Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Pelangi Ramadhan

 



Pelangi Ramadhan

Karya: Kholifatun Nisyah

 

Namaku Febrianisa Ariyanti, siswi di salah satu SMAN di Semarang kelas XI jurusan IPA. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adik laku-lakiku bernama Fahri, dia baru kelas 2 SD, ibuku bernama Siti Fatimah seorang Guru SMP, ayahku bernama Ahmad Santoso seorang pegawai di salah satu perusahaan di sini. Setiap hari kegiatanku hanya sekolah, lalu pulang dan berdiam diri dirumah, aku terlalu malas untuk keluar dengan teman-temanku jika tidak ada kepentingan yang berhubungan dengan sekolah atau kepentingan yang mendesak, walaupun teman-temanku sering mengajaku keluar aku lebih sering menolak. Aku hanya keluar sesekali dengan teman-temanku karena disini cuacanya begitu panas, aku lebih memilih di rumah dan menghabiskan waktu di kamar. Aku hanyalah seorang remaja rumahan.

Sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, ini juga sudah mendekati waktu Ujian Akhir Semester, aku memang terbiasa belajar jauh-jauh hari dari jadwal ujian, karena aku tidak bisa belajar hanya dalam semalam. Ujian Akhir Semester di jadwalkan senin ini, aku masih punya waktu empat hari untuk mempersiapkan semuanya, kedua orang tuaku memang tidak pernah menuntutku untuk mendapat nilai yang bagus tapi itu semua mutlak dari keinginanku sendiri, aku tidak ingin membuat orang tuaku kecewa, karena cita-citaku adalah membahagiakan mereka dengan cara apapun. Empat hari ini aku sibuk belajar di kamar, aku bahkan jarang keluar dari kamar. Ini adalah kisahku menemukan warna-warna baru di bulan ramadhan tahun ini yang belum pernah kutemukan sebelumnya.

Waktu terus berjalan dari ujian pertama hingga sekarang, sampai pada hari sabtu, ujian selesai, kita tinggal menunggu hasilnya, sistem di sekolah kami memang tidak ada perbaikan nilai, jika ada nilai yang kurang maka diambilkan dari nilain tugas, jadi setelah ujian akhir selesai kita sudah libur dan tinggal menunggu hasil rapor yang akan diberikan dua minggu lagi.

Ketika waktu makan siang bersama dirumah, tiba-tiba ayahku berkata,

“alangkah lebih baiknya jika kita mengunjungi mbah uti dan mbah kakung di kampung, terutama kamu Feb”

“iya yah, nanti Febri fikirin dulu”

“cobalah ke rumah mbah, disana itu menyenangkan. Ayah yakin kamu pasti betah disana”

“di rumah mbah berapa hari yah?” tanyaku.

“mungkin seminggu atau lebih” jawab ayahku.

“iya yah Febri ikut, ini kan Febri juga sudah liburan.”

Aku sebenarnya kurang antusias jika di ajak ke kampungnya mbah, menurutku disana lebih membosankan daripada disini. Tapi karena ayah sendiri yang menyuruhku, aku tidak bisa menolaknya, ibuku juga menyarankan hal yang sama.

“sesekali kamu harus mengunjungu mereka Feb, barangkali kamu selama liburan ini kamu bisa tinggal disana, kan kamu jarang berkunjung di kampung halaman ayahmu sendiri” tegas ibuku lagi.

“iya buk, Febri ikut kesana awal ramadhan nanti, tapi cuma seminggu ya?”

“iya, kalau kamu mau lebih juga malah bagus kok”

“seminggu saja sudah lebih dari cukup kok buk,” jawabku dengan nyengir.

“yeeee kita jalan-jalan” sahut Fahri adiku yang sangat usil, dan aku mencubit pipi fahri yang menggemaskan.

     Ayahku, ibuku dan adiku memang sering mengunjungi mereka jika tidak ada kesibukan, tapi aku tidak pernah ikut, karena aku sibuk dengan sekolah. Benar, sudah sekitar satu tahun aku terakhir melihat mereka maka aku mengiyakan perkataan ayahku dan kita berangkat hari kamis minggu depan, hari pertama puasa.

     Hari ini tepat saat hari pertama puasa,

“Febri bangun, ayo bangun sahur lalu siap-siap.”

     Terdengar suara ibuku yang membangunkanku untuk sahur, kemudian kita sahur bersama, adiku Fahri juga ikut berpuasa, tapi cuma setengah hari maklum dia masih kecil, dulu seumuran dia aku malah belum kuat berpuasa walaupun setengah hari. Setelah selesai sahur kemudian kami menunggu subuh dengan menonton acara sahur di televisi lalu sholat subuh berjamaah di rumah dengan di imami ayahku setelah itu kemudian bersiap untuk pergi kerumah mbah di kampung.

     Pagi-pagi sekali kita semua sudah siap termasuk adiku Fahri yang sudah bersemangat sekali untuk pergi ke rumah mbah uti dan mbah kakung, kita pergi pagi-pagi sekali, tujuannya supaya sampai disana tidak terlalu kesiangan karena letaknya cukup jauh dari pusat kota tepatnya di desa Sirahan kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Desa di perbatasan kota Pati dan Jepara, sekirat 3,5 jam perjalanan itupun jika tidak terjebak macet. Selama perjalanan aku dan fahri tidur dengan pulas, sampai tidak tersa jika kami sudah sampai di kampung mbah,

“Feb bangun, Fahri juga yuk bangun kita sudah sampai.” suara ibu membangunkan aku dan Fahri yang masih mengantuk.

“ayo turun, sekalian bantuin bawa barang-barang di bagasi ya Feb.” kata ayahku menyuruhku.

     Aku turun dari mobil dengan keadaan yang lesu, fahri turun dari mobil dan di gendong ayah. Aku dan ibuku membawa oleh-oleh dari Semarang, ada bahan-bahan makanan, kue-kue buatan ibuku sendiri, dan masih banyak lagi barang yang dibawa, aku dan ibuku hampir kewalahan membawanya sampai ke dalam rumah. Mbah uti dan mbah kakung menyambut kedatangan kita dengan hangat,

“cucuku Febri, Fahri.” ucap mbah uti sembari menciumku dan fahri secara bergantian.

     Aku hanya nyengir saja, dan Fahri hanya pasrah waktu di cium mbah uti, sebenarnya Fahri sangat tidak suka jika dicium ketika aku mencium pipinya saja aku langsung dipukul, dia memang nakal.

“ndok Febri, kok tumben ikut? biasanya emoh” tanya mbah kakung.

     “hehe nggeh mbah, kulo kangen mbah uti kaliyan mbah kakung.” jawabku dengan nyengir.

Setelah itu mbah uti menyuruh kami beristirahat di kamar,

“Feb kamu nanti tidur di kamarnya bibi Heti ya”

“iya mbah”.

Aku diberi kamar yang berbeda, katanya ini kamar saudari ayahku dulu, bibi heti namanya, aku mengangguk saja mengiyakan mbah uti. Aku langsung terlelap di kasur melanjutkan tidurku di perjalanan tadi sebelum itu aku sudah sholat dzuhur terlebih dahulu. Aku bangun sekitar pukul 15:30 WIB, karena ibu membangunkanku untuk membantu memasak di dapur.

     Aku dan ibu akan memasak tumis kangkung kesukaan ayahku, bakwan jagung, sambal terong, rica-rica, dan ikan asin yang dibalut dengan sambal, ini adalah menu masakan rumahan, ibuku biasanya hanya memasak telur dadar dan nugget atau sosis yang dibeli dari supermarket karena ibu jarang punya waktu memasak. Aku antusias sekali dalam memasak walaupun aku tidak bisa memasak menu masakan ini, aku hanya membantu ibu menggoreng, dan memotong sayur, jarang sekali aku melihat ibu memasak beberapa menu masakan dalam sekali memasak, ini momen langka bagiku.

Mbah uti menyerahkan urusan dapurnya kepada kami berdua, kami berdua larut dalam acara masak memasak sore ini, hingga tak terasa sudah mau memasuki waktu berbuka puasa, makananpun satu persatu tersaji di meja makan, fahri yang tidak sabar menunggu adzan sudah dari tadi antusias menunggu di meja makan.

“kak Febri, cepet masaknya sudah mau adzan,” ucap Fahri.

Mbah uti dan mbah kakung tertawa, begitu juga dengan ayah, ibu, dan aku yang melihat tingkah Fahri yang tidak sabar menunggu adzan magrib. Semua makanan sudah siap, adzan di mushola dekat rumah eyangku juga sudah menggema, memberi isyarat bahwa sudah waktunya berbuka puasa, buka puasa hari ini dibuka dengan segelas es buah buatanku sendiri, mereka semua menyukainya begitu pula Fahri yang sangat lahap menyeruput es buah.

     “enak sekali tumis ini,” ucap ayahku memuji masakan ibu dan akau.

“iya dong yah, siapa dulu yang masak, Febrii.” dengan bergaya aku menjawab perkataan ayahku.

Kita semua berbincang-bincang sambil berbuka puasa, tertawa membahas hal-hal lucu yang dulu ayah lakukan saat masih kecil yang mirip dengan kelakuan fahri saat ini. Setelah itu kita sholat berjamaah di rumah mbah dengan di imami oleh mbah kakung.

Suara adzan terdengar, mbah menyuruh kita untuk bersiap pergi ke mushola dekat rumah untuk shalat tarawih. Setelah tiba di mushola, aku menggelar sajadah, disampingku ada gadis yang kemungkinan seusiaku, tersenyum menyambut kedatanganku aku membalas senyumannya dengan ramah. Shalat tarawih telah selesai, ini saatnya tadarus, gadis disampingku tadi menghampiriku dan duduk disampingku lagi,

     “Febri ya?” tanya dia.

     “iya” jawabku dengan sedikit bingung.

     Dia tersenyum, “kamu lupa Feb?” tanya dia yang semakin membuatku bingung.

     “aku Anita, teman kecilmu waktu disini dulu, kita bahkan pernah satu SD dan satu bangku dulu”

     “Anita, anaknya pak RT itu?, Ya Allah Anita, kok selama ini gak ada kabar?”

     “kamu aja yang gak pernah kesini, waktu ibu sama bapak kamu kesini kamu gak pernah ikut”

     “pernah kok, tahun kemarin”

     “yah, itu udah lama banget kali Feb”

     “hehe, iya si. Yaudah aku bakal sering-sering kesini mulai sekarang.” jawabku meyakinkan.

Setelah bertemu Anita, hari-hariku disini semakin berwarna bahkan aku malas untuk pulang, tidak terasa sudah satu minggu aku disini. Ayah ibuku, dan Fahri balik ke Semarang akhir minggu ini karena ayah ada urusan pekerjaan dan juga untuk mengambil raporku, sedangkan ibu harus mengurus rapor di tempat ia mengajar, entah kenapa aku tidak ingin kembali pada saat itu, lalu ayah bilang kalau kita sekeluarga akan lebaran disini jadi ayah membiarkanku tinggal disini selama Ramadhan, kini tinggal aku sendiri menghabiskan waktu liburanku disini bersama mbah uti dan mbah kakung yang senantiasa menemaniku.

Temanku disini sudah banyak, Anita mengenalkanku kepada teman-temannya disini, jadi aku tidak pernah kesepian disini. Setap harinya kita selalu melakukan hal-hal baru, dari mulai ikut pengajian rutin di masjid desa yang dulu aku tidak pernah sama sekali melakukannya di Semarang, sekarang aku sangat rajin berangkat pengajian disini. Disisni juga ada bazar, kebetulan Anita ikut menjadi salah satu penjual disini dia menjual roti bakar. Jadi, tiap sore setelah membantu mbah uti memasak dirumah, aku pergi ke bazar untuk membantu Anita berjualan di bazar, ini sangat menyenangkan. Suasana Ramadhan di desa mbah kakung dan mbah uti sangat berbeda dengan di kota, disini menyenangkan. Mungkin tahun depan aku akan kembali kesini, menghabiskan Ramadhanku di rumah mbah, dan bertemu dengan teman-temanku disini, disini aku tidak menjadi remaja rumahan lagi. Tidak seperti di kota, bulan ramadhan dan bulan biasa tidak ada bedanya, seharian aku hanya menghabiskan waktu di rumah.

Sampai pada hari Lebaran tiba aku masih sangat betah disini, keluarga besar ayah semua berkumpul di rumah mbah uti, ini pemandangan langka dari mulai bibi Heti dan keluarganya, sepupu ayah, paman-pamanku yang hanya sering kudengar namanya ternyata juga ada disini dan masih banyak keluarga besar mbah berkumpul jadi satu disini, ternyata banyak keluargaku sendiri yang bahkan aku tidak mengenalnya, sedikit canggung memang rasanya tapi akau sangat menyukainya. Disini tidak seperti bayanganku, disini menyenangkan. Ramadhan tahun ini sangat berkesan dan banyak sekali hal-hal baru, aku melihat dunia sesungguhnya dan melihat bahwa dunia itu tidak membosankan tetapi sebaliknya, sangat menyenangkan.

TAMAT

 

Profil Penulis

Nama saya Kholifatun Nisyah, saya dilahirkan pada tanggal 26 Agustus 1999 di Pati, saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya berasal dari Desa Sirahan, Kec. Cluwak, Kab. Pati. Saya pernah menempuh pendidikan TK Kartini Sirahan, lalu melanjutkan ke SDN 01 Sirahan, setelah lulus dari SD saya melanjutkan ke MTs Darul Falah Sirahan, setelah lulus dari sana saya melanjutkan sekolah di MAN 2 Jepara, dan sekarang saya di UIN Walisongo Semarang prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Semester dua. Disini saya tinggal di kelurahan Tambakaji, kota Semarang. Hobi saya adalah menonton film, dan mendengarkan lagu.


Mau baca lebih banyak kisah tentang cerpen bertema ramadhan, chek di buku ini https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/indahnya-ramadhan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640