Prespektif
Kaum Konservatif terhadap Literasi Digital di Indonesia
Oleh M Iqbal Dzulkarnain
Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital
Tulisan
ini akan membahas sikap yang diambil kaum konservatif untuk menghadapi produk
dari era distrubsi yaitu digitalisasi. Digitalisasi pada masa sekarang
merupakan sebuah gejala peubahan yang sangat signifikan dalam suatu masa yang
terjadi secara masif, hal ini bahkan menyentuh ranah literasai yang menjadikan
warna tersendiri. Teknologi sebagai dalang utama adanya momentum ini, dimana
hal tersebut memberikan arah positif terhadap perkembangan zaman, banyak pihak
yang menilai bahwasanya teknologi dimaknai sebagai bebas nilai. Dimana teknologi
dapat ditafsirkan berdasarkan prespektif pihak yang memiliki kepentingan
tertentu yang didasari asas kebermanfaatanya.
Paradigma
kaum konservatifme diawali munculnya liberalisme di masa modernisasi atau abad
ke-17 yang lahir di Eropa yang memiliki latar belakang akibat adanya euforia
kebebasan dari dogma-dogma gereja. Seakan menjadi antitesis kaum liberalisme,
kaum konservatif berusaha untuk menjaga status quo atau nilai-nilai terdahulu,
ini dikarenakan dalam era modern memiliki kemajuan yang sangat besar khususnya
di bidang teknologi kemudian yang berimbas kepada tidak digunakannya
nilai-nilai terdahulu dalam melandasi sebuah peradaban.(Tasnur 2019) Begitu juga di Indonesia yang masih
memiliki banyak kaum konservatif mulai dari masyrakat adat hingga kaum
tradisionalis, mulai dari yang memiliki struktur kelembagaan hingga sebatas
menjalankan bentuk-bentuk kebudayaan tanpa adanya suatu lembaga maupun organisasi
(wadah).
Kaum
konservatifme di Indonesia terbagi dalam dua garis besar pertama kaum
konservatif yang terklasifikasi berdasarkan kesamaan karakteristik berupa asal
usul wilayah identitas budaya yang mirip dan lain sebagainya. Masyarakat itu
dinamakan Indigenous peoples atau masyarakat adat berdasarkan
persamaan polah hidup dalam satu lingkungan yang memegang nilai-nilai leluhur
yang dijaga sampai masa sekarang.(Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional 2013) Dalam karya
fenomenal clifford Geertz yang berjudul “Abangan Santri, priyayi dalam
masyarakat Jawa” memberikan suatu jawaban atas kaum tradisional. Dia
mengungkapkan bahwasanya terdapat beberapa kelompok yang ada di Indonesia
khususnya di tanah Jawa. Kaum tradisional ini merupakan kaum Santri yang
memiliki pemahaman kolod atau menjaga status quo dimana kelompok ini memiliki
basis massa di wilayah pedesaan.(Cirebon and Farah 2019)
Namun konteks untuk kaum santri sebagai golongan tradisionalis diklasifikasikan
berdasarkan kebudayaan dan ajaran agama Islam. Eksistensi kaum tradisional hari
ini masih terjaga dengan baik dengan wadah salah satu organisasi Islam terbesar
di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Jadi dalam kalsifikasi terhadap kaum
konservatif yang kedua ini lebih menekankan pola kehidupan yang sudah modern
tetapi masyrakatnya menjaga nilai-nilai kebudayaan dan agama.
Kemajuan teknologi
dalam era sekarang merupakan hasil dari revolusi digital atau sering disebut
revolusi 4.0 yang mana segala bentuk urusan manusia dapat dipermudah melalui
kemajuan teknologi. Dibidang pengetahuan juga tidak ikut tertinggal dalam
derasnya arus digitalisasi, bentuk dari digitalisasi di bidang pengetahuan
berupa penyajian informasi ilmiah ataupun berita secara aktual dan disajikan
kontekstual maupun visual yang dikemas secara menarik dan interaktif baik
melalui media sosial ataupun melalui smartphone.(Korespondensi and Jakarta n.d.)
Jika dilihat dari bentuk pemanfaatan digitalisasi hampir semua unsur lapisan
masyarakat menggunakan kemajuan teknologi untuk memperbanyak literasi dan
memperluas pemanfaatan teknologi. Ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang
menunjukkan perkembangan digitalisasi masyrakat Indonesia.
Lantas posisi kaum konservatif itu berada di mana, ketika kita berbicara perkembangan literasi digital di Indonesia. Jadi kaum konservatif terbagi menjadi dua, sebagian besar kaum konservatif masyarakat adat itu sangat tertutup dan menolak adanya perubahan sosial yang sangat signifikan. Begitupun dengan adanya digitalisasi ini mereka beranggapan ketika mereka memanfaatkan perkembangan teknologi, itu sama saja dengan meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang mereka yakini. Sementara kaum tradisional yang lebih cenderung inklusif terhadap perkembangan zaman masih memiliki toleransi terhadap digitalisasi, ini bahkan sangat antusias sekali. Hal ini dapat dilihat bahwasanya banyak kaum tradisional yang menunjukkan eksistensi pemikiran mereka melalui kajian-kajian yang dipublikasi. Hal ini merupakan bentuk sumbangsih penting kaum tradisional dalam mewarnai literasi digital karena memberikan pengetahuan terhadap publik tentang nilai nilai konservatif yang mereka yakini.
Dari sini dapat
kita simpulkan bahwasanya kaum konservatif tidak sepenuhnya untuk menghindari
adanya digitalisasi bahkan melalui pemanfaatan kemajuan teknologi Beberapa
golongan kaum konservatif memiliki andil peran dalam literasi digital. Tetapi
tidak seluruhnya kaum konservatif mengikuti perkembangan zaman dengan ikut
serta dalam mewarnai arus digitalisasi sebagian masyarakat adat juga tidak
ingin ikut andil peran dalam kemajuan teknologi khususnya dalam literasi
digital. Faktor lain berupa jaringan internet juga memiliki pengaruh di mana
wilayah dengan kualitas internet baik rata-rata memiliki literasi digital yang
baik sementara untuk wilayah yang memiliki kualitas jaringan internet buruk,
itu tidak sebaik literasi digital masyarakat yang memiliki akses internet.
Baca juga: Meningkatkan Literasi Digital dengan Aplikasi Wattpad dan Pencegahan Stres
Profil Penulis
Dengan
nama Muhammad Iqbal Dzulkarnain yang lahir di Pasuruan tanggal 6 Januari
2002 yang sekarang menempuh pendidikan di IAIN Kudus Prodi Pemikiran Politik
Islam Fakultas Dakwah komunikasi Islam. Hobby yang disukai adalah membaca dan
memancing, dengan cita-cita menjadi presiden dengan kualitas INSANCITA yang
akan memberantas korupsi dan menjadikan pancasila sebagai idiologi Universal
adala segelintir mimpi yang akan saya capai. Dengan meyakini motto hidup
Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan Amal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar