Negeri 1001 Malam
Waktu saya masih kecil, saya sangat
suka menonton film kartun. Aladdin salah satunya, salah satu tokoh kartun dari
negeri 1001 malam, Baghdad. Film yang diproduksi oleh Walt Disney itu menggambarkan bangunan istana yang megah dengan
segala keindahan kotanya. Orang-orang Barat terinspirasi dari buku sastra Alf Laila wa Laila ditulis oleh
al-Jahsyiyari pada masa Dinasti Abbasiyah. Di dalam buku itu terdapat 264 kisah
berupa kisah-kisah Arab, Persia, India, dan sebagainya. Barat menyebut
kisah-kisah dalam buku ini dengan Arabian
Nights.
Selain Aladdin, kisah-kisah yang
paling terkenal antara lain Ali Baba dengan empat puluh Penyamun, Sinbad Si
Pelaut, dan Pencuri dari Baghdad. Di dalam bahasa Inggris bahkan ada idiom-idom
yang berasal darinya seperti Aladdin’s
Lamp, Aladdin’s ring, dan Aladdin Wisdom. Dalam
film kartun buatan orang Barat juga tidak jarang ditampilkan tokoh Khalifah
Harun ar-Rasyid, Abu Nuwas dan Wazir
(perdana menteri) Ja`far al-Barmaki. Sayang,
khalifah-khalifah Baghdad, menteri, dan pejabat-pejabat istana digambarkan
sebagai orang yang hanya suka dunia, kemegahan, makan, santai, dan dikelilingi
dayang-dayang seksi. Yang ini, sejarah kita menolaknya.
Saya
akan ceritakan kepadamu satu kisah salah satu khalifah di Baghdad, yakni Harun
ar-Rasyid. Suatu
hari, seorang ulama terdekat Harun ar-Rasyid bernama as-Sammak datang
menemuinya di Istana kerajaan. Pada saat itu, Harun meminta segelas air minum
kepada pelayannya. Pelayannya segera mengambil air dan ketika Khalifah
mengangkat gelas untuk minum, as-Sammak
berkata, “Tahanlah wahai Amirul Mukminin, andaikata orang-orang mencegahmu
untuk meminum air ini, berapa yang akan kau keluarkan untuk membeli air ini?”
Tanpa pikir panjang Khalifah
ar-Rasyid menjawab, “Akan saya beli dengan separuh kerajaanku.” “Minumlah
semoga Allah memberi kenikmatan untukmu.”, do’a as-Sammak kepadanya. Ketika
Khalifah selesai minum, As-Sammak kembali bertanya, “Andaikata air itu tidak
bisa keluar dari perutmu, dengan harga berapa kau akan membayarnya, wahai
Amirul Mukminin?” “Dengan seluruh kerajaanku!”, jawab Khalifah. Mendengar
jawaban Khalifah, as-Sammak berkata lagi, “Jika harga kerajaanmu harganya sama
dengan seteguk air dan sekali buang air kecil, sudah sepantasnya orang-orang
tidak memperebutkannya.”
Nasihat As-Sammak mengena di hati
sang Khalifah. Dan Khalifah tak sanggup menahan tangisnya. Harun ar-Rasyid
memang terkenal sebagai khalifah yang suka meminta nasihat. Ia juga mudah
menangis mendengar nasihat-nasihat para ulama. Ia pernah menangis hingga tak
sadarkan diri ketika dinasehati oleh Fudhail bin Iyadh. Selain itu, ia juga
dikenal senang dipuji. Jika ada orang memujinya dia akan memberikan sejumlah
uang dalam jumlah besar. Orang yang takut kepada Allah seperti Khalifah
ar-Rasyid ini, sangat hampir sulit untuk kita membayangkan dia hidup dengan
menikmati dayang-dayang seksi di sekitarnya. Itu tidak mungkin!!!
***
Memang benar Baghdad pada masa
pemerintahan Bani Abbas adalah kota megah, menjadi tujuan orang-orang dari
segala penjuru dunia. Di sana kita bisa melihat istana-istana megah,
jembatan-jembatan indah di Sungai Eufrat dan Tigris, dan taman-taman penuh
dengan aneka pohon dan buah-buahan. Abu Ja’far al-Manshur, sebagai Khalifah
Kedua -menggantikan as-Saffah-, mencari kota yang baru dan akhirnya menemukan
lokasi sebuah dusun kecil Persia bernama Baghdad. Baghdad yang dalam bahasa
Persia berarti “Didirikan Tuhan” dahulu adalah kota kuno terletak antara Sungai
Tigris dan Sungai Eufrat. Di masa Rasulullah, kota ini menjadi sebuah kota
pasar. Dan ketika Khalifah al-Manshur mengunjunginya, pasar-pasar tersebut
telah lenyap dan digantikan menjadi biara-biara Nasrani.
Al-Manshur sangat yakin untuk
mendirikan kerajaannya di kota itu. Pada 763 (146 Hijriyah) dimulailah
pembangunan kota pusat pemerintahan Bani Abbas ini. Saat peletakan batu pertama
pembangunan Baghdad, Khalifah al-Manshur mengatakan, “Bismillahirrahmanirrahim. Bumi adalah milik-Nya. Dia mewariskannya
bagi siapa yang Dia kehendaki kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Kemenangan
adalah milik orang-orang bertakwa.”
Ratusan ribu pekerja ahli bangunan
terdiri dari arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan
lainnya yang didatangkan dari Suriah, Mosul, Basrah, dan Kufah dikerahkan untuk
membangun kota 1001 malam tersebut dengan biaya yang sangat besar. Abu Ja’far
al-Manshur membiayai pembangunan Baghdad sebesar 18.000 dinar. Dengan dana yang
begitu besar, dibangunlah bangunan-bangunan megah: istana, masjid, jembatan,
saluran air, dan berbagai benteng pertahanan.
Istana dibangun di tengah-tengah
kota Baghdad yang bundar, dan di samping istana dibangun masjid Jami’. Istana
khalifah dibangun dengan megah. Pintunya diberi banyak sepuhan emas. Terbuat
dari batu dan pualam serta memiliki kubah hijau besar yang dipuncaknya
dipasangi patung seorang penunggang kuda yang berputar-putar seperti kincir
penunjuk arah angin. Terdapat empat pintu gerbang kota dengan empat jalan raya
yang menandai empat penjuru mata angin, menyebar ke luar seperti jari-jari
sebuah roda dengan pusatnya adalah istana khalifah. Masing-masing gerbang
diberi nama sesuai kota besar atau kawasan yang ditujunya: Damaskus, Basrah,
Kufah, dan Khurasan.
Tidak lama, Baghdad berkembang
pesat melampaui rancangan awalnya, menjadi lebih luas dengan banyaknya
bangunan-bangunan dan pemukiman. Ia meliputi taman-taman yang luas dan aneka
tempat rekreasi. Bahkan orang-orang non-muslim diberikan kebebasan membangun
tempat tinggalnya. Terdapat sebuah kawasan Kristen, dilengkapi dengan gereja,
biara, dan asrama biarawati. Baghdad juga memiliki pelabuhan yang sangat maju
untuk penggunaan komersial. Tiga jembatan berukuran besar yang terdapat di
hulu, hilir, dan tengah-tengah kota. Dilekatkan ke tiang-tiang besar di kedua
tepi sungai Tigris dengan rantai besi. Sekitar 3000 sampan juga mengangkut orang
bolak-balik.
Sementara itu, di tepi timur sungai
Tigris, berdiri istana al-Rushafa
milik Muhammad al-Mahdi, putra Khalifah al-Manshur. Sebuah pemukiman tumbuh di
sekitarnya berseberangan dengan istana kedua yang dikenal sebagai al-Khuld, dibatasi oleh taman-taman luas
yang terhampar sepanjang tepi barat.
Baghdad yang dinamakan Madinah
as-Salam atau Kota Kedamaian oleh al-Manshur seakan disulap dalam satu
malam menjadi kota terbesar di dunia dan tiada bandingannya. Al-Manshur
mengumpulkan para ulama dan ilmuwan di Baghdad dari seluruh negara dan wilayah
sehingga Baghdad menjadi kota ilmu dan tempat lahirnya peradaban Islam pada
masa Daulah Abbasiyah.
Baghdad mencapai puncak kejayaan di
masa Khalifah Harun ar-Rasyid, khalifah Abbasiyah kelima, kemudian dilanjutkan
anaknya al-Ma’mun. Ketika ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur,
kekayaan melimpah, keamanan terjamin, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika
Utara hingga India. Dalam waktu singkat, sejak pembangunannya pertama kali oleh
Khalifah al-Manshur, Baghdad terus mengalami peningkatan. Baghdad berubah
menjadi kota megah dan berperadaban tinggi yang membuat orang-orang datang dari
berbagai penjuru untuk menyaksikan kemegahannya.
