Menjadi Guru Melek Digital Menyongsong Indonesia Emas 2045
Oleh Dian Asmi Setoningsih
Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital
Pandemi
Covid-19 yang melanda Tanah Air selama kurang lebih dua tahun ini berdampak
besar pada setiap aspek kehidupan. Krisis melanda berbagai sektor, termasuk pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim, dalam Surat Edaran Nomor
4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Masa Krisis, mengimbau
seluruh sekolah dan lembaga pendidikan lainnya untuk menghentikan sementara
proses belajar mengajar tradisional di sekolah dan menerapkan e-learning. Ia
menyarankan agar guru menggunakan berbagai platform e-learning untuk
memfasilitasi pembelajaran siswa. Saat ini, di era new normal, platform
e-learning dan teknologi pembelajaran semakin maju karena banyak digunakan dan
dikembangkan di Indonesia sejak pandemi.
Pandemi
memaksa guru menjadi “digital savvy”, guru perlu belajar informatika dan
telekomunikasi. Hal ini tidak dapat dihindari karena semua guru saat ini sedang
mendidik generasi “digital natives” yang hidupnya tidak bisa terlepas dari
kemajuan teknologi. Bagi sebagian guru yang merupakan “digital imigrant” atau
generasi yang lahir dan besar sebelum era internet, hal ini merupakan tantangan
besar yang harus mereka hadapi untuk memenuhi tuntutan zaman.
Ironisnya,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan bahwa 60% guru negeri ini
masih memiliki keterampilan informasi dan komunikasi (TIK) yang terbatas. Hal
ini didasarkan pada laporan evaluasi pembelajaran selama pandemi Covid-19 yang
menunjukkan banyaknya keluhan tentang kurangnya keterampilan TIK di kalangan
guru oleh siswa dan orang tua.
Karena
guru memegang peranan kunci dalam menentukan mutu pendidikan, sudah saatnya
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Urgensi
Penerapan TPACK di Kelas Pasca Pandemi
Selama
pandemi, guru menjadi pembelajar ahli dalam menerapkan kerangka kerja TPACK di
kelas daring untuk membantu siswa belajar. Technological Pedagogical Content
Knowledge disingkat TPACK (sebelumnya disingkat TPCK) merupakan pengetahuan dan
kompetensi yang diperlukan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
TPACK menuntut guru mampu menyatukan dan menggabungkan unsur pengetahuan konten
(CK), pengetahuan pedagogis (PK) dan pengetahuan teknologi (TK) dalam penyajian
mata pelajaran. Sinergi ketiga keterampilan tersebut memungkinkan guru
menyajikan mata pelajaran dengan strategi atau metode pembelajaran berbasis
teknologi yang menarik dan bermakna serta mudah dipahami oleh siswa.
Di
era pasca pandemi, banyak guru kembali ke cara mengajar lama dengan menggunakan
metode tradisional atau ceramah, karena teori lama bahwa guru adalah
satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Hal ini harus segera dipahami oleh
seluruh guru bahwa teori lama ini tidak lagi berlaku di era digital. Semua guru
harus meningkatkan kemampuannya dalam mengimplementasikan kerangka TPACK dalam
proses belajar mengajar di kelas seperti yang dilakukan selama pandemi.
Digitalisasi memfasilitasi dan mempercepat perluasan pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu, guru perlu membenahi dan meningkatkan
keterampilan digitalnya, yang merupakan keterampilan baru di era yang serba
digital ini.
Urgensi
Pengembangan Diri Guru
Mendikbud
Nadiem Anwar Makarim mengatakan dalam rapat kerja anggaran dengan Komisi X DPR
bahwa Kemendikbud telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,49 miliar untuk
program digitalisasi sekolah tahun 2021. Program ini meliputi penguatan
platform digital (Rp 109,85M), konten pendidikan program TVRI (Rp 131M), materi
pembelajaran dan model media pendidikan digital (74,02 M), dan penyediaan
lembaga pendidikan atau perangkat TIK (Rp 1,175 T).
Pemerintah
dengan seksama menyiapkan program eksekutif ini. Semua akan percuma kecuali
jika ada dukungan langsung dari garda terdepan pendidikan untuk mengembangkan
diri, yaitu guru. Guru perlu mengupdate kompetensinya untuk mampu mengeksekusi
program-program andalan tersebut.
Ketika
mendengar kata ‘Pengembangan diri’, seorang guru mungkin berpikir tentang
program kursus dengan biaya tinggi, atau program yang mengharuskan guru untuk
mengambil cuti untuk menyelesaikannya. Padahal, di era digitalisasi, pelatihan
menjadi sangat mudah karena banyak platform yang menawarkan pelatihan online
dengan harga terjangkau atau bahkan secara gratis.
Ada
berbagai platform pelatihan online gratis yang menawarkan keuntungan yang
sangat tidak mungkin bisa ditolak, seperti akses gratis ke semua materi dan
rekaman pelajaran online, sehingga guru dapat mengakses materi secara fleksibel
tanpa harus mengganggu tugas-tugas fungsionalnya di sekolah. Selain itu, guru
dapat memperoleh sertifikat untuk jumlah sesi yang diikuti, yang tentunya
menjadi nilai tambah angka kredit bagi guru yang bersertifikat. Digitalisasi
memungkinkan berbagai macam pelatihan dapat diikuti oleh siapa saja, kapan
saja, dan di mana saja.
Untuk
menjawab tantangan era digital, guru tidak bisa menunda mengembangkan diri.
Seiring perkembangan teknologi, lebih mudah bagi guru untuk mempelajari
berbagai keterampilan baru yang dapat membantu mereka menyajikan kelas yang
inovatif dan digital. Kini saatnya guru-guru unggul Indonesia merangkul
kemajuan teknologi menuju Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Menyoal Implementasi Literasi Digital di Indonesia
PROFIL PENULIS
Dian Asmi Setoningsih adalah
seorang pendidik & pembelajar yang bermotivasi tinggi untuk selalu
mengembangakan diri. Wanita berusia 29 tahun ini memiliki misi untuk selalu aktif
menyuarakan ide-idenya dengan menulis di beberapa media masa Indonesia seperti
Koran Sindo, Kompas Indonesia & Kopi Times Indonesia, atau dengan mengikuti
berbagai lomba esai dan artikel. Ia juga merupakan seorang guru di sekolah
Islam Internasional terkemuka bernama Thursina IIBS Malang. Ia suka mengajar
dan menulis. Ia ingin terus meningkatkan dirinya untuk menjadi guru, penulis
& pembelajar terbaik seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar