Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Perempuan, Kemajuan dan Peradaban (Juara Harapan Essai Internasional Tema Women & Gender Equality)

 

Sumber: Pixabay


Perempuan, Kemajuan dan Peradaban

Oleh Aulia Ilfathoniyah

Juara Harapan Essai Internasional Tema Women & Gender Equality


Berbicara tentang perempuan memang tidak ada habisnya. Dalam ajaran  Islam dijelaskan tidak ada perbedaan dan pengkhususan antara laki laki dan perempuan. Tidak menilai kemuliaan dari jenis kelamin yang dimilki. Tuhan hanya melihat dan menilai seseorang  dari segi taqwanya saja dan mempersilahkan  siapa saja untuk berlomba-lomba mendapatkan ridho Tuhan. Seperti halnya cerita nabi  Adam dalam alquran, tuhan menceritakan keduanya sebanding sebagai tokoh yang kuat yaitu adam dan hawa.

Posisi wanita dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat tidak berkurang sedikitpun dengan laki-laki. Pandangan Islam tidak bisa dikatakan mengalami bias gender. Islam sama sekali tidak menghilangkan keberadaan wanita sebagai individu. Ia diperbolehkan untuk menuntut ilmu, berpendapat, bekerja, mengembangkan hartanya, memimpin sendiri usahanya dan sebagainya. Lantas tuduhan akan bias gender dalam ajaran  Islam sangatlah tidak beralasan.

Pada masa Rosulullah seorang wanita bernama Umaimah binti Rafiqah meminta untuk diambil sumpahnya atau dibai’at. Rosulullah mengabulkan permintaannya dan sudah mempertimbangkan kemampuan dan kedudukan mereka sebagai perempuan. Salah satu isi perjajian itu adalah bahwa wanita diperbolehkan dalam mengikuti peperangan. Dalam situasi perangpun banyak perempuan yang terlibat.

Ummu Sulaim binti Malhan r.a. dalam perang Hunain terlihat membawa senjata tajam. Sahabat Rasulullah SAW, Abu Thalhah r.a. yang melihat senjata itu menyampaikan kepada Rasulullah lalu beliau bertanya, “untuk apa senjata itu?” Ummu Sulaim menjawab, “kalau ada musuh yang mendekat kepadaku, akan kubelah perutnya.” Mendengar jawabannya, Rasulullah tersenyum (HR Muslim).

Pandangan sosial telah mengklaim bahwa perempuan lebih banyak diposisikan dalam ranah domestik ketimbang ranah publik. Dalam perspektif sosiologis dinyatakan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi. Mereka terlalu puas dengan dirinya. Padahal madrasah pertama, pendidikan pertama anak adalah ibunya. Yang mengenalkan dunia seisinya adalah seorang ibu. Ini artinya bahwa perempuan memiliki andil dan peran yang sangat besar untuk mencetak generasi peradaban dimasa depan.

Semua penduduk dunia lahir dari rahim seorang wanita,  peran sebagai ibu inilah mampu membawa warna, sejarah dan peradaban suatu bangsa bahkan dunia. Oleh karena itu, perempuan perlu memiliki pengetahuan dan pendidikan yang tinggi agar mewujudkan cita-cita luhur dalam mewujudkan bangsa yang berperadaban.

Masa depan bangsa  ditentukan oleh peran perempuan, sebagai ibu mempunyai andil yang cukup besar dalam mendidik, mengonsep dan membangun kualitas putra putrinya untuk menjadi generasi emas dan membuat perubahan yang besar terhadap suatu negara. Di dalam negara, khususnya negara kesatuan Indonesia. Dalam pasal 1 aayat 27 UUD 1945“segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Dalam isi Undang-Undang di atas jelas tertuliskan bahwa negara kita tidak ada kecondongan antara peran wanita dan laki laki.

Kita sebagai wanita harusnya melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh R.A kartini. Perjuangan untuk bangkit dalam penindasan kaum perempuan telah diperjuangkan dari tahun- tahun sebelumya. R. A kartini telah berjuang dan memiliki andil penuh dalam peran perempuan dalam masa penjajahan

Wanita adalah mahluk yang sangat hebat dan  kuat, dia bisa melalukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Banyaknya tokoh wanita yang memiliki peran terhadap negara adalah suatu bentuk trobosan besar agar mampu mengajak dan memotivasi perempuan lain agar berjalan seiringan untuk bangkit dan menghilangkan pikiran-pikiran miring pada masyartakat.

Dalam beberapa uraian di atas justru yang menjadi permasalahan adalah kurangnya kepahaman dari beberapa masyarakat tentang hal ini. Ironisnya lagi ketika kaum wanita yang tidak saling mendukung antar kaumnya. Justru yang dilakukan adalah cibiran tentang keberhasilan datang dari kaum wanita lainnya. Hal ini sangatlah keliru dan menjadi kesalahpahaman yang akan menjadi permasalahan di beberapa tahun yang akan datang.

Pendidikan, pengambilan peran, dan kesetaraan tidak akan terwujud di negara ini. Maka dari itu, sebagai sesama perempuan haruslah memilki sikap yang bisa membangun satu sama lain. Bisa saling bergandengan tangan untuk pengembangan diri untuk mencetak generasi emas di peradaban yang akan datang.



Profil Penulis


Aulia Ilfathoniyah lahir di Probolinggo 03 Agustus 1999. Adalah mahasiswa program studi Biologi di Universitas Islam Malang. Sejak bangku SMA ia telah aktif dalam berbagai organisasi internal sekolah. Sampai saat ini ia masih aktif dalam berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus. Selalu mengkawal isu-isu gender dan pernah aktif di Kementrian Pemberdayaan Perempuan di BEM Unisma. Penulis bisa dihubungi melalui akun instagram pribadinya @ilfathoniyah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640