Pada masa Harun ar-Rasyid, Baghdad
telah mampu melebihi Konstantinopel dalam kemakmuran dan kemegahannya. Terlalu indah untuk saya bahas secara lengkap
apa yang ditulis oleh para sejarawan tentang kota ini. Ingin rasanya saya
kembali ke masa kejayaan Islam di Baghdad. Karena hebatnya kota ini, sehingga
Kristen, Hindu, Persia, Zoroaster dan lain-lain datang dari seluruh penjuru
dunia untuk menikmati kemegahan Baghdad. Baghdad telah menjadi kota yang tiada
bandingnya di seluruh dunia. Di sana kau bisa melihat pasar-pasar dan kios-kios
beratap bertebaran sepanjang tanggul dekat sungai, dimana segala jenis seniman
dan pengrajin pekerja pualam dari Antiokia, pembuat papyrus dari Kairo, pembuat
tembikar dari Basrah dan ahli kaligrafi dari China menjalankan usahanya.
Kios-kios makanan menjual aneka makanan lezat seperti ayam limau, domba
panggang, gulungan-gulungan dadar kecil dicelupkan dalam madu, atau
irisan-irisan roti yang diolesi bumbu khas Timur Tengah.
Kita juga bisa melihat banyak
pancuran air dan pemandian umum, jalan-jalannya selalu dibersihkan sehingga
bebas sampah dan bau busuk. Jalan setapak mengapit sungai Tigris dan tangga
pualam menurun hingga ke pinggiran sungai. Di sana kita melihat aneka macam
perahu ditambatkan di sepanjang dermaga yang lebar mulai perahu China sampai
rakit Asyiria. Kebanyakan rumah masa itu dibangun dari batu bata yang dijemur
atau batu bata yang dibakar dalam tungku. Rumah yang lebih miskin dibuat dari
gundukan tanah yang disemen dengan tanah liat. Rumah-rumah pribadi yang besar
memiliki ruangan untuk mandi dan wudhu.
Di masa Harun ar-Rasyid, Baghdad
memiliki ribuan pemandian umum.
Pemandian umum biasanya terdiri atas beberapa kamar berubin yang
berkelompok di seputar sebuah ruangan pusat berukuran besar. Ruangan itu
beratapkan sebuah kubah yang dipenuhi lubang-lubang kecil berbentuk bulat yang
dipasangi kaca untuk masukkan cahaya, dan dipanasi dengan uap dari sebuah
pancaran air pusat, yang tertangkap dalam sebuah kolam besar, yang muncul dari
bawah lantai. Setelah membersihkan diri, orang-orang yang mandi biasanya
beristrahat di ruangan di luar yang disiapkan untuk bermalas-malasan. Di sana
mereka dapat menikmati makanan ringan dan minuman. Biasanya ada tukang cukur
atau tukang pijat yang bertugas untuk memijat mereka. Nikmatnya hidup!
Taman-taman indah juga banyak
dibangun. Istana-istana memiliki taman-taman yang menakjubkan. Istana Khalifah
memiliki taman yang pohonnya terbuat dari emas dan perak yang berada di
tengah-tengah kolam. Pohon tersebut memiliki delapan belas dahan yang terbuat
dari emas dan perak. Setiap dahan memiliki ranting-ranting yang dilengkapi
dengan berbagai macam mutiara dalam bentuk buah-buahan. Di dahan-dahannya
terdapat burung-burung yang juga terbuat dari emas dan perak. Ketika angin
bertiup burung-burung tersebut terdengar bersiul-siul. Di sisi istana di
sebelah kanan dan kiri kolam terdapat lima belas patung prajurit penunggang
kuda. Patung-patung tersebut dihiasi dengan pakaian-pakaian sutera dan
pedang-pedang. Sementara tangan-tangan mereka memegang tombak yang mereka
gerakkan secara seragam sehingga dikira masing-masing dari mereka ingin
menyerang temannya.
Di
masa kejayaan Baghdad, London dan Paris masih merupakan desa kecil yang
kotor dan penuh semak belukar. Istana atau kastil yang menjadi tempat tinggal
para bangsawan sangat berbeda jauh dengan tempat tinggal rakyat biasa yang
kumuh di sekitarnya. Di masa itu, Eropa masih berada dalam masa kegelapan.
Jadi, jangan berpikir orang-orang Eropa pada masa itu adalah orang-orang yang
memiliki peradaban maju. Mereka masih terpenjara oleh dogma-dogma gereja yang
kaku. Dan baru tercerahkan setelah ilmuwan-ilmuwan mereka menimba ilmu dari
orang-orang muslim, khususnya di Andalusia.
Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/sejarah-islam-untuk-pemuda-muslim.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar