Terapi Sufistik dan Sufi Healing untuk Kesehatan Kita
Penulis: Fauziyatul Chusna Maulida Khoirun Nisa'
Tebal: 74 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
ISBN: On Proses
Sebuah buku sederhana yang mendiskusikan tentang terapi sufistik dan sufi healing dalam bidang layanan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Buku ini membahas tentang konsep tasawuf dan psikoterapi. Juga membahas tentang beberapa metode terapi diantaranya terapi sufistik, terapi doa, terapi shalawat, terapi ruqyah syar’iyyah, terapi murottal, dan terapi seft. Selain itu, juga membahas tentang pemulasaran jenazah, pendampingan ibadah bagi pasien dan lainnya.
Manusia dikenal sebagai homo religiosus, yakni manusia tidak akan bisa terpisah dari agama. Keadaan manusia yang selalu tak lepas dari agama, di mana pun itu, meniscayakan keterikatan agama dan kondisi psikologis manusia. Agama, sebagai subjek, menjadikan jiwa manusia sebagai salah satu objeknya. Di sinilah agama dan psikologi bersimpangan (Iqbal, Afzal. Dan Arberry, 2009) Kebanyakan agama memiliki pendekatan psikologi tersendiri, meski beberapa agama menolak eksistensi jiwa secara ontologis Akan tetapi dalam agama, diskursusnya akan hampir selalu berkaitan diskursus psikologi. meski psikologi modern jarang berkaitan dengan agama (Humaidi, 2018) Sedangkan Psikologi memiliki ketertarikannya sendiri terhadap agama yang dibuktikan dengan munculnya suatu disiplin keilmuan bernama psikologi agama, spiritualitas biasanya dianggap sebagai bagian daripada agama, dan agama memiliki pengertian yang lebih luas, meski spiritualitas juga sering dipisahkan daripada agama.Spiritualitas memiliki kaitan erat dengan psikologi modern, karena persimpangan objeknya pula, yakni jiwa. Akan tetapi keduanya memiliki sudut pandang dan epistimologi yang berbeda, di mana spiritualitas seringkali bersifat intuitif dan pengetahuannya diraih dengan proses kontemplatif, dan psikologi cenderung bersifat empiris dan pengetahuannya diraih dengan cara eksperimental.
Dalam keadaan sakit seseorang selain mengeluhkan penderitaan fisiknya juga biasanya disertai gangguan atau goncangan jiwa dengan gejala ringan seperti stres sampai tingkat yang lebih berat. Setelah diagnosis penyakit, kecemasan merupakan respon yang umum terjadi. Pasien dapat kebingungan terhadap potensi perubahan yang terjadi. Kecemasan dapat mempengaruhi fungsi kesehatan. Kondisi kesehatan dapat menjadi lebih buruk jika seseorang memiliki kecemasan yang berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar