Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Literasi Digital bagi Pustakawan Digital Immigrant


(Sumber: Unsplash)



Literasi Digital bagi Pustakawan Digital Immigrant

Oleh Iswadi Syahrial Nupin

   Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital 



Digital immigrant adalah orang yang hidup sebelum dan saat fase masifnya perkembangan teknologi. Sebut saja para orang tua kita yang telah bertelepon genggam di kampung, namun hari ini “terpaksa” harus menggunakan handphone touch screen sebab handphone model tuts manual sudah mulai hilang dari pasaran (Mathar, 2016). Digital immigrant tidak sama dengan generasi digital native yang memiliki kemampuan cepat dalam beradaptasi dengan teknologi digital. Digital Immigrant perlu belajar untuk memahami teknologi digital yang mendisrupsi semua pekerjaan konvensional.

Berdasarkan realitas tersebut dapat dikatakan bahwa pustakawan digital immigrant adalah pustakawan yang belum terbiasa atau belum mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Untuk bebas pustaka yang biasa dibutuhkan mahasiswa untuk wisuda, pustakawan digital immigrant masih memerlukan kertas sebagai bukti bebas pustaka tinimbang dibuktikan dengan hasil unggahan persyaratan yang dilakukan mahasiswa melalui Aplikasi Bebas Pustaka berbasis Android/Web. Seyogianya Pustakawan digital immigrant memiliki minat belajar sehingga gagap teknologi dalam dirinya dapat diatasi. Apalagi dengan maraknya perkembangan aplikasi perpustakaan berbasis Android/Web maka Pustakawan seyogianya menguasai aplikasi tersebut untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan. Pustakawan digital imigrant juga dituntut melek literasi digital. Tanpa itu, kegiatan kepustakawanan akan mengalami gangguan khususnya dalam pelayanan pengguna.

Paul Gilser (2007) mengatakan bahwa literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber. Dengan kata lain, literasi digital merupakan upaya yang wajib dikuasai seseorang untuk menyaring informasi secara akurat. Caranya dengan memakai aplikasi yang tepat dan memahami perolehan informasi secara mendalam. Seseorang sebaiknya memiliki prinsip saring sebelum sharing. Informasi yang didapatkan haru dicek dan ricek kebenarannya. Hal ini mengingat dampak mengenai penyebaran hoax dalam masyarakat masih sangat memperihatinkan.

Pustakawan digital immigrant seyogianya memahami literasi digital dengan sembilan komponennya. Berikut ini adalah sembilan komponen literasi digital :

Pertama, Social Networking. Pustakawan Digital Immigrant dituntut mampu mengoperasikan facebook, twitter, instagram dan platfrom social media lainnya. Tujuannya agar dapat berkomunikasi dengan pengguna Perpustakaan. Pengguna perpustakaan dapat berkomunikasi secara langsung melalui social networking dengan pustakawan tentang kebutuhan informasinya.

Kedua, Transliteracy. Komponen transliteracy didefinisikan sebagai upaya memanfaatkan berbagai platform untuk membuat konten, membagikan hingga mengkomunikasikannya (gramedia.com, 28 April 2023). Pustakawan Digital Immigrant dalam hal ini dituntut kreatif menjadi content creator. Pustakawan Digital Immigrant dapat membuat video edukatif, misalnya cara efektif mencari koleksi buku di rak atau cara mensitasi rujukan melalui Mandeley melalui Tiktok, Instagram, You Tube atau Facebook. Untuk menjadi content creator Pustakawan Digital Immigran seyogianya memiliki skill kemampuan riset, manajemen waktu, mampu menerapkan SEO (Search Engine Optimization) pada kontennya dan menguasai copy writing dan content writing.

Ketiga, Mantaining Privacy. Privasi menjadi hal penting dalam literasi digital ini. Pustakawan Digital Immigrant sebagai pengguna sosial media seyogianya memahami mengenai cyber crime. Cyber crime telah marak terjadi seiring masifnya teknologi digital. Salah satu kejahatan didunia maya adalah pencurian data pribadi (phising). Kejahatan lain adalah pencurian kartu kredit (carding) dan peretasan surat elektronik.

Keempat, Managing Digital Identity. Pustakawan Digital Immigrant dituntut menggunakan identitas yang tepat dan benar diberbagai media sosial yang dimiliki.

Kelima, Creating Content. Pustakawan Digital Immigrant dapat meningkatkan keterampilannya dengan membuat konten kreatif dalam bentuk artikel yang dengan platfrom yang ada di internet seperti wordpress, blogspot dan sebagainya.

Keenam, organising and sharing content. Pustakawan Digital Immigrant yang memiliki konten eduktif sebaiknya belajar trik bagaimana kontennya dapat dengan mudah diketahui khalayak. Pustakawan Digital Immigrant harus memahami monetisasi sehingga konten yang disebarkannya menghasilkan uang. Monetisasi adalah cara bagi seorang kreator untuk mendapatkan penghasilan dari membuat dan memposting konten seperti video di YouTube. (Suara.com, 28 April 2023).

Ketujuh, Reusing / Repurposing Content. Pustakawan Digital Immigrant seyogianya mampu mengolah kembali konten yang ada dalam bentuk berbeda. Misalnya ada konten dalam bentuk video yang kemudian dibuat menjadi bentu slide share dengan tujuan supaya banyak orang mengunduh dan mempelajarinya.

Kedelapan, Filtering dan Selecting Content. Pustakawan Digital Immigrant dituntut memiliki kemampuan mencari dan menyaring informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhannya melalui mesin pencari di internet.

Kesembilan, Self Brocasting. Pustakawan Digital Immigrant seyogianya memiliki kemampuan berbagi ide dalam platfrom seperti blog atau zoom secara online. Self Broadcasting merupakan upaya Pustakawan Digital Immigrant berpartisipasi dalam masyarakat khususnya kegiatan literasi digital.

        Pustakawan Digital Imigrant seyogianya menjadi pembelajar yang baik untuk mencapai kesuksesan. The more man learns, the more he realizes his ignorance. Semakin banyak manusia belajar, semakin banyak dia menyadari ketidaktahuannya. Dan Brown, novelis kondang Amerika Serikat. 

Baca juga: Kritikalitas dalam Literasi Digital: Membaca dan Menulis di Era Informasi




Profil Penulis

           Iswadi Syahrial Nupin. Lahir di Medan, 20 Oktober 1976. Alumni tiga Universitas yaitu Universitas Sumatera Utara (1999), Universitas Padjadjaran (2002) dan Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (2021). Penulis bertugas di UPT. Perpustakaan Universitas Andalas sebagai Pustakawan Muda. Penulis merupakan Finalis Lomba Inkubator Literasi Pustaka Nasional tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Juara Satu Lomba Penulisan Esai Ulang Tahun Forum Lingkar Pena Bekasi Tahun 2022. Penulis juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Pustakawan Unand (2022-2025) dan Koordinator Wilayah Padang dan Pesisir Selatan pada Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Karya Penulis adalah Pola Pengembangan Karier Pustakawan melalui Motivasi Kerja dan Pemahaman Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional (2021), Antologi Kepustakawanan Era Disrupsi (2022) dan Antologi Yang Tak Lekang di Gerus Zaman (2022) serta Antologi Puisi Kolaborasi berjumlah empat judul. Penulis dapat dihubungi melalui Instagram dengan nama https://www.instagram.com/iswadinupin/ dan Whatsapp dengan nomor 081363246906.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640