Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A1
25k / bulan
60k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A2
25k / bulan
60k / 3 bulan

Terlalu Berharga untuk Luka - Naskah Terpilih Juara 1 Event Cerpen Tema Luka



Terlalu Berharga untuk Luka

Oleh Adifa Pratama

 (Sebagai Cerpen Terpilih Juara 1 dalam Event Cerpen Tema Luka dalam Buku Akhir Sebuah Luka pada Februari 2023)


H

asna menutup mulutnya seraya menjatuhkan amplop cokelat di tangannya. Seluruh tubuhnya bergetar dan air mata pun tak tertahankan lagi.

“Hasna..” suara itu membuat Hasna menoleh. Ia mendapati ibunya berdiri di ujung kamar dengan wajah terkejutnya, “Ibu bisa menjelaskannya.”

Hasna mematung kemudian menggelengkan kepalanya. Ibu mendekat ke arahnya dan mengambil amplop beserta beberapa kertas yang berserakan di lantai. “Selama ini Hasna bukan anak ibu?”

Iya, isi amplop itu adalah pernyataan bahwa Hasna diadopsi. Diadopsi dari Panti Asuhan Bunda Hati, yang jaraknya sekitar tiga kilo dari rumah mereka. Oh, ayolah, bahkan keluarganya kerap kali berkunjung ke sana, mengapa Hasna tidak sadar? Itulah yang saat ini bergemuruh di dalam hati dan pikiran Hasna.

“Hasna.. kamu anak ibu,” ucap Ibu membuat Hasna menggelengkan kepalanya. “Kamu dengarkan Ibu dulu ya?”

Hasna kembali menggelengkan kepalanya dan segera berlari masuk ke dalam kamar. Ia mengunci pintu kamarnya rapat-rapat dan bersembunyi di balik selimut. Ia menangis sejadi-jadinya mengetahui fakta bahwa dirinya bukan anak kandung dari keluarga Hartanto. Lantas mengapa ia menyandang marga Hartanto di nama belakangnya?

Suara ketukan pintu tak henti terdengar dari depan kamar Hasna. Ia juga mendengar suara parau ibunya yang diiringi tangisan, membuat hatinya semakin teriris.

Luka. Ia terluka.

Selama ini, 18 tahun ia hidup di dunia. Hari ini ia mengetahui fakta bahwa selama ini ia tidak tinggal bersama orang tua kandungnya. Ia diadopsi sejak masih bayi, membuatnya mengira bahwa selama ini perhatian yang diberikan kedua orang tuanya adalah nyata hubungan darah anak-orang tua.

Tetapi tidak. Ternyata ia hanyalah anak adopsi yang menumpang tinggal di rumah sosok yang mengadopsinya. Ia bukan anak mereka.

“Kak Hasna, Robi mau ngomong sebentar boleh?” suara Robi, adik kecilnya itu membuat Hasna semakin menangis. Ia tak bisa mendengar itu semua.

Saat ini yang ia butuhkan hanyalah ketenangan. Ia harus menenangkan diri terlebih dahulu.

Malam itu Hasna habiskan dengan menangis, meratapi nasib bahwa ia bukanlah anak kandung keluarga Hartanto. Keluarga yang selalu dipandang tinggi oleh orang lain itu bukan keluarga asli-nya.

Hasna tertidur setelah menangis tanpa henti. Keesokan paginya, giliran ayahnya yang mengetuk pintu kamarnya. Ia menawarkan sarapan pagi untuk Hasna, sebab Hasna sama sekali belum mengisi perutnya dari kemarin siang.

Hasna malu, marah, dan belum bisa menerima kenyataan. Ia malu, selama ini ia bertindak tak patuh dan semena-mena pada kedua orang yang ia anggap orang tuanya itu. Belum lagi segala permintaan dan tuntutan yang Hasna ajukan untuk memenuhi keinginan pribadinya.

Ia merasa tertampar oleh kenyataan, sebab nyatanya ia tak sepatutnya berlaku demikian pada sosok yang bukan siapa-siapanya. Bahkan kedua orang tua kandungnya saja meletakkannya di panti asuhan, artinya ia sudah dibuang sejak lama kan?

Dada Hasna kembali sesak memikirkan fakta bahwa ia adalah anak yang terbuang dan seharusnya tidak ada di dunia ini. Tidak ada yang menginginkannya.

Hasna bangkit dari ranjang lalu perlahan berjalan menuju meja rias di seberang ranjang. Ia duduk dan menatap cermin lama. Wajahnya pucat, bibirnya kering, matanya sembab.

Bahkan sosok di balik cermin itu seakan tertawa akan keadaannya. Sosok di balik cermin itu menertawakannya dan hal itu membuat Hasna kesal. Ia mengambil gunting di sisi mejanya dan memikirkan hal-hal gila di kepalanya.

Ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Tidak, ini bukan satu-satunya masalah. Minggu ini ia dihujam masalah yang bertubi-tubi dalam hidupnya. Mulai dari kucing kesayangannya yang meninggal, kegagalannya masuk perguruan tinggi jalur SNMPTN, belum lagi cibiran teman-temannya yang mengejek kegagalannya. Ia semakin merasa bahwa dirinya sangat tidak berguna.

Belum sempat melayangkan guntingnya, matanya tiba-tiba merasa buram. Kepalanya terasa sangat buram dan sedetik kemudian ia ambruk di lantai.

Ketika membuka matanya, Hasna menyadari bahwa tubuhnya sedang terbaring lemah dengan jarum infus yang ada di ujung tangannya. Matanya berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya tangannya digenggam hangat oleh ibunya.

“Hasna anak ibu sudah sadar, Nak? Ada yang sakit? Hasna badannya kurang enak ya?” pertanyaan bertubi-tubi itu keluar dari mulut ibunya.

Bukannya menjawab, Hasna justru menitikkan air mata. Ibunya ikut menitikkan air mata melihat kondisi Hasna saat ini.

Bersambung. []


kumpulan kisah lengkap dalam buku Akhir Sebuah Luka https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/akhir-sebuah-luka.html



PROFIL PENULIS

Adifa Pratama Putra, atau yang lebih sering disapa Adip merupakan seorang penulis muda kelahiran Pekanbaru, 4 Mei 2004. Adip merupakan tamatan SMA Negeri 7 Pekanbaru jurusan IPS dengan nilai akademik yang baik di mana ia memiliki minat yang sangat besar di bidang Pendidikan dan memiliki cita-cita kuliah di bidang hukum. Selama SMA ia aktif ikut organisasi seperti OSIS dan ikut kegiatan sosial seperti membantu korban bencana alam. Ia juga aktif mengikuti kepanitiaan pada acara sekolah dan ia juga mengikuti ekskul paskibraka. Sejak pandemi melanda ia mulai hobi menulis cerpen dan sudah menulis beberapa karya serta mengikuti ajang-ajang bergengsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640