Digital Shaping: Penguatan Karakter Religius di Era Literasi Digital
Oleh Asfira Zakiatun Nisa
Sebagai Juara 3 Essai Internasional Tema Literasi Digital
Dibukukan dalam buku berjudul Literasi Digital
Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat telah
mempengaruhi cara manusia berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Teknologi
digital telah memengaruhi pikiran, tindakan, dan perilaku manusia yang disebut
sebagai Digital Shaping. Era digitalisasi telah membawa dampak yang
signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan keagamaan. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan literasi digital yang mendukung karakter
religius dalam era digitalisasi.
Dalam era digitalisasi di Indonesia, pengembangan literasi digital
yang mendukung karakter religius memiliki tantangan yang cukup kompleks. Salah
satu tantangannya yaitu konten digital yang tidak selalu memiliki nilai-nilai
religius. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta pada tahun 2021 atau sekitar
72,7% dari total populasi. Namun, kurang dari setengah pengguna internet di
Indonesia memiliki literasi digital yang memadai. Sebanyak 37,4% responden
mengaku sering menemukan konten digital yang tidak bermoral di media sosial.
Hal ini menunjukkan pengembangan literasi digital di Indonesia perlu mendapat
perhatian yang serius mengingat berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk
konten digital yang tidak selalu memiliki nilai-nilai religius.
Konten digital yang tidak bermoral, berisi kekerasan, dan
pornografi dapat memengaruhi pemahaman, amalan, dan nilai-nilai religius
seseorang (Anderson, 2019; Hootsuite, 2020; Kim, 2020; Ochs, 2020; Singh,
2021). Data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menunjukkan
bahwa internet juga digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk
menyebarkan paham radikal (Zulfikar & Aminah, 2020). Begitu pula survei
yang dilakukan oleh Hootsuite dan We Are Social (2020), sekitar
62% pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak dan remaja yang belum
memahami sepenuhnya risiko dan konsekuensi dari penggunaan teknologi digital.
Hal ini menunjukkan bahwa risiko penyalahgunaan teknologi seperti penyebaran
hoaks, cyberbullying, dan penggunaan internet untuk tindakan kejahatan
juga dapat mempengaruhi karakter religius seseorang. Oleh karena itu,
pengembangan literasi digital yang mendukung karakter religius di Indonesia
menjadi perhatian penting.
Salah satu cara untuk mengembangkan literasi digital yang mendukung
karakter religius yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan ke dalam
penggunaan teknologi digital. Misalnya, dalam mengajarkan anak-anak dan remaja
tentang literasi digital, penting untuk menekankan nilai-nilai kejujuran,
integritas, dan etika dalam penggunaan teknologi digital. Hal ini dapat
membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan anak di dunia digital dan
menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.
Selain itu, penting juga untuk menyediakan konten digital yang memiliki nilai-nilai religius yang baik. Dalam era digitalisasi, informasi dan konten tersedia dengan sangat mudah dan cepat. Namun, tidak semua konten memiliki nilai-nilai religius yang baik. Ada banyak konten yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan seperti kejujuran, integritas, dan etika. Beberapa platform digital seperti HalalTrip dan SalamWeb telah mengembangkan aplikasi yang memudahkan umat Islam dalam menjalankan ibadah seperti pencarian arah kiblat, jadwal salat, dan rekomendasi restoran halal. Selain itu, beberapa media sosial seperti MuslimPro dan Ramadan Kareem menyediakan fitur-fitur khusus untuk memfasilitasi umat Islam dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadan. Tak hanya itu, dalam pembelajaran di sekolah saat ini juga berbasis nilai-nilai karakter religius. Oleh karena itu, penting bagi organisasi dan individu yang terlibat dalam pembuatan konten digital untuk memperhatikan nilai-nilai religius.
Gambar 1. Contoh modul pembelajaran digital berbasis nilai-nilai keislaman
Dalam mengembangkan literasi digital yang mendukung karakter
religius, peran keluarga, pendidik, dan pemuka agama juga sangat penting.
Keluarga dapat memberikan pengarahan dan pembinaan kepada anak-anak dalam
menggunakan teknologi digital secara positif dan mengedepankan nilai-nilai
religius. Pendidik dapat mengintegrasikan literasi digital yang mendukung
karakter religius dalam kurikulum pendidikan, sedangkan pemuka agama dapat
memberikan arahan dan bimbingan tentang penggunaan teknologi digital yang
sejalan dengan nilai-nilai religius.
Dalam era digitalisasi saat ini, literasi digital menjadi hal yang
penting untuk dikembangkan. Namun, tantangan dalam mengembangkan literasi
digital yang mendukung karakter religius juga tidak bisa diabaikan. Oleh karena
itu, pentingnya pemahaman konsep Digital Shaping dan pengaruh teknologi
digital terhadap karakter religius. Integrasi nilai-nilai keagamaan dalam
pengembangan literasi digital dapat menjadi solusi untuk memperkuat karakter
religius dalam era literasi digital. Meskipun ada tantangan dan risiko yang
perlu diwaspadai, tetapi dengan pemahaman yang baik dan pengembangan literasi
digital yang tepat, manusia dapat mengoptimalkan teknologi digital untuk
kebaikan dan kemajuan secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar