Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Menyoal Implementasi Literasi Digital di Indonesia

 

(Sumber: Unsplash)


Menyoal Implementasi Literasi Digital di Indonesia

Oleh Budianto Sutrisno

 Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital       



  Roda zaman terus bergerak. Saat ini kita telah menapaki era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat. Jagat literasi tak luput dari pengaruh kemajuan teknologi ini. Segala jenis tulisan—baik yang bersifat positif maupun negatif—begitu mudah didapat melalui jaringan internet. Materi tulisan yang diunggah di belahan bumi sana, dapat diakses di belahan bumi sini pada saat yang bersamaan. Begitu pula sebaliknya. Jarak antarnegara seperti dinihilkan.


Pertumbuhan dan perkembangan

            Gerak laju TIK telah melahirkan istilah baru, yakni literasi digital. Menurut sebuah berita di www.kominfo.go.id (26 Januari 2022) penggagas istilah ini adalah Paul Gilster, seorang pemerhati teknologi informasi dari Amerika Serikat. Akhirnya, literasi digital” menjadi istilah baku lewat buku karyanya Digital Leteracy yang diterbitkan tahun 1997.          

 Dalam perkembangannya, UNESCO ikut andil dalam memopulerkan istilah ini. Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB ini, literasi digital itu terkait dengan apa yang disebut sebagai kecakapan atau keterampilan hidup (life skill), karena tidak hanya melibatkan penggunaan teknologi modern, melainkan juga membutuhkan kemampuan belajar serta berpikir kreatif-inovatif. Di sini terdapat kombinasi antara keterampilan dan ketajaman berpikir, sehingga dapat melahirkan kompetensi digital.

            Tak pelak, penerapan TIK berkembang pesat seiring dengan inovasi di bidang komputer dan gawai yang makin diperlengkapi dengan fitur canggih. Setiap jenama seolah berlomba menjadi yang terbaik dan tercanggih. Kecepatan mengakses tulisan/berita makin meningkat. Teknologi 5G telah memungkinkan semua itu terjadi. Di samping itu, 5G juga memiliki koneksi yang lebih konsisten dan kapasitas yang lebih besar.

            Pertumbuhan dan perkembangan TIK tak bisa dibendung dan dielakkan. Apalagi bila dipadukan dengan kecanggihan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Kemajuan zaman menuntut kecepatan dan keakuratan. Bukan tak mungkin, dalam beberapa tahun lagi, bakal muncul inovasi yang lebih canggih lagi, sehingga membuat literasi digital makin berkembang. Penulis berharap, para cendekiawan Indonesia dapat berperan serta untuk menyumbangkan pikiran dan ilmunya bagi pertumbuhan dan perkembangan literasi digital yang lebih baik lagi, dalam skala nasional maupun global.


Implementasi di Indonesia

            Tak perlu diragukan lagi, literasi digital memegang peranan sangat penting di era digital, karena TIK sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan modern sekarang ini. TIK dimanfaatkan di bidang pendidikan, bisnis, dan komunikasi. Lalu bagaimana implementasi literasi digital di Indonesia?

            Berbicara tentang literasi digital di tanah air, kita tak bisa menafikan apa yang disebut sebagai indeks literasi digital Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Katadata Insight Center (KIC) pada 2021, indeks literasi digital Indonesia itu bertengger di bilangan 3,49 (https://binus.ac.id/character-building/2023/02/rendahnya-literasi-digital-indonesia/). Indeks ini disusun berdasarkan 4 pilar, yakni digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture. Angka ini meningkat menjadi 3,54 pada tahun 2022. Berada di tataran menengah dalam skala 1-5. Cukup menggembirakan, tetapi belum memuaskan.

            Sementara itu, ekonom senior Aviliani menyatakan bahwa tingkat literasi digital Indonesia hanya sebesar 62 %. Terendah di kawasan ASEAN, yang secara rata-rata bisa mencapai 70 %. Karenanya, diperlukan percepatan penerapan literasi digital, terutama untuk digital safety—pilar terlemah. Dengan demikian, masyarakat dapat terhindar dari kejahatan di dunia digital. Sebagai pelindung, perangkat antivirus tertentu dapat mencegah masyarakat memasuki situs berbahaya.

            Peristiwa pandemi Covid-19 selain mendatangkan musibah, juga membawa rahmat tersembunyi berupa percepatan penerapan literasi digital. Kok bisa? Pasalnya, wabah ini memaksa banyak sekolah menerapkan pengajaran jarak jauh (PJJ) lewat sarana Zoom. Semua PR dan pengerjaannya dikomunikasikan lewat Google Drive. Hal ini, mau tak mau, memaksa guru dan peserta didik untuk melek literasi digital.

            Selaku pendidik, penulis memanfaatkan literasi digital, terutama untuk pemutakhiran bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Di samping itu, penulis juga memanfaatkan blog pribadi untuk menulis puisi, cerpen, artikel, dan esai. Selain digunakan untuk mengasah kemampuan literasi diri, aktivitas ini dapat memberikan dorongan bagi para peserta didik untuk ikut aktif dalam kegiatan literasi digital. Mereka itu cenderung mengikuti jejak gurunya, bukan?

            Jadi, dalam perkembangan literasi digital, guru—baik guru mata pelajaran TIK maupun bukan—memegang peranan yang sangat penting. Para guru perlu memberikan semangat dan petunjuk kepada para peserta didik untuk bergiat diri dalam literasi digital. Mengajak mereka membuat blog pribadi dan menuliskan berbagai aspirasi yang bermanfaat.

            Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Youtube, misalnya, seyogianya dimanfaatkan untuk hal-hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan sastra, bukan untuk ajang pamer kemewahan hidup.

            Sebagai penutup, izinkanlah penulis mengutip wejangan seorang mahaguru: “Makin canggih teknologi, makin dituntut pula nilai adab yang baik, sehingga kehadiran teknologi tidak menjadikan manusia tercerabut dari akar kemanusiaannya.”







PROFIL PENULIS

      Budianto Sutrisno. Penulis kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah. Menekuni karier sebagai guru selama 19 tahun di  sekolah swasta di Jakarta. Di tengah kiprahnya dalam dunia pendidikan, penulis menyempatkan diri untuk menulis sejumlah puisi, cerpen, dan esai. Beberapa di antaranya telah memenangi sejumlah lomba tingkat nasional dan internasional. Sejumlah tulisan lainnya telah dibukukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640