Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Prespektif Kaum Konservatif terhadap Literasi Digital di Indonesia

(Sumber: Unsplash)



Prespektif Kaum Konservatif terhadap Literasi Digital di Indonesia

Oleh M Iqbal Dzulkarnain

  Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital 



Tulisan ini akan membahas sikap yang diambil kaum konservatif untuk menghadapi produk dari era distrubsi yaitu digitalisasi. Digitalisasi pada masa sekarang merupakan sebuah gejala peubahan yang sangat signifikan dalam suatu masa yang terjadi secara masif, hal ini bahkan menyentuh ranah literasai yang menjadikan warna tersendiri. Teknologi sebagai dalang utama adanya momentum ini, dimana hal tersebut memberikan arah positif terhadap perkembangan zaman, banyak pihak yang menilai bahwasanya teknologi dimaknai sebagai bebas nilai. Dimana teknologi dapat ditafsirkan berdasarkan prespektif pihak yang memiliki kepentingan tertentu yang didasari asas kebermanfaatanya.

Paradigma kaum konservatifme diawali munculnya liberalisme di masa modernisasi atau abad ke-17 yang lahir di Eropa yang memiliki latar belakang akibat adanya euforia kebebasan dari dogma-dogma gereja. Seakan menjadi antitesis kaum liberalisme, kaum konservatif berusaha untuk menjaga status quo atau nilai-nilai terdahulu, ini dikarenakan dalam era modern memiliki kemajuan yang sangat besar khususnya di bidang teknologi kemudian yang berimbas kepada tidak digunakannya nilai-nilai terdahulu dalam melandasi sebuah peradaban.(Tasnur 2019) Begitu juga di Indonesia yang masih memiliki banyak kaum konservatif mulai dari masyrakat adat hingga kaum tradisionalis, mulai dari yang memiliki struktur kelembagaan hingga sebatas menjalankan bentuk-bentuk kebudayaan tanpa adanya suatu lembaga maupun organisasi (wadah).

Kaum konservatifme di Indonesia terbagi dalam dua garis besar pertama kaum konservatif yang terklasifikasi berdasarkan kesamaan karakteristik berupa asal usul wilayah identitas budaya yang mirip dan lain sebagainya. Masyarakat itu dinamakan Indigenous peoples atau masyarakat adat berdasarkan persamaan polah hidup dalam satu lingkungan yang memegang nilai-nilai leluhur yang dijaga sampai masa sekarang.(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2013) Dalam karya fenomenal clifford Geertz yang berjudul “Abangan Santri, priyayi dalam masyarakat Jawa” memberikan suatu jawaban atas kaum tradisional. Dia mengungkapkan bahwasanya terdapat beberapa kelompok yang ada di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Kaum tradisional ini merupakan kaum Santri yang memiliki pemahaman kolod atau menjaga status quo dimana kelompok ini memiliki basis massa di wilayah pedesaan.(Cirebon and Farah 2019) Namun konteks untuk kaum santri sebagai golongan tradisionalis diklasifikasikan berdasarkan kebudayaan dan ajaran agama Islam. Eksistensi kaum tradisional hari ini masih terjaga dengan baik dengan wadah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Jadi dalam kalsifikasi terhadap kaum konservatif yang kedua ini lebih menekankan pola kehidupan yang sudah modern tetapi masyrakatnya menjaga nilai-nilai kebudayaan dan agama.

Kemajuan teknologi dalam era sekarang merupakan hasil dari revolusi digital atau sering disebut revolusi 4.0 yang mana segala bentuk urusan manusia dapat dipermudah melalui kemajuan teknologi. Dibidang pengetahuan juga tidak ikut tertinggal dalam derasnya arus digitalisasi, bentuk dari digitalisasi di bidang pengetahuan berupa penyajian informasi ilmiah ataupun berita secara aktual dan disajikan kontekstual maupun visual yang dikemas secara menarik dan interaktif baik melalui media sosial ataupun melalui smartphone.(Korespondensi and Jakarta n.d.) Jika dilihat dari bentuk pemanfaatan digitalisasi hampir semua unsur lapisan masyarakat menggunakan kemajuan teknologi untuk memperbanyak literasi dan memperluas pemanfaatan teknologi. Ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menunjukkan perkembangan digitalisasi masyrakat Indonesia.

 Lantas posisi kaum konservatif itu berada di mana, ketika kita berbicara perkembangan literasi digital di Indonesia. Jadi kaum konservatif terbagi menjadi dua, sebagian besar kaum konservatif masyarakat adat itu sangat tertutup dan menolak adanya perubahan sosial yang sangat signifikan. Begitupun dengan adanya digitalisasi ini mereka beranggapan ketika mereka memanfaatkan perkembangan teknologi, itu sama saja dengan meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang mereka yakini. Sementara kaum tradisional yang lebih cenderung inklusif terhadap perkembangan zaman masih memiliki toleransi terhadap digitalisasi, ini bahkan sangat antusias sekali. Hal ini dapat dilihat bahwasanya banyak kaum tradisional yang menunjukkan eksistensi pemikiran mereka melalui kajian-kajian yang dipublikasi. Hal ini merupakan bentuk sumbangsih penting kaum tradisional dalam mewarnai literasi digital karena memberikan pengetahuan terhadap publik tentang nilai nilai konservatif yang mereka yakini.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwasanya kaum konservatif tidak sepenuhnya untuk menghindari adanya digitalisasi bahkan melalui pemanfaatan kemajuan teknologi Beberapa golongan kaum konservatif memiliki andil peran dalam literasi digital. Tetapi tidak seluruhnya kaum konservatif mengikuti perkembangan zaman dengan ikut serta dalam mewarnai arus digitalisasi sebagian masyarakat adat juga tidak ingin ikut andil peran dalam kemajuan teknologi khususnya dalam literasi digital. Faktor lain berupa jaringan internet juga memiliki pengaruh di mana wilayah dengan kualitas internet baik rata-rata memiliki literasi digital yang baik sementara untuk wilayah yang memiliki kualitas jaringan internet buruk, itu tidak sebaik literasi digital masyarakat yang memiliki akses internet.

Baca juga: Meningkatkan Literasi Digital dengan Aplikasi Wattpad dan Pencegahan Stres


Profil Penulis

             Dengan nama Muhammad Iqbal Dzulkarnain yang lahir di Pasuruan tanggal 6 Januari 2002 yang sekarang menempuh pendidikan di IAIN Kudus Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas Dakwah komunikasi Islam. Hobby yang disukai adalah membaca dan memancing, dengan cita-cita menjadi presiden dengan kualitas INSANCITA yang akan memberantas korupsi dan menjadikan pancasila sebagai idiologi Universal adala segelintir mimpi yang akan saya capai. Dengan meyakini motto hidup Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan Amal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640