Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Pencurian Hajar Aswad

 



Pencurian Hajar Aswad

 

 

Hajar Aswad adalah Batu Hitam yang melekat di dinding Ka’bah. Kata Rasulullah, batu ini berasal dari surga dan dulunya berwarna putih bersih. Lalu ia menjadi hitam dan semakin hitam karena dosa-dosa anak cucu Adam. Kau bisa lihat atau mencium Batu Hitam ini kalau kau pergi melaksanakan ibadah umrah atau haji suatu hari nanti.

Pada 877 (264 Hijriyah) muncul satu kelompok (sekte) berpemahaman Syiah yang radikal di Bahrain. Kelompok ini dibangun oleh seorang Syiah Ismailiyah bernama Hamdan bin al-Asy’ats yang bergelar Qarmath. Sehingga kelompok ini terkenal dengan Dinasti Qaramithah, mampu mendirikan negara sendiri di Bahrain yang bebas dari kekhalifahan Baghdad, di bawah pimpinannya bernama Abu Said al-Janabi.

Pada 913 (311 Hijriyah), orang-orang Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir bin Sulaiman bin Abu Said menuju Basrah dengan membawa 1700 pasukan. Mereka menyerang penduduk Basrah sehingga orang-orang lari ke tanah lapang dan memerangi musuh-musuh Allah itu selama sepuluh hari. Pasukan Qaramithah dapat mengalahkan penduduk Basrah dan membunuh banyak orang. Orang-orang banyak yang menyeburkan diri ke dalam air sehingga sebagian besar mereka tenggelam. Abu Thahir menetap di Basrah selama 17 hari dan membawa apa saja yang dapat dia bawa berupa harta benda, barang dagangan, para wanita, dan anak-anak.

Setahun kemudian, dedengkot Qaramithah ini berangkat bersama pasukan yang besar untuk menemui para jamaah haji saat mereka pulang dari Mekkah. Mereka menyerang kafilah yang membawa sebagian besar jamaah haji dan didominasi oleh jamaah haji asal Irak. Kemudian mereka merampas harta benda para jamaah haji itu.

Pada 917 (315 Hijriyah), pasukan biadab ini memasuki Kufah dengan antara 1500 hingga 2700 pasukan. Khalifah di Baghdad menghalang serangan mereka dengan jumlah yang tidak kalah besar. Pertempuran pecah di Wasith dan al-Anbar. Dalam pertempuran ini pasukan Abbasiyah kalah dan banyak yang terbunuh. Orang-orang di Baghdad sangat ketakutan mendengar nama orang-orang Qaramithah disebut. Di antara mereka ada yang keluar meninggalkan ibu kota kekhalifahan itu dengan membawa harta benda mereka. Mereka takut akan dibantai oleh pasukan Qaramithah.

Puncak kerusakan yang ditimbulkan orang-orang Syiah Radikal ini terjadi pada 919 (317 Hijriyah). Saat itu kekuasaan politik Dinasti Abbasiyah di bawah Khalifah al-Mu’tadhihd benar-benar mengalami kemuduran. Orang-orang Qaramithah yang lagi-lagi dipimpin oleh Abu Thahir Sulaiman bergerak memasuki Mekkah lalu membunuh sekitar 30.000 jamaah haji pada Hari Tarwiyah. Mereka memerangi para jamaah haji di perbatasan Kota Mekkah dan perkampungannya, di Masjidil Haram, termasuk orang-orang yang bersembunyi di dalam Ka’bah. Mereka tumpahkan darahnya semuanya.

Abu Thahir duduk di depan pintu Ka’bah menyaksikan pasukannya membunuh para jamaah haji dengan pedang-pedang mereka, pada hari yang mulia, di bulan yang mulia. Para jamaah haji berusaha melarikan diri, ada di antara mereka yang berantungan di Kiswah Ka’bah. Tapi, tak ada gunanya. Mereka juga ikut dibunuh tanpa belas kasihan. Begitulah orang-orang terlaknat ini, mereka tidak menganggap suci Mekkah dan Ka’bah. Bagi mereka, Karbala jauh lebih suci ketimbang Mekkah, dan Masyhad Husaini lebih utama dari Ka’bah. Mereka juga menganggap orang-orang yang berhaji ke Baitullah tidak mendapatkan kemuliaan dan pahala apa-apa. Mereka lebih mengutamakan berziarah ke makam Husain, cucu Rasulullah. Bagi mereka, berziarah ke makam Husain sama dengan berhaji.

Ketika Abu Thahir telah menyelesaikan pekerjaannya terhadap para jamaah haji, dia memerintahkan anak buahnya untuk menutup sumur zam-zam dengan cara melemparkan mayat-mayat jamaah haji ke dalamnya. Dia juga memerintahakn untuk mencopot pintu Ka’bah dan melepaskan kain penutupnya lalu menyobeknya dan membagi-bagikannya kepada anak buahnya.

Lalu dia memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk mencopot Hajar Aswad. Mereka membawanya ke negeri mereka, Bahrain. Ka’bah terus seperti itu, tanpa Hajar Aswad, selama 22 tahun. Hajar Aswad baru dikembalikan pada tahun 950 (339 Hijriyah). Tidak pernah ada catatan sejarah sekeji ini di Tanah Haram, Mekkah al-Mukarramah, dalam sejarah umat manusia kecuali pada masa Dinasti Syiah Qaramithah.

Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/sejarah-islam-untuk-pemuda-muslim.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640