Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Mak, Kami Ingin Ridamu (Karya Eva Fitria)

 

(Sumber: Unsplash)


Mak, Kami Ingin Ridamu

Eva Fitria

 (Dubukukan dalam buku yang berjudul Debar Kawal Hingga Halal)

 

Entah sudah berapa kali aku membuatmu sedih dan marah, Mak. Kemarahan terbesarmu saat aku memutuskan memilih menikah dengan lelaki pilihanku. Walaupun saat ini Mamak rida dengan pernikahanku, tapi entah kenapa hati ini masih resah. Tidak pernah bermaksud mengecewakanmu Mak. Mak, aku sangat mencintaimu. Sekarang aku dan suami hanya ingin melihat Mamak dan Bapak selalu bahagia.

Kasih sayang ibu tiada yang mampu menggantinya, karena kasih sayangnya seorang anak bisa menjalani hidup dengan penuh bahagia. Lewat doa yang selalu dipanjatkan memohon kepada Sang Rabb untuk diberikan kasih sayang yang nyata kepada anak-anaknya, sehingga tiada yang pantas untuk bisa selain mampu berbakti kepada kedua orangtua khususnya untuk seorang ibu tercinta.

Ibu adalah sosok yang sangat penting dalam hidup kita. Ia yang mengandung dan melahirkan, sehingga kita bisa berada di dunia ini melalui pengorbanannya. Maka, tak heran jika ada ungkapan surga di telapak kaki ibu, rida Allah merupakan rida ibu, Jika tak ada rida ibu hanya akan sia-sia belaka.

Dalam sebuah hadist yang mengatakan bahwa rida Allah tergantung rida orang tuanya dan murka Allah tergantung murka orang tuanya (HR.Thabrani). Hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani menggambarkan betapa tinggi posisi keridhoan orangtua dalam Islam.

Di dalam Al-Quran, berbakti kepada orang tua dilekatkan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 Allah berfirman “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu—Bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra: 23)

Cara Islam melindungi ibu adalah dengan membuatnya selalu bahagia. Dalam HR. Abu Dawud disebutkan bahwa seorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis”. Rasulullah SAW bersabda, ”Kembalillah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis”.

Dari hadist tersebut terlihat bagaimana membuat ibu bahagia adalah lebih baik dari apa pun. Hal inilah yang membuat resah hati ini karena pernah mengecewakannya, membuatnya menangis.

Suatu ketika pernah mengecewakan. Mamak, karena memilih menikah dengan lelaki yang waktu itu Mamak tidak menyetujuinya. Pilihan yang sangat berat memilih salah satu diantara dua pilihan, mengikuti keinginan Mamak atau melepaskan lelaki yang sudah kenal lama denganku. Alasan Mamak tidak merestui hubungan kami karena jarak dan pekerjaan. Suami yang menetap di Jakarta dan orang tuanya tinggal di Kalimantan. Saat itu suami belum mendapatkan pekerjaan yang tetap.

Perjuangan yang tidak mudah memang waktu itu, untuk bisa mendapat restu Mamak. Berjuang selama tujuh tahun dan puncak kemarahan Mamak setahun menjelang pernikahan, saat itu kami sudah cukup yakin untuk melengkapi ibadah kami.  Aku dan suami terus berusaha mendekati Mamak, tapi Mamak masih tidak memberikan restunya. Akhirnya kami meminta tolong keluarga, ini adalah salah satu cara untuk melembutkan hati Mamak. Minta tolong ke kakak, abang ipar, pakdhe, ibu (tante), Om semua orang yang dipercaya Mamak. Namun, belum juga dapat meluluhkan hati Mamak. Sampai akhirnya ikhtiar yang sangat panjang, aku dan suami pasrah dan ikhlas, apapun keinginan Mamak akan aku turuti.

Teringat kata Bang Arie saat pernikahannya juga tidak mendapat restu, “Kami hanyalah arus, yang menunggu gelombang mereda, agar kita bisa lanjut bertualang dalam teduhnya samudera kehidupan.” Sama seperti kami (aku dan suami) yang menunggu restu Mamak.

Saat itu ada lelaki yang ingin melamarku dan Mamak menyukainya. Mamak menyuruhku menerima lamarannya, masih sangat berat hati ini karena aku masih berharap Mamak merestui hubungan kami. Tapi, karena tak ingin melukainya, dan masih ingin mendapatkan surga darinya aku dan suami pasrah dan ikhlas dengan semua keadaan.


Baca juga: Sebuah Harapan Wanita Sholihah dengan Kisah Ta’arufnya


Waktu itu aku sempat menyetujui keinginan Mamak dan menerima laki-laki itu.  Tapi, alhamdulillah dengan keikhlasan kami mendapat jawaban dari Allah. Sangat ingat sekali momen itu, di waktu sholat Ashar saat sujud terakhir, aku benar-benar meminta petunjuk-Nya. Kemudian berdoa dengan segala kerendahan dan ketulusan hati meminta ampun dan meminta pertolongan-Nya. Allah kasih jawaban melalui teman-teman kerjaku. Kebetulan lelaki itu bekerja di tempat yang sama. Aku bilang ke Mamak bahwa aku membatalkannya karena beberapa sebab. Kusampaikan kembali ke suami, aku sudah memilih menolak lelaki yang disukai Mamak, suami pun lebih percaya diri untuk kembali berusaha mendapatkan restu Mamak. Meminta tolong lagi lewat om, tante, kakak, pakdhe yang akhirnya Mamak setuju.

Bersambung...


 

Baca juga: Diam dan Patah


Profil Penulis


Eva Fitria, biasa disapa Eva. Kelahiran pulau Intan, 23 Februari 1990. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Berdarah Minang dari ayah dan ibu Jawa. Lulusan Sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2013. Gelar Magister Ilmu Manajemen diselesaikan tahun 2017 di USU Medan. Saat ini penulis sebagai Dosen Tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Labuhanbatu. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penjamin Mutu Universitas Labuhanbatu tahun 2019-2020.  Menikah dengan Benni Irwanto, dikaruniai satu anak, Naifa Almahyra Azzahra Kabellen. Penulis juga sebagai salah satu penggerak literasi, mendirikan Rumah Baca Insan Cita untuk anak-anak di desanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640