Perempuan,
Kemajuan dan Peradaban
Oleh Aulia Ilfathoniyah
Juara Harapan Essai Internasional Tema Women & Gender Equality
Berbicara tentang perempuan memang
tidak ada habisnya. Dalam ajaran Islam
dijelaskan tidak ada perbedaan dan pengkhususan antara laki laki dan perempuan.
Tidak menilai kemuliaan dari jenis kelamin yang dimilki. Tuhan hanya melihat
dan menilai seseorang dari segi taqwanya
saja dan mempersilahkan siapa saja untuk
berlomba-lomba mendapatkan ridho Tuhan. Seperti halnya cerita nabi Adam dalam alquran, tuhan menceritakan
keduanya sebanding sebagai tokoh yang kuat yaitu adam dan hawa.
Posisi wanita dalam Islam menempati
posisi yang sangat terhormat tidak berkurang sedikitpun dengan laki-laki.
Pandangan Islam tidak bisa dikatakan mengalami bias gender. Islam sama sekali
tidak menghilangkan keberadaan wanita sebagai individu. Ia diperbolehkan untuk
menuntut ilmu, berpendapat, bekerja, mengembangkan hartanya, memimpin sendiri
usahanya dan sebagainya. Lantas tuduhan akan bias gender dalam ajaran Islam sangatlah tidak beralasan.
Pada masa Rosulullah seorang wanita
bernama Umaimah binti Rafiqah meminta untuk diambil sumpahnya atau dibai’at.
Rosulullah mengabulkan permintaannya dan sudah mempertimbangkan kemampuan dan
kedudukan mereka sebagai perempuan. Salah satu isi perjajian itu adalah bahwa
wanita diperbolehkan dalam mengikuti peperangan. Dalam situasi perangpun banyak
perempuan yang terlibat.
Ummu Sulaim binti Malhan r.a. dalam
perang Hunain terlihat membawa senjata tajam. Sahabat Rasulullah SAW, Abu
Thalhah r.a. yang melihat senjata itu menyampaikan kepada Rasulullah lalu
beliau bertanya, “untuk apa senjata itu?” Ummu Sulaim menjawab, “kalau ada
musuh yang mendekat kepadaku, akan kubelah perutnya.” Mendengar jawabannya,
Rasulullah tersenyum (HR Muslim).
Pandangan sosial telah mengklaim
bahwa perempuan lebih banyak diposisikan dalam ranah domestik ketimbang ranah
publik. Dalam perspektif sosiologis dinyatakan bahwa perempuan tidak perlu
berpendidikan tinggi. Mereka terlalu puas dengan dirinya. Padahal madrasah
pertama, pendidikan pertama anak adalah ibunya. Yang mengenalkan dunia seisinya
adalah seorang ibu. Ini artinya bahwa perempuan memiliki andil dan peran yang
sangat besar untuk mencetak generasi peradaban dimasa depan.
Semua penduduk dunia lahir dari
rahim seorang wanita, peran sebagai ibu
inilah mampu membawa warna, sejarah dan peradaban suatu bangsa bahkan dunia.
Oleh karena itu, perempuan perlu memiliki pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi agar mewujudkan cita-cita luhur dalam mewujudkan bangsa yang
berperadaban.
Masa depan bangsa ditentukan oleh peran perempuan, sebagai ibu
mempunyai andil yang cukup besar dalam mendidik, mengonsep dan membangun
kualitas putra putrinya untuk menjadi generasi emas dan membuat perubahan yang
besar terhadap suatu negara. Di dalam negara, khususnya negara kesatuan Indonesia.
Dalam pasal 1 aayat 27 UUD 1945“segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.” Dalam isi Undang-Undang di atas jelas tertuliskan
bahwa negara kita tidak ada kecondongan antara peran wanita dan laki laki.
Kita sebagai wanita harusnya
melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh R.A kartini. Perjuangan untuk
bangkit dalam penindasan kaum perempuan telah diperjuangkan dari tahun- tahun
sebelumya. R. A kartini telah berjuang dan memiliki andil penuh dalam peran
perempuan dalam masa penjajahan
Wanita adalah mahluk yang sangat
hebat dan kuat, dia bisa melalukan
banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Banyaknya tokoh wanita yang memiliki
peran terhadap negara adalah suatu bentuk trobosan besar agar mampu mengajak
dan memotivasi perempuan lain agar berjalan seiringan untuk bangkit dan
menghilangkan pikiran-pikiran miring pada masyartakat.
Dalam beberapa uraian di atas justru
yang menjadi permasalahan adalah kurangnya kepahaman dari beberapa masyarakat
tentang hal ini. Ironisnya lagi ketika kaum wanita yang tidak saling mendukung
antar kaumnya. Justru yang dilakukan adalah cibiran tentang keberhasilan datang
dari kaum wanita lainnya. Hal ini sangatlah keliru dan menjadi kesalahpahaman
yang akan menjadi permasalahan di beberapa tahun yang akan datang.
Pendidikan, pengambilan peran, dan
kesetaraan tidak akan terwujud di negara ini. Maka dari itu, sebagai sesama
perempuan haruslah memilki sikap yang bisa membangun satu sama lain. Bisa
saling bergandengan tangan untuk pengembangan diri untuk mencetak generasi emas
di peradaban yang akan datang.
Profil Penulis
Aulia Ilfathoniyah lahir di Probolinggo 03 Agustus 1999. Adalah mahasiswa program studi Biologi di Universitas Islam Malang. Sejak bangku SMA ia telah aktif dalam berbagai organisasi internal sekolah. Sampai saat ini ia masih aktif dalam berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus. Selalu mengkawal isu-isu gender dan pernah aktif di Kementrian Pemberdayaan Perempuan di BEM Unisma. Penulis bisa dihubungi melalui akun instagram pribadinya @ilfathoniyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar