Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Negeri 1001 Malam

 


Negeri 1001 Malam

  

Waktu saya masih kecil, saya sangat suka menonton film kartun. Aladdin salah satunya, salah satu tokoh kartun dari negeri 1001 malam, Baghdad. Film yang diproduksi oleh Walt Disney itu menggambarkan bangunan istana yang megah dengan segala keindahan kotanya. Orang-orang Barat terinspirasi dari buku sastra Alf Laila wa Laila ditulis oleh al-Jahsyiyari pada masa Dinasti Abbasiyah. Di dalam buku itu terdapat 264 kisah berupa kisah-kisah Arab, Persia, India, dan sebagainya. Barat menyebut kisah-kisah dalam buku ini dengan Arabian Nights.

Selain Aladdin, kisah-kisah yang paling terkenal antara lain Ali Baba dengan empat puluh Penyamun, Sinbad Si Pelaut, dan Pencuri dari Baghdad. Di dalam bahasa Inggris bahkan ada idiom-idom yang berasal darinya seperti Aladdin’s Lamp, Aladdin’s ring, dan Aladdin Wisdom. Dalam film kartun buatan orang Barat juga tidak jarang ditampilkan tokoh Khalifah Harun ar-Rasyid, Abu Nuwas dan Wazir (perdana menteri) Ja`far al-Barmaki. Sayang, khalifah-khalifah Baghdad, menteri, dan pejabat-pejabat istana digambarkan sebagai orang yang hanya suka dunia, kemegahan, makan, santai, dan dikelilingi dayang-dayang seksi. Yang ini, sejarah kita menolaknya.

Saya akan ceritakan kepadamu satu kisah salah satu khalifah di Baghdad, yakni Harun ar-Rasyid. Suatu hari, seorang ulama terdekat Harun ar-Rasyid bernama as-Sammak datang menemuinya di Istana kerajaan. Pada saat itu, Harun meminta segelas air minum kepada pelayannya. Pelayannya segera mengambil air dan ketika Khalifah mengangkat gelas untuk minum,  as-Sammak berkata, “Tahanlah wahai Amirul Mukminin, andaikata orang-orang mencegahmu untuk meminum air ini, berapa yang akan kau keluarkan untuk membeli air ini?”

Tanpa pikir panjang Khalifah ar-Rasyid menjawab, “Akan saya beli dengan separuh kerajaanku.” “Minumlah semoga Allah memberi kenikmatan untukmu.”, do’a as-Sammak kepadanya. Ketika Khalifah selesai minum, As-Sammak kembali bertanya, “Andaikata air itu tidak bisa keluar dari perutmu, dengan harga berapa kau akan membayarnya, wahai Amirul Mukminin?” “Dengan seluruh kerajaanku!”, jawab Khalifah. Mendengar jawaban Khalifah, as-Sammak berkata lagi, “Jika harga kerajaanmu harganya sama dengan seteguk air dan sekali buang air kecil, sudah sepantasnya orang-orang tidak memperebutkannya.”

Nasihat As-Sammak mengena di hati sang Khalifah. Dan Khalifah tak sanggup menahan tangisnya. Harun ar-Rasyid memang terkenal sebagai khalifah yang suka meminta nasihat. Ia juga mudah menangis mendengar nasihat-nasihat para ulama. Ia pernah menangis hingga tak sadarkan diri ketika dinasehati oleh Fudhail bin Iyadh. Selain itu, ia juga dikenal senang dipuji. Jika ada orang memujinya dia akan memberikan sejumlah uang dalam jumlah besar. Orang yang takut kepada Allah seperti Khalifah ar-Rasyid ini, sangat hampir sulit untuk kita membayangkan dia hidup dengan menikmati dayang-dayang seksi di sekitarnya. Itu tidak mungkin!!!

***

Memang benar Baghdad pada masa pemerintahan Bani Abbas adalah kota megah, menjadi tujuan orang-orang dari segala penjuru dunia. Di sana kita bisa melihat istana-istana megah, jembatan-jembatan indah di Sungai Eufrat dan Tigris, dan taman-taman penuh dengan aneka pohon dan buah-buahan. Abu Ja’far al-Manshur, sebagai Khalifah Kedua -menggantikan as-Saffah-, mencari kota yang baru dan akhirnya menemukan lokasi sebuah dusun kecil Persia bernama Baghdad. Baghdad yang dalam bahasa Persia berarti “Didirikan Tuhan” dahulu adalah kota kuno terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Di masa Rasulullah, kota ini menjadi sebuah kota pasar. Dan ketika Khalifah al-Manshur mengunjunginya, pasar-pasar tersebut telah lenyap dan digantikan menjadi biara-biara Nasrani.

Al-Manshur sangat yakin untuk mendirikan kerajaannya di kota itu. Pada 763 (146 Hijriyah) dimulailah pembangunan kota pusat pemerintahan Bani Abbas ini. Saat peletakan batu pertama pembangunan Baghdad, Khalifah al-Manshur mengatakan, “Bismillahirrahmanirrahim. Bumi adalah milik-Nya. Dia mewariskannya bagi siapa yang Dia kehendaki kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Kemenangan adalah milik orang-orang bertakwa.”

Ratusan ribu pekerja ahli bangunan terdiri dari arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan lainnya yang didatangkan dari Suriah, Mosul, Basrah, dan Kufah dikerahkan untuk membangun kota 1001 malam tersebut dengan biaya yang sangat besar. Abu Ja’far al-Manshur membiayai pembangunan Baghdad sebesar 18.000 dinar. Dengan dana yang begitu besar, dibangunlah bangunan-bangunan megah: istana, masjid, jembatan, saluran air, dan berbagai benteng pertahanan.

Istana dibangun di tengah-tengah kota Baghdad yang bundar, dan di samping istana dibangun masjid Jami’. Istana khalifah dibangun dengan megah. Pintunya diberi banyak sepuhan emas. Terbuat dari batu dan pualam serta memiliki kubah hijau besar yang dipuncaknya dipasangi patung seorang penunggang kuda yang berputar-putar seperti kincir penunjuk arah angin. Terdapat empat pintu gerbang kota dengan empat jalan raya yang menandai empat penjuru mata angin, menyebar ke luar seperti jari-jari sebuah roda dengan pusatnya adalah istana khalifah. Masing-masing gerbang diberi nama sesuai kota besar atau kawasan yang ditujunya: Damaskus, Basrah, Kufah, dan Khurasan.

Tidak lama, Baghdad berkembang pesat melampaui rancangan awalnya, menjadi lebih luas dengan banyaknya bangunan-bangunan dan pemukiman. Ia meliputi taman-taman yang luas dan aneka tempat rekreasi. Bahkan orang-orang non-muslim diberikan kebebasan membangun tempat tinggalnya. Terdapat sebuah kawasan Kristen, dilengkapi dengan gereja, biara, dan asrama biarawati. Baghdad juga memiliki pelabuhan yang sangat maju untuk penggunaan komersial. Tiga jembatan berukuran besar yang terdapat di hulu, hilir, dan tengah-tengah kota. Dilekatkan ke tiang-tiang besar di kedua tepi sungai Tigris dengan rantai besi. Sekitar 3000 sampan juga mengangkut orang bolak-balik.

Sementara itu, di tepi timur sungai Tigris, berdiri istana al-Rushafa milik Muhammad al-Mahdi, putra Khalifah al-Manshur. Sebuah pemukiman tumbuh di sekitarnya berseberangan dengan istana kedua yang dikenal sebagai al-Khuld, dibatasi oleh taman-taman luas yang terhampar sepanjang tepi barat.  Baghdad yang dinamakan Madinah as-Salam atau Kota Kedamaian oleh al-Manshur seakan disulap dalam satu malam menjadi kota terbesar di dunia dan tiada bandingannya. Al-Manshur mengumpulkan para ulama dan ilmuwan di Baghdad dari seluruh negara dan wilayah sehingga Baghdad menjadi kota ilmu dan tempat lahirnya peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah.

Baghdad mencapai puncak kejayaan di masa Khalifah Harun ar-Rasyid, khalifah Abbasiyah kelima, kemudian dilanjutkan anaknya al-Ma’mun. Ketika ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga India. Dalam waktu singkat, sejak pembangunannya pertama kali oleh Khalifah al-Manshur, Baghdad terus mengalami peningkatan. Baghdad berubah menjadi kota megah dan berperadaban tinggi yang membuat orang-orang datang dari berbagai penjuru untuk menyaksikan kemegahannya.

Pada masa Harun ar-Rasyid, Baghdad telah mampu melebihi Konstantinopel dalam kemakmuran dan kemegahannya.  Terlalu indah untuk saya bahas secara lengkap apa yang ditulis oleh para sejarawan tentang kota ini. Ingin rasanya saya kembali ke masa kejayaan Islam di Baghdad. Karena hebatnya kota ini, sehingga Kristen, Hindu, Persia, Zoroaster dan lain-lain datang dari seluruh penjuru dunia untuk menikmati kemegahan Baghdad. Baghdad telah menjadi kota yang tiada bandingnya di seluruh dunia. Di sana kau bisa melihat pasar-pasar dan kios-kios beratap bertebaran sepanjang tanggul dekat sungai, dimana segala jenis seniman dan pengrajin pekerja pualam dari Antiokia, pembuat papyrus dari Kairo, pembuat tembikar dari Basrah dan ahli kaligrafi dari China menjalankan usahanya. Kios-kios makanan menjual aneka makanan lezat seperti ayam limau, domba panggang, gulungan-gulungan dadar kecil dicelupkan dalam madu, atau irisan-irisan roti yang diolesi bumbu khas Timur Tengah.

Kita juga bisa melihat banyak pancuran air dan pemandian umum, jalan-jalannya selalu dibersihkan sehingga bebas sampah dan bau busuk. Jalan setapak mengapit sungai Tigris dan tangga pualam menurun hingga ke pinggiran sungai. Di sana kita melihat aneka macam perahu ditambatkan di sepanjang dermaga yang lebar mulai perahu China sampai rakit Asyiria. Kebanyakan rumah masa itu dibangun dari batu bata yang dijemur atau batu bata yang dibakar dalam tungku. Rumah yang lebih miskin dibuat dari gundukan tanah yang disemen dengan tanah liat. Rumah-rumah pribadi yang besar memiliki ruangan untuk mandi dan wudhu.

Di masa Harun ar-Rasyid, Baghdad memiliki ribuan pemandian umum.  Pemandian umum biasanya terdiri atas beberapa kamar berubin yang berkelompok di seputar sebuah ruangan pusat berukuran besar. Ruangan itu beratapkan sebuah kubah yang dipenuhi lubang-lubang kecil berbentuk bulat yang dipasangi kaca untuk masukkan cahaya, dan dipanasi dengan uap dari sebuah pancaran air pusat, yang tertangkap dalam sebuah kolam besar, yang muncul dari bawah lantai. Setelah membersihkan diri, orang-orang yang mandi biasanya beristrahat di ruangan di luar yang disiapkan untuk bermalas-malasan. Di sana mereka dapat menikmati makanan ringan dan minuman. Biasanya ada tukang cukur atau tukang pijat yang bertugas untuk memijat mereka. Nikmatnya hidup!

Taman-taman indah juga banyak dibangun. Istana-istana memiliki taman-taman yang menakjubkan. Istana Khalifah memiliki taman yang pohonnya terbuat dari emas dan perak yang berada di tengah-tengah kolam. Pohon tersebut memiliki delapan belas dahan yang terbuat dari emas dan perak. Setiap dahan memiliki ranting-ranting yang dilengkapi dengan berbagai macam mutiara dalam bentuk buah-buahan. Di dahan-dahannya terdapat burung-burung yang juga terbuat dari emas dan perak. Ketika angin bertiup burung-burung tersebut terdengar bersiul-siul. Di sisi istana di sebelah kanan dan kiri kolam terdapat lima belas patung prajurit penunggang kuda. Patung-patung tersebut dihiasi dengan pakaian-pakaian sutera dan pedang-pedang. Sementara tangan-tangan mereka memegang tombak yang mereka gerakkan secara seragam sehingga dikira masing-masing dari mereka ingin menyerang temannya.

Di  masa kejayaan Baghdad, London dan Paris masih merupakan desa kecil yang kotor dan penuh semak belukar. Istana atau kastil yang menjadi tempat tinggal para bangsawan sangat berbeda jauh dengan tempat tinggal rakyat biasa yang kumuh di sekitarnya. Di masa itu, Eropa masih berada dalam masa kegelapan. Jadi, jangan berpikir orang-orang Eropa pada masa itu adalah orang-orang yang memiliki peradaban maju. Mereka masih terpenjara oleh dogma-dogma gereja yang kaku. Dan baru tercerahkan setelah ilmuwan-ilmuwan mereka menimba ilmu dari orang-orang muslim, khususnya di Andalusia. 


Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/sejarah-islam-untuk-pemuda-muslim.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640