Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Kesantunan Berbahasa pada Peserta Didik Melalui Literasi Digital dengan Pendekatan Humanistik

 

(Sumber: Unsplash)


Kesantunan Berbahasa pada Peserta Didik Melalui Literasi Digital dengan Pendekatan Humanistik

Oleh Eka Ayu Anggraeni

 Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital 



Manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain. Di dalam hubungan sosial, seseorang membutuhkan alat untuk berkomunikasi. sarana komunikasi ini maka itu disebut bahasa. Bahasa memainkan peran penting dalam proses komunikasi bagi orang-orang, satu pihak adalah pembicara dan yang lainnya adalah sasaran pembicara. Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Bahasa itu penting karena tanpa itu, sulit bagi orang untuk menyampaikan apa yang ingin mereka ungkapkan. Saat berkomunikasi, pembicara seringkali menyampaikan lebih dari sekedar informasi. Salah satu tujuan pacaran atau komunikasi adalah untuk belajar berperilaku santun secara linguistik. Di banyak masyarakat Asia Timur, kesopanan dianggap sebagai harta nasional yang diwarisi dari nenek moyang. Kesopanan adalah tokoh linguistik dan budaya yang sangat menonjol di daerah. Kesopanan inilah yang membedakan orang beradab dengan orang barbar.

Pendekatan humanistik adalah pendekatan yang memandang peserta didik sebagai pribadi, bukan sebagai objek yang menyimpan kekayaan pengetahuan, karena manusia pada dasarnya memiliki kemampuan dan keinginan sendiri untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya. Pendekatan humanistik lebih berfokus pada orang daripada individu. Guru sebagai mediator informasi individu dan siswa secara mandiri melakukan kegiatan pembelajaran untuk membentuk konsep dirinya.

Watts berpendapat bahwa kesantunan adalah sarana untuk menciptakan dan mempertahankan struktur sosial yang hierarkis dan elitis serta digunakan sebagai sarana untuk mempertahankan perbedaan sosial. Dalam hal ini, kesantunan merupakan cara yang sangat efektif dalam melakukan sesuatu di masyarakat. Sopan santun memainkan peran penting dalam menjaga hubungan manusia dan kehormatan. Dapat dikatakan bahwa kesantunan itu bersifat universal karena berlaku umum di berbagai bahasa dan negara, meskipun penggunaannya berbeda-beda.

Dengan berkembangnya teknologi, semakin banyak media yang dapat digunakan. Teknologi adalah segala sesuatu dari yang sederhana sampai yang paling canggih. Dengan bantuan teknologi diharapkan komunikasi antara pembicara dan pendengar dapat berjalan dengan baik. Faktanya adalah bahwa saat ini orang jarang memperhatikan bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan alat komunikasi yang paling penting.

Tiga sikap bahasa yang dirumuskan oleh Garvin dan Mathiot (Chaer dan Agustina, 2004) dapat menggambarkan realitas Indonesia saat ini. Tiga ciri sikap linguistik adalah (1) kesetiaan linguistik, yang mendorong orang-orang linguistik untuk melestarikan bahasanya sendiri dan, jika perlu, mencegah pengaruh bahasa lain; (2) kebanggaan linguistik, yaitu mendorong masyarakat untuk mengembangkan bahasanya sendiri dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; (3) kesadaran akan adanya norma bahasa (norm awareness), yang mendorong penggunaan bahasa seseorang secara cermat dan santun; dan yang terakhir merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas, yaitu aktivitas di mana bahasa digunakan (language use). Ketiga kualitas ini merupakan ciri sikap bahasa yang positif. Sebaliknya, jika ketiga ciri sikap berbahasa itu hilang atau melemah pada diri seseorang atau kelompok masyarakat tutur, berarti telah terjadi sikap negatif terhadap bahasa pada orang atau kelompok masyarakat tersebut.

Seseorang harus memperhatikan kesantunan ketika berbicara karena kesopanan tidak bisa diremehkan. Oleh karena itu, Leech memperkenalkan prinsip kesantunan memiliki kontrol suara atau controller untuk mengurangi dampak lucu, yang dapat menimbulkan konflik akibat kesalahpahaman antara penutur dan lawan bicara. Prinsip kesantunan Leech terdiri dari enam maksim, yaitu, maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan hati, maksim penghormatan, maksim kesederhanaan, maksim pengertian bersama, dan maksim simpati. Prinsip kesopanan Kalimat-kalimat yang disajikan oleh Leech harus diterapkan sehingga pernyataan yang melibatkan tabu atau perasaan.

Sesuai dengan prinsip kesantunan, penutur dituntut untuk menggunakan bahasa yang santun. Kesopanan harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara penutur yang dapat menimbulkan pertengkaran. Bertutur kata santun tidak dapat dibedakan dari usia penutur pada saat berbicara dengan lawan bicara. orang yang baik harus bisa beradaptasi dengan lawan bicara, apakah dia lebih muda, seumuran atau lebih tua.

Kesantunan berbahasa ini harus menjadi perhatian bersama seluruh lapisan masyarakat, terutama orang tua, guru dan siswa. Setiap orang harus dididik tentang pentingnya kesantunan berbahasa, apalagi kita orang Indonesia menganggap kesantunan sebagai harta dan kekayaan bangsa. Bahasa Indonesia yang baik dan benar harus digunakan saat belajar bahasa Indonesia. Selain itu, selalu mengikuti standar kesopanan dan kesopanan, selalu melihat situasi dan keadaan serta orang lain.

 Orang tua mulai melatih kesantunan berbahasa dari rumah, memberikan contoh cara berkomunikasi yang santun, menggunakan kalimat yang baik dan benar, karena tindakan berbicara lebih lantang. Tidak masuk akal menuntut anak tanpa memberi contoh. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan lanjutan kepada siswa oleh guru tentang pentingnya etika dan kesantunan berbahasa dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar di dalam dan di luar kelas. Jika memungkinkan, hindari penggunaan kata gue, elo dengan guru lain di lingkungan sekolah.

Dengan mengikuti prinsip kesantunan berbahasa, niscaya kita dapat mewujudkan dua tujuan komunikasi, yaitu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dan menciptakan hubungan yang harmonis. Ketika hubungan yang harmonis terjalin antara siswa dan guru, lebih mudah untuk mencapai tujuan bersama.

Baca juga: Mengungkap Positifnya Pengaruh Literasi Digital pada Psikologis Anak sebagai Pengguna Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640