Hati yang Terluka
Penulis: Fara Nia Sofiahana
Tebal: 56 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
Harga: 45.000
QRCBN: 62-250-3200-082
Puisi merupakan media pengungkapan rasa. Banyak hal yang mungkin tidak dapat terekspresikan dengan langsung berbicara. Karena, pada dasarnya tidak semua hal dapat diungkapkan.
Ada beberapa rasa yang justru akan lebih baik dipendam. Maka, setiap curahan luka perlu dituangkan dalam media yang tepat. Tanpa harus menyakiti atau merugikan orang lain.
Antologi ini berisikan luapan emosi, rasa sakit, dan luka yang terpendam. Beragam luka yang berbalut dalam rangkaian kata dengan harap mampu memberikan makna bagi pembaca.
Penulis berharap, melalui antologi puisi ini pembaca dapat menyelami setiap maknanya. Memaknai kehidupan dengan tepat, meski hati tersayat.
Dunia bukan hanya tentang bahagia. Maka, jika pada suatu masa ada duka kita harus siap berterima.
Salam hangat dari penulis. Semoga kita menjadi manusia yang kuat dan tegar dalam mengarungi kehidupan.
Selamat membaca dan menyelami makna !!!
Daftar Isi
1. Sesal 2
2. Pejuang 4
3. Tangis 6
4. Titipan Tuhan 8
5. Hanya Manusia 10
6. Nihil 12
7. Tulang Rusuk 14
8. Analogi 16
9. Setara 18
10. Sesak 20
11. Runtuh 22
12. Berterima 24
13. Bukan Aku yang Dahulu 26
14. Berlayar Tanpa Tepi 28
15. Sebatas Harap 30
16. Seharusnya 32
17. Bungkam 34
18. Bukan Cinta 36
19. Sebatas Janji 38
20. Manusia Bodoh 40
21. Cinta yang Salah 42
22. Pada Akhirnya 44
23. Tamparan 46
24. Ujung Penyesalan 48
Sesal
Sesal?
Satu kata
Beribu jawab antre dalam barisannya
Tercipta
bukan untuk diubah
Terwujud
bukan untuk jadi terpuruk
Takdir kah namanya?
Pertemuan yang bermula keindahan
Bermuara pada rasa sakit yang tiada habisnya
Pejuang
Teringat pada empat roda yang melaju
pada gelapnya dunia
Berbatas dengan habisnya malam
Suara rintih
Rasa sakit
Teriring dengan kecemasan
Menemani seiring tujuan
Pejuang tetapi bukan pahlawan
Hanya seorang wanita yang berjuang memberikan kehidupan
Tangis
Terdengar suara tangis
tetapi tidak untuk bersedih
Suara yang kunantikan hadirnya dengan menahan segala luka
Saat seketika azan berkumandang pada dekat telinganya
Saat itu pula kutitipkan sebuah doa pada setiap deret nama
Titipan Tuhan
Jika harus merasa sesal
Aku pun tak apa
Karena pada akhirnya
Titipan-Mu ini begitu indahnya
Dada begitu sesak melihat dunia
Tapi tidak lagi jika aku melihat senyumnya
Bahagiaku bukan lagi tujuan
Tapi kehidupannya adalah impian yang harus aku wujudkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar