Melodi dalam Bisnis
Penulis: Syekh Muda Muhammad Harun Ar rasyid (Andika Pujangkoro, SE, M.Ec.Dev, CA, CWA)
Tebal: 72 halaman
Ukuran: 10,5 cm x 14,5 cm
Harga: 25.000
QRCBN: 62-250-0122-663
"Melodi dalam Bisnis" adalah sebuah kisah inspiratif tentang perjalanan seorang musisi yang bertransformasi menjadi pengusaha sukses. Novel ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia bisnis yang penuh tantangan, di mana kreativitas dan tekad menjadi kunci utama untuk meraih mimpi.
Kisah ini akan membawa Anda pada petualangan seorang pemuda yang rela meninggalkan dunia musik yang dicintainya untuk mengejar impian bisnis. Di tengah gemerlap dunia bisnis, ia harus berjuang keras untuk membuktikan dirinya, menghadapi berbagai rintangan, dan menemukan kembali melodi dalam dirinya.
"Melodi dalam Bisnis" bukan sekadar kisah tentang sukses, tetapi juga tentang proses pencarian jati diri, keberanian untuk mengambil risiko, dan pentingnya menjaga semangat pantang menyerah. Novel ini didedikasikan untuk semua orang yang memiliki mimpi besar dan berani mengejarnya, serta bagi mereka yang percaya bahwa setiap individu memiliki melodi unik yang dapat dibagikan kepada dunia.
Semoga "Melodi dalam Bisnis" dapat menginspirasi Anda untuk selalu berpikiran terbuka, berjuang tanpa henti, dan menemukan melodi sukses dalam setiap langkah perjalanan hidup.
Baim adalah remaja penuh semangat yang bercita-cita menjadi musisi, terjebak antara passion dan tanggung jawab. Dibesarkan dalam keluarga yang menghargai ilmu dan spiritualitas, ia memiliki ayah, Andika, seorang pengusaha dan ustad, serta ibu, Dila, seorang dokter. Mereka ingin Baim melanjutkan usaha keluarga, sementara kakaknya, Yasmin, seorang desainer grafis sukses, selalu mendukungnya.
Dengan sahabatnya, Rio, Baim berusaha mengejar impiannya sambil belajar ilmu manajemen bisnis. Ia menghadapi ketegangan antara ekspektasi ayah dan keraguan diri. Setelah meluncurkan single pertamanya, "Cahaya Harapan," yang sarat pesan moral, dukungan keluarga semakin menguatkannya.
Baim memadukan musik dengan bisnis properti, merencanakan acara amal untuk membantu anak-anak kurang beruntung, dan menciptakan proyek ramah lingkungan. Ia menyadari bahwa mengejar impian dan memenuhi tanggung jawab dapat berjalan seiring, mengikuti sabda Rasulullah: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
Pesan moral dari novel ini adalah bahwa dengan niat yang tulus, ketekunan, dan komitmen untuk selalu mengingat Allah, kita dapat menemukan keseimbangan antara passion dan tanggung jawab. Setiap individu bisa menemukan melodi unik dalam hidup, di mana ilmu, spiritualitas, dan passion bersinergi demi kebaikan.
Di sebuah kota kecil yang penuh warna, hiduplah seorang remaja bernama Baim. Usianya belum genap dua puluh, tetapi impian-impian besarnya sudah mengisi setiap sudut pikirannya. Baim ingin menjadi musisi. Ia ingin mengisi dunia dengan melodi yang bisa menyentuh hati, melodi yang bisa mengubah pandangan hidup seseorang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya." Dan niat Baim adalah untuk menyebarkan kebaikan melalui musik.
Namun, di balik impian indah itu, ada kenyataan yang tak bisa dihindari. Keluarga Baim adalah keluarga yang mementingkan pendidikan dan tanggung jawab. Ayahnya, Andika, bukan sekadar seorang pengusaha; dia juga seorang ustad yang selalu mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya. Andika memiliki cara berpikir yang terbuka. Dia percaya bahwa setiap anak memiliki jalan hidupnya sendiri. "Yang terpenting, Nak," ucapnya dengan lembut, "kau harus tetap ingat pada Allah dalam setiap langkahmu. Keluarga kita adalah sumber inspirasi, tetapi keputusan ada di tanganmu."
Sementara ibunya, Dila, seorang dokter, tidak hanya merawat fisik, tetapi juga menanamkan rasa empati dan kepedulian dalam diri Baim dan Yasmin, kakaknya. Dila sering mendorong Baim untuk mengeksplorasi minatnya, menekankan bahwa setiap orang harus menemukan jalannya sendiri.
Yasmin adalah sosok yang Baim kagumi. Dia adalah seorang desainer grafis yang juga menjalankan usaha sendiri. Di usia muda, ia sudah mampu mengelola bisnisnya dengan baik. "Jangan pernah ragu untuk bermimpi, Baim," katanya. "Rasulullah juga seorang pedagang yang sukses." Yasmin selalu berbagi ilmu dan pengalaman, memberikan inspirasi bagi Baim untuk terus berkarya.
Di samping Baim, ada Rio, sahabatnya sejak kecil. Mereka berdua tumbuh bersama, berbagi suka dan duka. Rio adalah sosok yang selalu mendorong Baim untuk mengejar mimpinya. Meskipun Rio tidak secerdas Yasmin dalam hal bisnis, ia memiliki bakat musik yang tak kalah menonjol. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, bermain gitar dan bernyanyi di taman, seolah dunia di sekitar mereka menghilang, hanya ada nada dan lirik yang mengisi hari-hari mereka. Dalam hati, Baim bersyukur memiliki sahabat seperti Rio yang selalu mengingatkannya akan pentingnya menjaga ukhuwah.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Baim merasakan tekanan yang terus membayangi. Meski Andika mendukung impian Baim untuk menjadi musisi, dia selalu mengingatkan bahwa pendidikan dan tanggung jawab harus tetap diprioritaskan. "Musik itu indah, tetapi ilmu juga penting, Nak," Andika sering berkata. "Kau harus menemukan keseimbangan di antara keduanya." Dalam hal ini, Baim menyadari bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari keberkahan yang didapatkan.
Baim mengangguk, tetapi di dalam hatinya, ia berjuang. Antara mengejar impian menjadi musisi dan memenuhi harapan orang tua, ia merasa terjepit. Setiap malam, sebelum tidur, ia akan mengambil gitarnya dan memainkan lagu-lagu yang mengalun lembut. Suara gitarnya menjadi pelarian dari segala tekanan yang ia rasakan. Ia teringat sabda Nabi, "Hendaklah kamu berusaha sekuat tenaga, karena setiap usaha akan mendatangkan hasil."
Di satu sisi, ada harapan untuk menggapai mimpi; di sisi lain, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi. Baim memejamkan mata, membiarkan melodi yang indah mengalir dalam pikirannya, membawanya jauh dari kerumitan yang ada.
Akhirnya, Baim mengambil keputusan. Ia akan mencari cara untuk menggabungkan kedua dunia itu—musik dan bisnis—agar bisa mengejar impiannya tanpa mengabaikan tanggung jawabnya sebagai anak. Baim ingin membuktikan kepada keluarganya bahwa musik bisa menjadi jalan untuk berbagi kebaikan, menginspirasi orang lain, dan tetap menghargai nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarganya.
Dengan tekad yang bulat, Baim merencanakan langkah-langkahnya. Ia mulai mencari mentor yang bisa membantunya menavigasi jalan menuju impiannya. Di sinilah Koko, seorang mentor bisnis yang juga mencintai musik, memasuki hidupnya. Baim yakin, dengan bantuan Koko, ia bisa belajar bagaimana membangun brand musik yang tidak hanya menarik, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi banyak orang. Seperti sabda Nabi, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."
Dalam perjalanan ini, Baim menyadari bahwa setiap nada yang ia mainkan bukan hanya sekadar suara, tetapi juga representasi dari segala nilai yang diajarkan keluarganya. Di tengah kesibukan belajar manajemen bisnis, Baim tetap menemukan waktu untuk bermain musik, menggabungkan keduanya dalam harmoni yang indah.
Setiap kali ia merasa ragu, ia ingat kata-kata ayahnya. "Jangan lupakan Allah, Nak. Dalam setiap langkahmu, pastikan bahwa kau selalu ingat kepada-Nya." Pesan ini terus membakar semangat Baim untuk terus maju. Dengan tekad dan keyakinan, Baim bersiap menghadapi tantangan di depan, berusaha merangkai melodi dalam bisnis dan hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar