Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Strategi Mengatasi Stress dengan Makanan (Juara 3 Event Essai Internasional Tema Healing and Mental Health)

 


Strategi Mengatasi Stress dengan Makanan

Oleh Fawwiz Aulya Amin

 (Sebagai Juara 3 Event Essai Internasional Tema Healing and Mental Health)


Kesehatan mental mulai menjadi isu perhatian publik, terutama saat pandemi Covid 19 yang mengharuskan semua orang hidup induvidualis dengan semua kegiatan yang berlangsung dengan mobilitas yang sangat minimalis. Walaupun kesehatan mental sudah menjadi isu yang familiar di tengah perkembangan teknologi informasi digital, tidak sedikit orang yang menganggap kesehatan mental sebagai hal remeh yang dapat dikesampingkan. Hal ini merupakan bentuk penyimpangan dari definisi sehat menurut WHO yang mengartikan sehat sebagai keadaan sempurna secara fisik, mental, serta sosial. Oleh karena itu kesehatan mental perlu diperkenalkan sebagai bagaian dari kesehatan secara menyeluruh. Stres merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang sering dihadapai masayarakat. Menurut Riskesdas (2018) Penduduk Indonesia yang memiliki umur >15 tahun yang mengalami gangguan mental emotional atau stress sebanyak 37.728 orang (9,8%). Hal ini menunjukkan bahwa 10 dari 100 orang Indonesia mengalami stress.

Setiap orang mengalami stres pada waktu-waktu tertentu. Sedikit stres tidak akan menyebabkan masalah. Namun stress yang berlebihan akan mengakibatkan tubuh kita mendapatkan dampak yang tidak seharusnya seperti sakit kepala, nyeri punggung, dada berat, otot tegang, gumpalan pada kerongkongan, infeksi, dan masalah pada pencernaan. Selain hal tersebut stress juga akan menyebabkan seseorang menjadi tidak bisa fokus, mudah marah, susah tidur, khawatir, menangis, merasa selalu lelah dan adanya perubahan nafsu makan. Stress yang berlebih akan menyebabkan produksi hormon noradrenalin meningkat, jika hormon tersebut terlampau dari jumlah cukup akan menyebabkan dampak buruk.

Penanganan stress atau yang lebih dikenal sebagai coping strategy of stress merupakan upaya untuk mengurangi perasaan tertekan atau terbebani karena stres. Salah satu bentuk coping strategy yang dilakukan adalah emotional eating. Emotional eating dilakukan dalam upaya perbaikan mood dan meminimalisir ketidaknyamanan akibat stress. Makanan terbukti dapat mengatasi perbaikan mood dengan mendapatkan neurotransmitter yang diinginkan dilepaskan di otak. Neurotransmitter ini akan bertindak sebagai stimulan saraf reaksi dan menciptakan kegembiraan. Contoh dari senyawa neurotransmitter tersebut adalah dopamine, oksitosin, serotonin, dan endorphin. Endorphin merupakan salah satu hormon pembentuk kebahagiaan yang dapat diperoleh dengan asupan makanan.

Beberapa makan yang dapat memperbaiki mood di antaranya makanan dengan sumber asam amino atau protein, cafein, lemak, karbohidrat, cokelat, vitamin, dan mineral. Contoh makanan yang dapat memperbaiki mood adalah cokelat, susu dan produk susu, es krim dan cold beverages, kopi, teh, dan pengaturan diet. Cokelat mengandung triptofan yang merupakan salah satu asam amino penting yang dibutuhkan otak untuk memproduksi serotonin. Susu mempunyai senyawa opioid yang memiliki kesamaan efek farmakologis dengan opium. Kasien dan whey protein pada susu merupakan sumber potensial dari opioid tersebut. Opioid ini memiliki aktivitas antihipertensi dan antidepresan. Es krim yang kaya protein dapat meningkatkan kemungkinan kadar tirosin di otak. Tirosin adalah neurotransmitter yang meningkatkan kadar dopamin dan norepinefrin. Kafein pada kopi dapat memengaruhi perubahan suasana hati, namun mengonsumsi kafein yang berlebihan akan menekan serotonin dan mengakibatkan depresi. Teh mempunyai kandungan L-Theanin yang dapat menyebabkan ketegangan menurun, selain itu juga dapat meningkatkan kualitas tidur yang baik.

Meskipun telah disebutkan bahwa kafein dapat memperbaiki mood, disarankan untuk membatasi konsumsi kafein, hal ini dikarenakan konsumsi jangka panjang akan memberikan efek yang buruk. Selain mengonsumsi makanan yang telah disebutkan mengonsumsi buah dan sayuran, ikan, daging, telur, kacang-kacangan, dan sumber protein lain lebih disarankan. Seseorang dengan emotional eating akan cenderung mengonsumsi makanan dengan jumlah yang berlebih. Emosional eating perlu dikendalikan dengan pemilihan makanan yang sesuai dengan kebutuhan kita agar hal buruk seperti overweight tidak terjadi. Manajemen stress yang baik diperlukan untuk tetap menjaga value yang ada dalam diri kita. Jika manajemen stress buruk maka hal-hal di luar value kita akan keluar dengan sendirinya karena adanya emosi.



Profil Penulis

1.    Fawwiz Aulya Amin. Lahir di Jakarta, 2 Februari 2021 dan sekarang menetap di Malang. Mahasiswa aktif semester 8 di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Aktif di bidang pengabdian masyarakat, dan organisasi komunitas. Mahasiswa yang tertarik dan termotivasi untuk mengembangkan keterampilan tentang kepenulisan karena sebuah pesan yang berisikan “Semua penulis akan mati, hanya karyanyalah yang akan abadi”. Pembaca dapat menghubungi melalui instagram @fawwizaulya atau email fawwizaulya221@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640