(Sumber: Unsplash)
Mak, Kami Ingin Ridamu
Eva
Fitria
Entah
sudah berapa kali aku membuatmu sedih dan marah, Mak. Kemarahan terbesarmu saat
aku memutuskan memilih menikah dengan lelaki pilihanku. Walaupun saat ini Mamak
rida dengan pernikahanku, tapi entah kenapa hati ini masih resah. Tidak pernah
bermaksud mengecewakanmu Mak. Mak, aku sangat mencintaimu. Sekarang aku dan
suami hanya ingin melihat Mamak dan Bapak selalu bahagia.
Kasih sayang ibu tiada yang mampu menggantinya, karena
kasih sayangnya seorang anak bisa menjalani hidup dengan penuh bahagia. Lewat
doa yang selalu dipanjatkan memohon kepada Sang Rabb untuk diberikan kasih
sayang yang nyata kepada anak-anaknya, sehingga tiada yang pantas untuk bisa
selain mampu berbakti kepada kedua orangtua khususnya untuk seorang ibu
tercinta.
Ibu adalah sosok yang sangat penting dalam hidup kita.
Ia yang mengandung dan melahirkan, sehingga kita bisa berada di dunia ini
melalui pengorbanannya. Maka, tak heran jika ada ungkapan surga di telapak kaki
ibu, rida Allah merupakan rida ibu, Jika tak ada rida ibu hanya akan sia-sia
belaka.
Dalam sebuah hadist yang mengatakan bahwa rida Allah
tergantung rida orang tuanya dan murka Allah tergantung murka orang tuanya
(HR.Thabrani). Hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani menggambarkan betapa
tinggi posisi keridhoan orangtua dalam Islam.
Di dalam Al-Quran, berbakti kepada orang tua dilekatkan dengan
ketaatan kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 Allah berfirman “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu—Bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra: 23)
Cara Islam melindungi ibu adalah dengan membuatnya
selalu bahagia. Dalam HR. Abu Dawud disebutkan bahwa seorang datang kepada
Rasulullah SAW dan berkata “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan
aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis”. Rasulullah SAW
bersabda, ”Kembalillah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa
sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis”.
Dari hadist tersebut terlihat bagaimana membuat ibu
bahagia adalah lebih baik dari apa pun. Hal inilah yang membuat resah hati ini
karena pernah mengecewakannya, membuatnya menangis.
Suatu ketika pernah mengecewakan. Mamak, karena memilih
menikah dengan lelaki yang waktu itu Mamak tidak menyetujuinya. Pilihan yang
sangat berat memilih salah satu diantara dua pilihan, mengikuti keinginan Mamak
atau melepaskan lelaki yang sudah kenal lama denganku. Alasan Mamak tidak
merestui hubungan kami karena jarak dan pekerjaan. Suami yang menetap di
Jakarta dan orang tuanya tinggal di Kalimantan. Saat itu suami belum
mendapatkan pekerjaan yang tetap.
Perjuangan yang tidak mudah memang waktu itu, untuk bisa
mendapat restu Mamak. Berjuang selama tujuh tahun dan puncak kemarahan Mamak
setahun menjelang pernikahan, saat itu kami sudah cukup yakin untuk melengkapi
ibadah kami. Aku dan suami terus berusaha
mendekati Mamak, tapi Mamak masih tidak memberikan restunya. Akhirnya kami
meminta tolong keluarga, ini adalah salah satu cara untuk melembutkan hati Mamak.
Minta tolong ke kakak, abang ipar, pakdhe, ibu (tante), Om semua orang yang
dipercaya Mamak. Namun, belum juga dapat meluluhkan hati Mamak. Sampai akhirnya
ikhtiar yang sangat panjang, aku dan suami pasrah dan ikhlas, apapun keinginan
Mamak akan aku turuti.
Teringat kata Bang Arie saat pernikahannya juga tidak
mendapat restu, “Kami hanyalah arus, yang menunggu gelombang mereda, agar kita
bisa lanjut bertualang dalam teduhnya samudera kehidupan.” Sama seperti kami
(aku dan suami) yang menunggu restu Mamak.
Saat itu ada lelaki yang ingin melamarku dan Mamak
menyukainya. Mamak menyuruhku menerima lamarannya, masih sangat berat hati ini
karena aku masih berharap Mamak merestui hubungan kami. Tapi, karena tak ingin
melukainya, dan masih ingin mendapatkan surga darinya aku dan suami pasrah dan
ikhlas dengan semua keadaan.
Baca juga: Sebuah Harapan Wanita Sholihah dengan Kisah Ta’arufnya
Waktu itu aku sempat menyetujui keinginan Mamak dan menerima laki-laki itu. Tapi, alhamdulillah dengan keikhlasan kami mendapat jawaban dari Allah. Sangat ingat sekali momen itu, di waktu sholat Ashar saat sujud terakhir, aku benar-benar meminta petunjuk-Nya. Kemudian berdoa dengan segala kerendahan dan ketulusan hati meminta ampun dan meminta pertolongan-Nya. Allah kasih jawaban melalui teman-teman kerjaku. Kebetulan lelaki itu bekerja di tempat yang sama. Aku bilang ke Mamak bahwa aku membatalkannya karena beberapa sebab. Kusampaikan kembali ke suami, aku sudah memilih menolak lelaki yang disukai Mamak, suami pun lebih percaya diri untuk kembali berusaha mendapatkan restu Mamak. Meminta tolong lagi lewat om, tante, kakak, pakdhe yang akhirnya Mamak setuju.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar