Lawu
Penulis: Dewi Rahmawati
Tebal: 69 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
Harga: 50.000
QRCBN: 62-250-5710-080
Halo para pembaca!
Dengan senang hati, saya persembahkan novel pendakian di salah satu gunung di Jawa Tengah ini untuk kalian. Kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi saya namun, beberapa nama disamarkan untuk menghormati teman-teman saya yang ikut terlibat dalam perjalan saya yang penuh lika-liku nya, dan saya harap bisa membawa kalian dalam petualangan yang tak terlupakan.
Selamat membaca!
Salam hangat, Dewi.
Pagi itu cuaca sangat Terik dan cerah, tidak terlihat mendung sama sekali. Hargo Dumilah nampak gagah dilihat dari segi manapun. Namun, siapa sangka kalau pemandangan secantik ini menyimpan sebuah misteri yang tidak bisa diterima akal sehat. Bukan hanya sebuah misteri, keputusasaan juga menyelimuti setiap insan yang ingin sampai di atas Hargo Dumilah ini.
Tahun 2021 tinggal hitungan hari lagi, meninggalkan kenangan-kenangan di tahun ini yang harus dilupakan begitu saja. Sebagian orang mungkin akan melewati pergantian tahun dengan liburan atau bercengkrama hangat dengan keluarga masing-masing. Namun berbeda dengan Anjani, dia sudah sibuk memilih gunung untuk kabur melewati pergantian tahun. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi Anjani untuk naik gunung saat tahun baru. Anjani tergolong sebagai pendaki aktif yang hampir tiga bulan sekali naik gunung. Dia juga memiliki relasi yang cukup luas di kalangan pendaki, bukan hanya kalangan pendaki di Jawa Tengah.
Setelah melewati pergolakan batin dan menimang-nimang akhirnya Anjani memilih gunung Lawu untuk mengisi kegiatan tahun baru ini. Anjani ingin menikmati sabana cantik yang dibicarakan orang-orang. Selain itu, Anjani ingin mendapatkan pengalaman mistis naik gunung. Karena setiap naik gunung dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk merasakan kisah mistis seperti kebanyakan orang. Dan, gunung Lawu merupakan salah satu gunung paling angker di Jawa Tengah (kata orang-orang sih).
Tanpa membuang waktu lagi Anjani langsung menghubungi salah satu grup pendakian yang ada di ponselnya. Grup itu terdiri dari beberapa pendaki di seluruh Indonesia, dan kebetulan Anjani sudah akrab dengan anggota-anggota yang ada di grup itu.
***
Selama perjalanan Zaenal tetap dengan tatapan kosong dan menutup telinganya. Sampai di pos 4 mereka tidak beristirahat sama sekali. Hal tersebut dikarenakan Zaenal menjerit histeris ketika melihat shelter pos 4. Tidak ingin mengambil risiko mereka langsung melanjutak perjalanan. Sesampainya di pos 3 mereka beristirahat sebentar untuk makan siang. Mereka membuat mie instan lagi. Setelah mengisi perut dan tenaga mereka melanjutkan k epos 2. Mereke sampai k epos 2 pukul 16.00 WIB. Tidak ada gangguan yang berlebih selama perjalanan menuju pos 2. Perjalanan dari pos 2 ke pos 1 juga dilalui dengan aman. Mereka masih bercanda di sepanjang jalan.
Mereka sampai di Candi Kethek pukul 17.30 WIB. Tidak ingin melanjutkan perjalanan karena akan berpapasan dengan magrib, mereka beristirahat sebentar. Namun, Faldi menyuruh mereka untuk tetap berjalan sampai di gerbang pendakian. Dari sana rombongan dipecah menjadi dua. Faldi, Zaenal, Irul turun lebih dahulu, sementar teman-teman yang lain beristirahat sebentar di warung yang ada di candi kethek.
Sekitar pukul 18.00 WIB Anjani dan teman-temannya melanjutkan perjalanan menuju basecamp. Selama beristirahat Anjani merasa terus diawasi dan hawa di sana mendadak berubah tidak enak. Beberapa kali Anjani melihat sekelebat cahaya putih yang terbang melintasi mereka. Anjani sebenarnya ketakutan namun, dia mencoba menipisnya agar teman-teman yang lain tidak ikut panik.
Anjani merasa bersyukur Ketika melihat gerbang pendakian sudah ada di depan matanya. Segera Anjani berjalan secepat yang ia bisa supaya cepat sampai di basecamp. Setibanya di basecamp ia melihat Zaenal yang berteriak-teriak dan muka yang merah. Zaenal seperti orang yang kesakitan, disamping Zaenal sudah ada Irul dan Faldi. Hanya ada rombongan Anjani saja di dalam basecamp itu.
Anjani semakin terkejut Ketika Zaenal menunjuk Anjani sambil berlinang air mata. Anjani yang kebingungan melihat hal itu langsung disuruh Faldi untuk mendekat. Masih dengan perasaan bingung dan takut Anjani mendekati Zaenal yang terus menatapnya sambil menangis. Zaenal meraih tangan Anjani dan meminta ampun dari Anjani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar