuran: 18 cm x 25,5 cm
ISBN: on proses
Tidak dipungkiri saat ini kajian KeIslaman tengah mengalami determinisme, yang didekati dengan beragam perspektif. Tulisan dalam buku ini terbagi menjadi beberapa tema pilihan dalam Orientalisme al-Qur’an dan Hadits, menghadirkan wacana pembicaraan “Sejauh mana penelitian Barat terhadap Timur terus dilakukan?”. Bukan tanpa sebab tentunya, selain menjembatani pembahasan orientalisme, juga dimaksudkan mengulas alasan-alasan rasional atas penelitian Barat terhadap al-Qur’an.
Orientalisme dan studi al-Qur’an di Indonesia merupakan kajian yang menarik dan selalu diperbincangkan, mengingat kajian tentang ini sebenarnya sudah lahir dan berkembang lama sebelum dekade 2000, yaitu hasil dari perhelatan dua kecenderungan antara Islam Progresif dan konservatif, dimana pada saat ini di perguruan tinggi yang konsen terhadap studi Islam tengah mengalami dua kecenderungan ini, satu sisi mengarah kepada progresivitas dan menjadikan Barat salah satunya sebagai rujukan karena menganggap sebagai kiblat bagi perkembangan ilmu saat ini, pengembangan ilmu ramai terjadi berada di Barat dan supaya kajain-kajian keIslaman menggunakan pendekatan yang aktual, di sisi lain kecenderungan lama ingin melakukan hegemoni studi-studi tradisional untuk mencirikan kajian keagamaan perguruan tinggi di Indonesia, akibatnya kelompok ini akan tidak setuju terhadap determinisme yang diajukan kelompok progresif yang menjadikan Barat sebagai sumber. Pergeseran kecenderungan tersebut baru terjadi di saat fase Perguruan Tinggi secara massif mengakomodasi kecenderungan yang progresif mengambil peran-peran strategis di Pergurun Tinggi, salah satunya melalui Study abroad dan setelahnya memberikan wajah baru pemahaman di kampus keagamaan di Indonesia.
Orientalisme pada prinsipnya bukan merupakan kajian “terpisah” yang dibedakan berdasarkan tema, hanya saja cenderung dipetakan dengan tujuan memenuhi pengembangan keilmuan yang dianggap relevan, ini dibuktikan bahwa kajian orientalis terhadap al-Qur’an terkadang ditemukan kajian lain seperti Hadits, Nabi Muhammad, living Muslim dan lainya, setidaknya karya orientalis Jerman setelah 1900 M tentang katagolisasi pencarian Hadits berdasarkan tema, dan karya berupa mu’jam yaitu kosakata al-Qur’an telah memberikan peran signifikan bahwa semua orientalis tidak dapat disamakan, hanya saja kajian terhadap Timur dalam sejarahnya lebih ramai dibicarakan dibandingkan “oksidentalisme” yang menjadikan Barat sebagai obyek. Pertanyaannya apakah kajian al-Qur’an yang dilakukan oleh orientalis harus ditolak karena dianggap adanya “tendensi” yang hanya akan memunculkan klaim sepihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar