Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Silsilah & Biografi Muhammad Abduh

 


Silsilah & Biografi Muhammad Abduh

 

Implikasi dominasi ekonomi dan kolonial Barat (Eropa) terus berlangsung sampa masa sekarang. Pemerintahan kolonial merusak keseimbangan konstitusi yang telah membentuk sistem masyarakat Muslim pra-modern dan menimbulkan kemunduran kekuatan politik masyarakat Muslim seluruh dunia serta menimbulkan regresi di beberapa wilayah ttertentu.[1] Sebelum itu, alangkah baiknya jika kita membahas terlebih dahulu tentang pengertian modern. Menurut Harun Nasution modern dalam masyarakat Eropa berarti megandung arti fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah faham-faham, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Harun, 1982: 11).

Pikiran modernisme di Eropa segera memasuki lapangan agama dengan tujuan menyesuaikan ajaran Katolik dan Protestan dengan filsafat modern. Perpaduan ini faktanya memunculkan sekularisme di masyarakat Eropa.[2] Pemikiran modern yang sekuler ini selanjutnya lebih manis di kemas dengan kata Renaisans atau Pencerahan. Modernisme Eropa ini juga pada gilirannya yang membuat mereka mendominasi perpolitikan wilayah dunia Islam.[3] Tidak hanya di pusat pemerintahan Islam saat itu yaitu Turki Utsmani, campur tangan politik Eropa juga terjadi di wilayah lain seperti Asia Tenggara, India, Timur Tengah,[4]dan Afrika Utara.

A.  Silsilah  Muhammad Abduh

Nama asli Syekh Muhammad Abduh adalah Muhammad bin Hasan bin Hasan Khairullah. Ia lahir pada  di desa mahallat nashr dekat delta sungai nil, provinsi Gharbiah di mesir hilir tahun 1265 H/1849[5] dan wafat tahun 1905 M. Muhammad Abduh lahir dari pasangan Abduh bin Khairullah, seorang petani miskin di Mahallat Nasr, dan Junainah binti Utsman al-Kabir, seorang janda dari keluarga terkemuka Tanta.

Nama ayahnya adalah Abduh Hassan Khairullah, yang berasal dari Turki. Nama ibunya adalah Junaidah Utsman yang memiliki silsilah keluarga dengan Umar bin Khattab. Keluarga Muhammad Abduh dikenal berpegang teguh pada ilmu dan agama. Muhammad Abduh lahir dan besar di lingkungan pedesaan di bawah asuhan ayah dan ibunya yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan formal tetapi memiliki jiwa religius yang kuat.[6]

Nama ayah Muhammad Abduh adalah Abduh Ibn Hasan Kairara dari Turki yang lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari desa terdekat Tanta, mis kawasan Gharbiyah (Adams, 1968; Faqihuddin, 2021).[7] Ibunya orang Arab dan Silsilah suku Umar bin al-Khattab. Muhammad Abduh tumbuh dewasa Orang dewasa diasuh oleh kedua orang tuanya meskipun tidak berada di lingkungan kelas sekolah, tetapi ada keteguhan religius dalam jiwanya.[8]

Ketika Abduh lahir, Mesir berada di bawah satu penguasa Muhammad Ali, yakni raja mutlak. Raja yang menguasai sumber kekayaan,

terutama tanah, pertanian dan perdagangan. Di distrik-distrik, para pejabat Ali secara ketat menjalankan keinginan dan perintahnya. Orang merasa tertekan. Untuk menghindari kekerasan, Karena pejabat yang lebih rendah, beberapa orang di kabupaten harus pindah, Orang tua Abduh juga mengalami situasi seperti itu.


B.  Pendidikan

1.    Menghafal Al-Qur’an

Muhammad Abduh, seorang pelajar Afghanistan yang setia, belum genap berusia 10 tahun Selama bertahun-tahun ia belajar membaca dan menulis dari orang tuanya. Ketika ayahnya bisa membaca dan menulis dengan baik, namanya adalah Abduh Hasan Khairullah, mengirimkannya ke Hafizh Ingatlah Al-Qur'an. Setelah dua tahun, ketika dia berusia 12 tahun, dia hafal seluruh Al-Qur'an.[9]

Kemudian pada tahun 1862 dia dikirim ke Tanta untuk belajar di agama Al-Jami' al-Ahmadi. Saat belajar di sana selama dua tahun, dia melarikan diri dan putus sekolah. Alasannya karena dia tidak setuju dengan metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode verbal, menghafal. Itu sebabnya dia bersembunyi bersama ke rumah pamannya. Tapi setelah tinggal bersama pamannya selama tiga bulan, dia didorong kembali ke Tanta. Karena menurutnya itu sudah tidak berguna lagi belajar, jadi dia kembali ke desa asalnya dan berencana menjadi petani.[10]

2.    Menikah

Pada tahun 1865 ia menikah pada usia 16 tahun[11] dan Kembalinya Muhammad Abduh terjadi seperti kebanyakan rumah. Sulit untuk menjadi cerita sampul dalam kehidupan pribadinya. Kemudian Muhammad Abduh berusaha hidup bermasyarakat karena memang begitu salah satu bagian penting dari masyarakat.

Mendekati empat puluh hari setelah pernikahannya, ayah dari Muhammad Abduh menyuruhnya kembali belajar di Masjid Ahmadiyah. seperti anak kecil Namun, Muhammad Abduh yang saleh mengikuti kemauan ayahnya. Dalam perjalanan, Muhammad Abduh membayangkan kebosanan menuntut ilmu Masjid Ahmadiyah, Muhammad Abduh kemudian membelot area gereja timur di sekitar distrik sebagian besar berpenduduk keluarga dan kerabat ayahnya Muhammad Abduh. Di tempat ini Muhammad Abduh bertemu Derwisy Khadar.[12]

3.    Berguru dengan Pamannya

Darwis Khadar adalah syekh sufi (guru spiritual) asli. Pesan Syadzili, Darwisy menyampaikan pandangannya Kepada Muhammad Abduh. Untaian tasbih Sufi percakapan masa lalu Muhammad Abduh yang banyak berbuat lama kembali dari dunia pemikiran (dunia akademik), tercerahkan Muhammad Abduh menyelesaikan pertemuan dengan Darwisy. Aktivitas spiritual Muhammad Abduh kembali marak.

Seorang darwis masuk dalam kehidupan Muhammad Abduh dan menjadi guru spiritualnya. Diantara gejolak dalam kehidupan Muhammad Abduh. Darwis melanjutkan tak henti-hentinya menghujani Muhammad Abduh dengan berbagai Sains. Muhammad Abduh saja tidak mendapat pelajaran yang sulit seperti dunia sufi para darwis, tetapi ajaran etika dan moral dan praktik asketisme di dunia sufi. Ini tidak terlalu lama Dengan Muhammad Abduh Darwsy, tapi di luar pertemuan.

Muhammad Abduh seakan menemukan “roh” baru dan semangat baru penuh semangat mengarungi lautan ilmu. Dengan mistisisme. Rasa haus Muhammad Abduh di kala putus asa seakan sirna. Tetes Madu ajaran Tasawuf memberi energi baru bagi Muhammad Abduh. Muhammad Abduh lebih tertarik masuk kehidupan dunia tasawuf, bahkan dalam pengembaraannya di dunia tasawuf, Muhammad Abduh zuhud walau sesaat. Hal ini dilakukan oleh Muhammad Abduh sebagai bentuk keterasingannya menyangkut ajaran eksternal tasawuf Menurut Muhammad Abduh, banyak hal yang perlu dikritisi. Penasihat Darwsiy mengakhiri sikap Zuhud Muhammad Abduh dan membiarkannya.[13]

4.    Berguru Ke Al-Azhar

Pada tahun 1866, Muhammad Abduh pergi ke Al-Azhar. Tetapi situasi di Al-Azhar ketika Muhammad Abduh menjadi mahasiswa sana, masih dalam keadaan terbelakang dan kuno. Bahkan nanti Ahmad Amin al-Azhar berpandangan sebaliknya sebagai kebiasaan kafir. Membaca geografi, buku sains atau filsafat dilarang Memakai sepatu adalah bid'ah.[14]

Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika Muhammad Abduh mempelajari filsafat, geometri, urusan dunia dan politik oleh seorang intelektual bernama Hasan Tawil. Tapi pelajaran ini Hasan Tawil memberinya lebih sedikit kepuasan. Pilihan Pencantumannya di al-Azhar juga kurang menarik perhatian. dia lebih Saya ingin membaca buku di perpustakaan Al-Azhar. Kepuasan Muhammad Abduh belajar matematika, etika, politik, filsafat, dia diterima oleh Jamaluddin al-Afghani. Salah satu hal di belakang Gagasan pembaharuan Muhammad Abduh merupakan lahirnya sikap Taqlid. Menurutnya, Taqlid memiliki tiga sifat dasar:[15]

Pertama, untuk mengidolakan leluhur dan guru, kedua, untuk merayakan keagungannya pemimpin agama di masa lalu; dan ketiga, ketakutan akan kebencian dan kebencian dikritik ketika dia lolos dari masa tuanya.[16]

Muhammad bertemu Abduh saat belajar di Al Azhar dengan Jamaluddin al-Afghani. Selain karakter Afghanistan terkenal di Mesir, juga dikenal sebagai penggagas kebebasan berpikir dalam agama dan politik. Pertemuannya dengan orang Afghanistan ini itu memiliki pengaruh besar pada perkembangan pemikiran wajar Muhammad Abduh. Sebuah hadiah khusus dari Afghanistan Muhammad Abduh memiliki jiwa pengabdian perusahaan, mengalahkan usia dan taklid. Terima kasih kerja keras Muhammad Abduh kemudian lulus ujian dengan nilai Alimiah di al-Azhar. Gelar yang membagi auditor Pernyataan ini menggunakan haknya untuk menggunakan gelar to alim, artinya memiliki hak untuk mengajar.[17]

Setelah lulus kuliah di al Azhar, beliau mulai mengajar di bidang logika, teologi dan moral dan etika. Selain Al Azhar, Muhammad Abduh juga mengajar Dar al Saat itu, Ulum masih semacam akademi Didirikan untuk memunculkan mereka yang bisa memberi pendidikan modern di al Azhar. Di Dar al Ulum itulah Muhammad Abduh mengajar Muqaddimah dari Ibnu Khaldun dan Tahzib al Ahlaq Miskawaih. Pada saat yang sama, Muhammad Abduh diangkat sebagai guru bahasa Arab di sekolah bahasa yang mapan Khidive[18]

Ketika al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengorganisir gerakan melawan Khedevi Taufiq, Muhammad Abduh, yang ikut campur dalam masalah ini, diasingkan di luar kota Kairo. Namun pada tahun 1880 Muhammad Abduh diizinkan kembali ke Kairo dan diangkat sebagai redaktur al-Waqa'i al-Mishriyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Di bawah kepemimpinan 'Abduh, al-Waqa'i tidak hanya mengutus al-Mishriyah berita resmi, tetapi juga artikel tentang kepentingan nasional Mesir[19]

Pada tahun 1894 ia menjadi anggota Dewan Gubernur Al-Azhar, selama masa jabatannya Muhammad Abduh mendirikan madrasah untuk mempersiapkan siswa-siswa berprestasi yang nantinya akan masuk ke Perguruan Tinggi Al-Azhar.[20]

Pada tahun 1899 ia kembali dikeluarkan dari dunia pendidikan dan diangkat menjadi Mufti Mesir. Dalam posisi ini dia berusaha Pelan-pelan reformasi sistem dan hukum pengelolaan wakaf. Bold diterbitkan pada berbagai hal pertimbangan sosial yang ia perhitungkan pembangunan modern secara serius. Dia memegang posisi ini sampai meninggal di Kairo 11 Juli 1905.[21]

5.    Wafat

Muhammad Abduh meninggal pada 11 Juli 1905. Banyak Orang-orang yang memberikan penghormatan di Kairo dan Alexandria bersaksi berapa banyak orang yang menghormatinya. Muhammad pastinya Abduh mendapat serangan silau yang keras dan tindakannya tampak blak-blakan, terutama dalam beberapa tahun terakhir hidupnya.[22]

Di sisi lain, bagaimanapun, diakui bahwa Mesir dan Islam merasakan kehilangan seorang pemimpin yang dikenal lemah lembut dan sangat spiritual. Bahkan tidak jarang orang Yahudi dan Orang-orang Kristen menghormatinya sebagai seorang sarjana, seorang patriot dan seorang bangsawan besar.[23]

Namun, tidak semua ide dan gagasan reformasinya diterima oleh penguasa dan al-Azhar. Hambatan utama yang dia hadapi adalah para pendeta statis dan rakyat jelata. Menghadapi berbagai rintangan, Abdu jatuh sakit dan meninggal pada 8 Jumadil Awal 1323 H/11. Juli 1905. Muhammad jenazah Abdunya dimakamkan di Pemakaman Negara Kairo. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abdu adalah:

n Faktor sosial berupa keluarga dan guru terutama berupa sikap hidup yang dibentuk oleh Syekh Darwisi dan Sayyid Jamaluddin Al-Afghani. Selain itu, faktor lingkungan Tanta dan Mesir serta sistem pendidikan yang tidak efektif, serta adanya sikap keagamaan yang statis dan pemikiran-pemikiran yang ketinggalan zaman ditemukannya di masyarakat.

n Faktor budaya berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar di sekolah formal, pengaruh langsung pemikiran Jamaluddin al-Afghani, dan Barat ketika ia membelot ke Prancis. pengalaman.

n Faktor politik karena iklim politik saat itu, dari tinggal di lingkungan rumah Muharraf Nasr dan dari studinya sampai kematiannya.

Ketiga unsurnya di atas inilah yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Abdu Muhammad dalam berbagai bidang seperti teologi, syariah, pendidikan, kemasyarakatan, politik dan kebudayaan. Pemikiran utamanya terkait dengan bidang teologi, fokus pada aspek perilaku manusia (af'al dan 'ibad), konsep qadha dan qadar, dan sifat-sifat Tuhan.[24]



[1] Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op. Cit, hlm, xiii-xiv.18 Ibid, hlm, Viii-I.

[2] Fatkhur, Muhammad Abduh Tokoh Pembaharu Di Mesir Abad XIX (Study Tentang Pemikiran dan Perjuangannya), (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Sunan Ampel, 1989), Skripsi, hlm, 56-57.

[3] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm, 184-185.

[4] Afif Azhari dan Mimien Mimunah, Op. Cit, hlm, 43.

[5] Herry Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta: Gema Insani, 2006), 225.

[6] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Hal. 59

[7] Adams, 1968; Faqihuddin, 2021

[8] Iskandar Usman [Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2022], MUHAMMAD ABDUH DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUANNYA, Jurnal Pemikiran Islam, Hal. 72

[9] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 117

[10] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 117

[11] Prof. Dr. H.j. Suyuthi pulungan, MA, Ide Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha Tentang Negara dan Pemerintahan dalam Islam, PDF. Hal. 5

[12] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 117

[13] Ridwan, Pesona Pemikiran Muhammad Abduh, PDF. Hal 3-4

[14] Ahmad Amin, Muhammad Abduh, (Kairo: Mu’assat al-Khanji, 1960), hlm. 23- 24.

[15] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 118

[16] Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam,... Hlm. 81

[17] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 118-119

[18] Hasaruddin, Pembaharuan Hukum Islam Menurut Pandangan Muhammad Abduh, Al-(Risalah: Vol. 12 No. 2, Nop. 2012) Hlm. 336

[19] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. IX, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Hal. 61

[20] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 119

[21] Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam,.. Hlm. 83-84

[22] Wirananta, Richi Satria. [Vol I No. 1, Maret 2019] KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DAN RELEVANSINYA DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KONTEMPORER (KAJIAN FILOSOFIS HISTORIS), Jurnal Al-Fahim, Hal. 120

[23] Zen Amiruddin, Rasionalitas dan Pembaharuan Muhammad 'Abduh, (SOSIORELIGIA, Vol. 8, No. 3, 2009), Hlm. 678-679

[24] 2022, Muhammad Abduh: Biografi Dan Pemikirannya, https://an-nur.ac.id/muhammad-abduh-tokoh-pembaharu-islam/4/  [Diakses Pada 17 Jan. 23]



Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/biografi-karya-dan-pemikiran-muhamad.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640