Deep Talk Sarana Curhat sebagai Upaya Pencegahan Bunuh Diri pada
Remaja
Oleh Anisa Siti Nurjanah
(Sebagai Juara 2 Event Essai Internasional Tema Healing and Mental Health)
Masalah sosial
utama saat ini adalah kesehatan mental. Salah satu hal yang menghambat
pembangunan negara adalah masalah kesehatan mental. Sebuah strategi pembangunan
yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan telah dibuat sebagai upaya bantuan. Di mana tujuan
ketiga SDGs berusaha mencapai kehidupan sehat dan sejahtera, termasuk di
dalamnya adalah meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi bunuh
diri remaja.
Masa remaja dapat digambarkan
sebagai "fase badai". Penjelasannya adalah seiring bertambahnya usia
seseorang, perubahan besar terjadi dalam proses biologis, afektif, dan
kognitif. Namun, karena perkembangan psikologis terjadi lebih lambat pada
remaja, mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, termasuk
keinginan untuk bunuh diri.
Bunuh diri adalah masalah yang
signifikan dan serius. Menurut World Health Organization (2019), setidaknya
100.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahun. Bunuh diri menjadi penyebab
kematian terbesar kedua di dunia untuk remaja berusia 15 hingga 19 tahun.
Ketika ada satu orang meninggal karena bunuh diri diperkirakan terdapat 20
kasus percobaan bunuh diri. Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP)
melaporkan bahwa hingga 10 Oktober 2022, terdapat 670 kematian terkait bunuh
diri di Indonesia.
Pikiran bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai keadaan, termasuk yang
datang dari dalam dan dari luar diri individu. Bunuh diri pada remaja
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti cinta, keluarga, intimidasi, dan
masalah interpersonal. Berdasarkan fenomena tersebut, langkah preventif harus
dilakukan untuk menekan angka bunuh diri pada remaja.
Implementasi UU No. 18 Tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa dan komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan di bidang kehidupan sehat dan sejahtera diungkapkan melalui
pencegahan bunuh diri. Dalam hal ini, DPR RI mendesak pemerintah untuk
meningkatkan komitmennya dengan melaksanakan program pencegahan bunuh diri yang
efisien dan tersebar luas, meningkatkan pendidikan kesehatan mental masyarakat,
serta melakukan pemantauan nasional secara berkala dengan menggunakan data yang
akurat dan komprehensif. Menerapkan inisiatif pencegahan bunuh diri sangat baik
dilakukan di komunitas pedesaan, tempat kerja, dan sekolah.
Remaja sering berjuang sendiri untuk
memahami masalah mereka dan bagaimana menyelesaikannya. Ketika mereka harus
memberitahu orang dewasa, mereka merasa tidak nyaman atau malu, sehingga mereka
cenderung menutupi kesulitan mereka dan takut mencari bantuan. Kegagalan dalam
mendiagnosa kesehatan mental remaja adalah salah satu faktor penyebab
meningkatnya kasus bunuh diri. Artinya, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
meningkatkan kepekaan terhadap perubahan perilaku pada remaja. Dalam hal ini,
keluarga dan sekolah sangat penting untuk upaya pencegahan bunuh diri.
Peningkatan komunikasi dengan remaja
yang dimulai dengan mendengar, memahami, dan menanggapi cerita dapat membantu
mencegah bunuh diri. Deep talk adalah salah satu metode komunikasi yang
disarankan. Menurut penelitian Ilmi (2023), deep talk dengan remaja dapat
menjadi pola komunikasi yang produktif sehingga remaja memiliki tempat untuk
menemukan solusi dari masalah yang mereka hadapi.
Percakapan dua arah yang membahas
hal yang bermakna seperti perasaan yang sedang dirasakan, dan masalah yang
sedang dialami, dikenal sebagai deep talk. Deep talk menekankan pada
pembicaraan tentang masalah yang penting dan jujur satu sama lain saat
menjelaskan masalah. Remaja mendapat kesempatan untuk mengungkapkan yang selama
ini mereka tahan dengan melakukan percakapan yang mendalam. Remaja yang mampu
mengendalikan emosinya akan menjadi dewasa sebagai individu dan terhindar dari
emosi yang dapat memicu pikiran untuk bunuh diri.
Menurut Three Step Theory (3ST),
remaja yang berkeinginan untuk bunuh diri mengalami keputusasaan dengan
penderitaan. Di samping itu, mereka tidak memiliki orang lain yang dapat
membantunya. Remaja yang sedang dalam masalah memiliki kesempatan untuk merasa
didengarkan, dihargai, dan diterima saat mereka terlibat dalam deep talk. Deep
talk juga bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan terhadap perubahan individu,
khususnya pada remaja.
Pencegahan bunuh diri melalui deep
talk merupakan pendekatan langsung pada remaja yang dapat dijadikan salah satu
metode untuk mencapai tujuan ke-tiga pada indikator 3.4 dari tujuan SDGs, yang
menyerukan pada tahub 2030 jumlah kematian akibat bunuh diri harus diturunkan.
Profil Penulis
1. Anisa Siti
Nurjanah, lahir di Singingi, Riau pada tahun 1998 merupakan alumnus
Universitas Negeri Yogyakarta dan sekarang mengabdi sebagai guru di MTs Bahrul
Ulum Singingi. Memiliki ketertarikan dalam bidang kepenulisan baik fiksi maupun
non fiksi. Kontak yang dapat dihubungi: WhatsApp: 082167458742, Instagram:
@ntrenrgy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar