Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A1
25k / bulan
60k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A2
25k / bulan
60k / 3 bulan

Jangan Menyerah Karena Cinta (Karya Novia Nelly Fitriani)

 

(Sumber: Unsplash)



Jangan Menyerah Karena Cinta

Karya: Novia Nelly Fitriani 

(Dibukukan dalam buku berjudul Terima Kasih untuk tidak Menyerah)


 

Bisa dilihat seorang gadis berambut pendek dan bertubuh mungil duduk di teras dan sedang memakai sepatu yang sedikit usang tapi bisa dibilang sangat layak pakai, bahasa mudahnya berdebu. Seperti manusia pada umumnya ia memang terkadang ia sedikit malas untuk beberes, dan sekarang dirinya sudah sedikit terlambat untuk ke sekolah.

Tidak, dia bukan tipe yang pemalas hanya saja semalam ia melewatkan jadwal tidur hariannya, jadi hari ini pula kantung matanya terlihat jelas. Sedikit kemalangan bagi gadis itu, padahal ini hari pertama ia bersekolah.

Pagi ini gadis itu diantar ke sekolah oleh ojek langganannya Bang Amir namanya, "Makasih bang, hati hati."

"Aku yang harusnya menyampaikan hati-hati padamu." Ujar Bang Amir, gadis itu mengkerutkan alis tipisnya pertanda sedikit bingung dengan ucapan lelaki tersebut. Bang Amir paham jika gadis bertubuh pendek itu bingung dan langsung melanjutkan kalimatnya, "kau sudah terlambat, hati-hati dihukum di depan kelas."

"Tak akan lah bang, siapa yang berani sama aku." Ujar gadis itu, Bang Amir sedikit tertawa, "Dulu saat dimarahi ibu pun kau menangis."

Gadis itu tertawa, "Jangan diungkit-ungkit lagi lah bang, saat itu memang aku yang salah.” Sedikit candaan dari Bang Amir pagi ini membuat kegelisahan gadis itu sedikit sirna, walaupun dalam hatinya tetap khawatir untuk dihukum oleh panitia ospek. "Makasih bang, aku masuk dulu"! ucapnya.

"Iya, belajar yang rajin, jangan kau bermalas-malasan!" ujar Bang Amir kepada gadis yang baru saja diantarnya.

Gadis itu tersenyum tanda jika ia mengiyakan ucapan Bang Amir, dan ia langsung berjalan menuju gerbang. Candaan dari Bang Amir tadi membuat harinya sedikit berwarna, ia sangat menyukai latar belakang dari sosok Bang Amir, jangan salah paham itu hanya sebatas kekaguman. Bang Amir dan dirinya sudah dekat sejak dia duduk di bangku SMP kelas 2, dan Bang Amir kelas 2 SMA, memang tak terpaut jauh umur mereka berdua. Bang Amir dan dirinya dulu adalah tetangga, jarak rumah mereka pun tak begitu jauh hanya berjarak 3 rumah, namun karena masalah ekonomi Bang Amir dan keluarganya harus pindah. Tak terlalu jauh mereka hanya pindah ke komplek sebelah untuk tinggal di rumah adik dari ibunya.

Pada saat itu pula Bang Amir harus memiliki kemandirian sebab ekonomi keluarganya sedang di ujung tanduk. Tanpa sengaja disuatu sore ia bertemu dengan ayah gadis itu dan ayahnya mengajak dirinya berbincang-bincang, katanya ia sedang mencari tukang antar jemput untuk putrinya dari rumah ke sekolah, dengan senang hati ia menawarkan diri sebab dirinya juga sedang butuh pekerjaan. Lelaki keturunan timur itu memiliki gigi yang putih, lesung dan juga rambut yang tebal siapa yang tak jatuh cinta jika dilihat dari parasnya, tak salah jika gadis itu memiliki kekaguman untuk sosok Bang Amir.

Gadis itu sedang menyusuri gedung sekolah dan sedikit kebingungan mencari-cari kelasnya, jika dilihat-lihat dirinya belum begitu terlambat karena belum ada guru yang masuk ke kelas-kelas, jadi dirinya tak begitu khawatir dan sekarang ia harus fokus mencari satu nama diabsen setiap kelas, ‘Elysian Upasama’ namanya tertera di kelas yang terletak lorong paling ujung di lantai satu. Saat memasuki kelas seorang gadis berkerudung tersenyum lebar kepadanya dan memanggilnya "Hey ely sini! Sudah kusiapkan bangku untukmu," dia menatap gadis berkerudung itu dengan mata berbinar dan menghampirinya

"Siya, di kelas ini juga?" tanya Ely.

"Iya, tadi pagi kulihat namamu, jadi kusisihkan bangku untukmu," gadis itu tersenyum kepada teman sebangkunya sebagai tanda terima kasih yang tak diutarakan secara langsung. Gadis berkerudung itu juga membalas senyumnya, sepertinya Ely sedikit terpana melihat salah satu gigi temannya yang menonjol yang tak tumbuh teratur seperti gigi lain. Bisa Ely akui jika gadis berkerudung itu terlihat sangat manis ketika tersenyum.

Tak lama kemudian seorang laki laki memakai pakaian coklat polos masuk ke dalam kelas. Pakaiannya tak seperti milik guru yang lain, bisa ditebak dari kerutan di wajahnya ia berusia kisaran 40 tahunan. Jika dilihat dari gerak geriknya lelaki itu sepertinya ia akan memperkenalkan diri.

 "Anak-anak perkenalkan nama saya Pak Bujang seorang guru honorer yang sudah masuk tahun ketiga mengajar murid di sekolah ini mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya bukan bujangan karena saya sudah menikah beristri 1 dan menafkahi 2 anak perempuan, saya wali kelas sementara kalian pada masa orientasi sekolah."

Jika dilihat dari perkenalan beliau sepertinya ia sosok yang lumayan humoris, dan akan disukai anak-anak di kelas. Beberapa saat kemudian Pak Bujang keluar dari kelas sebab tugasnya sudah selesai yaitu mengabsen murid barunya kemudian beliau menyuruh mereka untuk berkumpul di aula atas untuk mengikuti serangkaian acara dari panitia orientasi sekolah.

Seperti gadis pada umumnya ia begitu bergejolak dan sering memimpikan masa SMA yang begitu indah, dipenuhi cinta masa muda. Namun ia sadar diri sebab ayahnya dan juga ibunya tak memperbolehkannya terikat dalam hubungan percintaan. Tak tahu alasan pastinya karena setiap Ely menceritakan jika ia menyukai seseorang ibunya selalu berkata, "Belajar dulu yang benar!" mungkin mereka khawatir jika Ely tak akan fokus dalam pendidikannya. Tapi mau bagaimanapun orangtuanya tak pernah bisa melarang jika ia menyukai lawan jenis mereka juga tahu jika masa remaja anaknya pasti akan dimabuk cinta, hanya saja balasannya saja yang begitu ketus. Pengalaman orangtuanya lebih banyak dibandingkan Ely sendiri jadi mereka tahu remaja tak suka hal yang biasa saja, mereka suka yang berlebihan, mereka selalu bergejolak besar apalagi masalah percintaan, jika orang tua tak pandai mengajarkan anaknya untuk mengerem bisa-bisa mereka kebablasan.

Beberapa bulan setelah masa orientasi sekolah-pun berlalu, Ely dan teman-temannya sedang mempersiapkan diri untuk Penilaian Akhir Semester Genap. Mereka semua belajar dengan dengan rajin namun berbeda dengan Ely, ia malah sibuk dengan masalah percintaanya dan semenjak berpacaran dengan Sajak ia selalu mengabaikan pendidikannya. Ini pertama kalinya ia menjalin asmara dengan seorang pria.

Pertemuan mereka diawali dimana Sajak dan Ely secara tidak sengaja dijemur di bawah tiang bendera karena mereka terlambat. Ely terlambat dikarenakan Bang Amir pagi hari itu sakit perut sehingga ia terlambat mengantar Ely ke sekolah, sedangkan Sajak seperti biasa ia main bersama kawan-kawannya sampai malam sehingga ia kesiangan. Pada saat itu Sajak tidak sengaja memandang Ely dan ia terpana melihat sisi manis dari wajah Ely. Pagi itu setelah mereka selesai di hukum Sajak langsung mencari informasi mengenai Ely. Ia meminta nomor handphone Ely secara diam diam kepada teman Ely lalu mengajak Ely berkenalan. Setelah mereka berkenalan beberapa waktu Ely menyukai sisi Sajak yang sangat humoris dan bisa memposisikan diri untuk diajak bicara, baik hal serius maupun hal ringan. Namun banyak hal hal yang teman-temannya katakan mengenai Sajak tetapi Ely mengabaikannya begitu saja karena ia terlanjur jatuh hati kepada Sajak.

Banyak teman-teman Ely yang tidak setuju dengan hubungan percintaannya karena sosok Sajak ini suka sekali menggoda perempuan-perempuan cantik di belakang Ely, namun Ely mengabaikan hal tersebut karena percuma saja menasehati orang yang jatuh cinta sebab mereka tak akan pernah peduli dengan apa yang orang katakan, mata mereka buta dan telinga mereka tuli, matanya hanya tertuju untuk orang yang dicintainya saja. Karena menurut Ely Sajak di depannya terlihat sangat mencintainya, jadi ia tidak memikirkan apa kata orang lain.

Pada jam istirahat Sajak menghampiri Ely, “Hai, cantik!” serunya sambil merangkul pundak Ely dan berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin ia memesan, “Bu seperti biasa, siomay 2, es teh 2, es nya yang banyak.” Itu adalah makanan favorit mereka beberapa minggu ini setelah soto ayam.

“Kau hari ini terlihat cantik sekali Ely, aku semakin jatuh cinta kepadamu.” Ujar Sajak sambil menatap Ely yang tersipu malu di tempat duduknya.

“Kau benar-benar jatuh hati atau membual?” ujar Ely kepada Sajak.

“Tentunya aku benar-benar jatuh cinta kepadamu sayang!” ia menanggapi ujaran Ely tadi,

“Buktinya kalau cinta mengapa kau lama sekali membalas pesanku bahkan sampai berjam-jam, aku kesal denganmu!” ucap Ely sedikit kesal,

“Aku sibuk dengan teman-temanku sayang, terkadang juga aku harus membantu orang tuaku di rumah, mana sempat aku memegang handphone lama-lama!” ujar sajak menjelaskan kepada Ely,

“Sudahlah aku kesal denganmu!” jawab Ely.

“Sudah jangan kesal kepadaku, lebih baik aku menyuapimu siomay ini, ayo buka mulutmu!” kata Sajak sambil menyuapi Ely.

“Jadi, bagaimana nanti malam apakah kita jadi keluar?” tanya Ely kepada Sajak.

“Sepertinya aku belum bisa nanti malam, aku harus membantu orang tuaku berjualan,” jawab Sajak,

“Hmmm, yasudahlah,” ujar Ely sedikit kecewa.

“Jangan cemberut begitu kita ganti hari lain ya cantik,” ucap Sajak untuk membujuk Ely. Tak lama setelah itu bel masuk pun berbunyi dan mereka berdua pun masuk kelas.

Sesampainya di kelas Ely duduk di tempatnya lalu Siya bertanya kepada Ely.

“Nanti malam kau sibuk tidak?”

“Tidak, ada apa?” jawab Ely.

“Apa nanti malam kau bisa mengantarku untuk membeli buku, aku ingin membelinya untuk persiapan ujian nanti.” Ucap Siya kepada Ely.

“Aku tidak sedang sibuk, baiklah nanti malam aku temani,” ucap Ely.

“Terima kasih Ely!” ucap Siya.

“Simpan terima kasihmu untuk nanti,” jawab Ely sambil tersenyum.

Malam itu Siya menjemput Ely di rumahnya kemudian bergegas pergi ke Toko Buku Sastra menggunakan sepeda motornya masing-masing sambil menikmati suasana malam itu. Walaupun sebenarnya Ely sedikit kecewa karena tidak jadi pergi dengan Sajak. Sesampainya di toko buku mereka mencari buku yang Siya inginkan. Seorang pegawai menghampiri mereka kemudian Siya bertanya ke pegawai tersebut dimana ia bisa mendapatkan buku yang ia cari sehingga petugas tersebut memberitahunya untuk naik ke lantai dua. Tak lama kemudian mereka mendapatkan buku yang Siya inginkan dan mereka segera menuju kasir untuk membayar buku tersebut. Namun tanpa mereka sadari kunci motor milik Ely terjatuh dari kantongnya sesaat sebelum sampai di kasir. Sesampainya di kasir Siya membayar buku miliknya dan setelah itu mereka langsung pergi menuju tempat parkir. Ketika sampai tempat parkir Ely menyadari jika ia tidak mendapati kunci motornya di kantong miliknya.

“Siya apa kau melihat kunci motorku?” ujar Ely yang terlihat kebingungan.

“Aku tidak melihatnya, ada apa?” tanya Siya,.

“Sepertinya kunci motorku terjatuh saat kita membeli buku tadi.” Ucap Ely.

“Mari kita pergi kembali ke toko buku tadi” ujar Siya. Setelah itu mereka bergegas kembali ke toko buku tersebut.

Mereka bertanya kepada beberapa pegawai yang ada dan salah seorang pegawai memberitahu jika ia melihat kunci motor terjatuh dan memberikan kunci motor tersebut kepada kasir. Ely dan Siya bergegas pergi ke kasir dan betapa kagetnya Ely melihat Sajak berada di kasir bersama wanita lain. Ely dan Siya terdiam sejenak dan merasa sangat kaget karena tidak menyangka Sajak yang awalnya berkata ia sedang membantu orang tuanya tetapi pergi bersama wanita lain. Segera mungkin Ely menghampiri Sajak dengan perasaan menggebu gebu, namun ia harus menghadapinya dengan santai.

“Hai Sajak, sedang apa di sini?” tanya Ely dengan dada sesak.

“Loh, sayang ini siapa?” jawab wanita itu.

“Sayang? Siapa wanita ini Sajak?“ ucap Ely.

“Kenalin aku pacar Sajak.” Ucap wanita itu,

“Sejak kapan kalian bersama?” ujar Ely dengan perasaan menggebu-gebu.

“Maaf Ely aku bisa jelasin semuanya, ini tidak seperti yang kamu lihat.”

“Sudah cukup Sajak, tidak perlu ada yang dijelaskan lagi dan aku sudah muak dengan tingkah lakumu selama ini, kita cukup sampai di sini saja!” ujar Ely dengan penuh amarah dan meninggalkan mereka berdua. “Siya ayo kita pergi dari sini”! ucap Ely kepada Siya dan ia pun mengiyakan perkataan Ely.

Di perjalanan pulang Siya menyemangati Ely agar ia tidak berlarut dalam kesedihanya dan dapat bangkit dari rasa sakit hatinya. Ely mengiyakan bahwa dirinya akan selalu bersemangat walaupun tanpa kekasih dan Ely tidak akan mengalami keterpurukan, namun sesampainya di rumah semua yang diucap oleh Ely kepada Siya untuk selalu bersemangat seakan tidak berarti karena di lubuk hati Ely yang terdalam ia sangat sedih akan kehilangan Sajak. Ely menanggis berlarut-larut hingga 1 minggu lamanya dan hampir melukai dirinya sendiri karna Sajak adalah cinta pertamanya. Ely merasa marah terhadap dirinya dan merasa dirinya tidak pantas untuk siapa pun dan ia merasa binggung apa yang kurang dari dirinya sehingga ia sangat membenci dirinya sendiri. Orang tuanya sempat curiga dengan perubahan yang terjadi terhadap Ely dimana sebelumnya ia adalah pribadi yang selalu ceria tetapi sekarang terhilat murung sampai 1 minggu lamanya.

Malam itu orang tua Ely diam-diam pergi ke kamar Ely namun secara tidak sengaja mereka mendengar suara Ely sedang menangis. Orang tua Ely membuka pintu kamar anaknya tersebut dan langsung sesegera mungkin memeluk dan menenangkan anaknya.

“Ada apa dengan engkau sayang?” ujar ibunya sambil menghapus air mata di pipi Ely.

“Aku takut jika menceritakannya kalian akan marah padaku, sebab yang aku lakukan akibat dari ulahku sendiri.” Ucap Ely dengan sesenggukan.

“Tidak akan nak .…” Ucap ayahnya sambil mengelus kepala anaknya. Ely mencerikan apa yang terjadi kepada ibu dan ayahnya, mereka mencoba untuk memahami dengan apa yang terjadi terhadap dirinya.

“Nak ... apa yang sudah terjadi terhadapmu jadikanlah pembelajaran, perjalananmu masih panjang jangan menyerah karena cinta dari seorang pria murahan begitu saja, karena kamu masih mendapatkan banyak cinta yang lain dari sekelilingmu, cinta dari ibu dan ayah, cinta dari sahabat terdekatmu dan cinta dari Tuhan hingga kau masih bisa berdiri sampai saat ini” ujar ayah Ely, “sekarang mari terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih bahagia, lebih mudah bersyukur dan memaafkan terhadap segala hal yang menyakitimu, belajar memaafkan untuk semua hal yang menyakiti, jadilah versi terbaik untuk dirimu sendiri dan sebarkan hal-hal positif di manapun serta janganlah terlarut dalam kesedihan.” Pesan ibu untuk anaknya itu.

Ely menangis sejadi-jadinya karena ia memiliki orang tua yang sangat mendukungnya dalam posisi apapun. “Buktikan kepada siapapun bahwa hal sekecil ini tidak akan mempengaruhimu dan jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri.” Ujar ayah yang menyemangati anaknya itu.

“Baik ayah dan ibu akan kubuktikan bahwa aku tidak akan terpengaruh dengan hal sekecil ini, aku sayang kalian.” Ujar Ely sambil memeluk ibu dan ayahnya.

Berapa minggu setelah kejadian tersebut Ely kembali menjadi pribadi yang ceria. Ia mendapatkan juara 1 di kelasnya dan masuk di kelas favorit. Ia sadar bahwa sekarang yang terpenting adalah mencintai terhadap dirinya terlebih dahulu maka setelah itu akan datang cinta-cinta lain dalam hidup. Dunia tidak menyukai wanita yang selalu bersedih karena hal-hal negatif dan tidak akan menguntungkan. Jadilah wanita yang selalu positif menanggapi sesuatu agar dunia selalu berpihak kepadamu. []


 

Profil Penulis

 


Novia Nelly Fitriani, lahir di madiun pada tanggal 19 November 2004 dulunya ia sempat tinggal di Tarakan untuk menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 006 Tarakan kemudian ia sempat melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Tarakan hanya 1 tahun setelah itu pindah di SMPN 1 Jiwan dan melanjutkan pendidikannya di jenjang SMA mengambil jurusan IPA di SMAK St.Bonaventura Madiun. Sekarang ia tengah menempuh studi strata satu di Universitas Merdeka Madiun Fakultas Hukum. Pengalaman organisasi, ia pernah menjabat sebagai ketua 2 Osis di SMAK St.Bonaventura Madiun, Sekretaris di Organisasi Pandega Bima Cakra Madiun, dan Menjabat sebagai mentri PSDA di BEM Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640