Anggrek
Penulis: Alifia Febriani Alawiyah Khotijah
Tebal: 53 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
Harga: 45.000
QRCBN: 62-250-4910-252
Alhamdulillah karya kompilasi dari guru dan peserta didik ini mampu disatukan dalam Antologi Puisi Anggrek, di mana di dalamnya para penulis menuangkan segala rasa kedalam larik-larik sajak yang tertoreh melalui tulisan. Sejatinya yang terucap tak kan terikat dan yang tertulis tak kan terkikis. Begitupun dengan rasa yang penulis hadirkan dalam tulisan berbentuk puisi, agar nantinya perasaan yang penulis rasakan tak kan tertelan oleh zaman dan tidak tergerus oleh arus.
DAFTAR ISI
Pukul Lima 1
Malam Minggu 2
Jarak dan Waktu 3
Batas Kota 4
Tak Satupun 5
Rindu 6
Penyesalan 7
Rasa Cinta 8
Izinkan Aku Mengecup Keningmu 9
Setetes Embun Pagi 10
Setitik Kebahagiaan 11
Untuk Hujan 12
Seroja 13
Titik 14
Selat Malaka 15
Sahabatku 16
Anggrek 17
Aku Tidak Mau Cantik 18
Bebaslah 19
Berdua Saja 20
Tidur 21
Abjad Penyemangatku 22
Cinta sebatas Lantai dan Kepala 23
Sepuluh atau Seratus Hari 24
Muak 25
Cintaku seperti Embun 26
Cinta Surga 27
Rindu 28
Malaikatku 29
Rindu Dadadu Didu 30
Kepada Engkau 31
Aku Sendiri 32
Untukmu 33
Rasa Yang Tak Lagi Sama 34
Jam Rasa 35
Wahai Hujan 36
Tidak Lain Hanyalah… 37
Tidak Baik untuk Jantungku 38
Simpan Sadja 40
Dalam Puisiku, Kamu Abadi 42
Ini Arahnya Kemana? 43
Lelaki tidak Bercerita 44
Rahasia Hatiku 45
Dompetku 46
Pukul Lima
Pukul lima
Sepulang mengaji
Anak-anak berlarian ke luar langgar
Membawa tentengannya
Berkerumun bersama
Menjalin kehangatan
Membeli siomay atau es potong
Berpikir hari ini bermain apa
Petak umpet atau lompat tali
Pukul lima
Hari ini
Sepulang kerja
Aku tersenyum mengingat hari itu
Malam Minggu
Malam Minggu, aku berkunjung ke kotamu
Bertemu menggugurkan rindu
Bulan purnama bulat sempurna
Seolah setuju
Senyummu ayu malam itu
Malam Minggu di sela sibuk duniamu
Mata kita beradu
Pikiran berderu
Aku tenggelam karenamu
Malam Minggu berakhir satu
Aku meramu, engkau merayu
Tawa menghiasi waktu
Sampai jumpa lagi, di malam Minggu
Jarak dan Waktu
Entah sampai kapan harus begini
Kau di ujung timur dan aku di ujung barat
Aku hanya bisa mengagumimu
Dengan harapan kau akan datang
Nasi pun telah menjadi bubur
Dan kau tak kunjung datang
Aku menanti sudah cukup lama
hingga nafas ini lelah berhembus
Batas Kota
Kata itu
Entah aku atau kau yang memulai
Di batas kota nan sunyi itu
Kau tak menampakan sesuatu
Hanya senyum manis yang kau sembunyikan
Aku bukan paranormal bukan juga intelejen
Aku tak tau apa isi hatimu
Yang kutau hanya perasaan yang mulai pudar
Seperti bintang yang pudar ditelan malam
Tak ada badai, angin pun berhembus
Dengan sayunya
Kata yang muncul dari mulutmu
Mungkin kau lelah denganku dengan
Keadaanku
Yang aku rasa ini masih sama seperti pertama
Kita bertemu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar