Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Merciful Ramadhan

 


Merciful Ramadhan

Karya: Alfath Inspire

 

          Pagi udara yang sejuk. Pagi ini udaranya cukup sejuk dan menenangkan. Ini seperti udara subuh pagi yang sudah lama hilang dan sangat aku rindukan. Seperti sebuah pertanda akan memasuki waktu yang baru. Kesejukan di pagi ini, berhasil menelusuri seluruh rongga badan dan hatiku. Untungnya aku memakai baju yang cukup tebal.

Aku melihat di sebalik jendela. Dan bertandakan hari masih gelap, dan bertanda waktu akan memasuki subuh. Sebelum subuh menyapaku, aku sempatkan untuk melaksanakan shalat malam dan meminta kepada Allah apapun yang terbaik untukku dan orang-orang yang ada di sekitarku. Entah kenapa, sudah menjadi kebiasaan jika bangun di keheningan malam. Aku mendoakan mereka, tanpa pernah mereka pinta.

Aku berangkat dan langkahkan kakiku untuk berwudhu, kemudian shalat. Suasana kala itu begitu hening, tentram, penuh kedamaian. Tanpa terasa aku menyudahi shalat.

“Ya, Ramadhan, aku sangat senang bisa dipertemukan lagi denganmu,” gumamku di dalam hati. Dan berharap semoga Ramadhan kali ini lebih baik, dari ramadhan-ramadhan sebelumnya. Semoga Allah limpahkan rahmatnya bagi seluruh orang yang memasuki ramadhan dengan ketenangan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Suara adzan mulai terdengar.

Tanpa terasa waktu subuh sudah masuk. Aku bergegas untuk berangkat ke masjid. Tidak seperti biasanya subuh ini, cukup ramai di jalanan menuju ke arah masjid. Cahaya-cahaya malam dan bintang masih menghiasi indahnya langit, membuatku semakin bersyukur. Allah begitu baik memberikan indahnya suasana di tiap subuh, dan udara yang sejuk juga di tiap paginya.

“Eh, Aisyah, kamu mau kemana?” sapa seseorang perempuan dari kejauhan yang sebaya dengannya

“Eh, Nisa..” sahut kembali Aisyah

“Aku mau ke masjid, ayok ikut aku” Aisyah membalas dengan senyuman di bibir mungilnya

“Ayok..”Nisa membalas

Sesampainya di masjid, kami meletakkan sandal kami berdua di teras masjid. Nisa melangkahkan kakinya terlebih dahulu, lalu Aku menyusul. Kami berdua sekarang, berada di dalam masjid. Hal pertama yang kami rasakan adalah ketenangan. Kami tenang bisa berada di sini, entalah aku juga tidak tahu, rasanya berbeda jika dibandingkan tempat lain seperti di mall dan sejenisnya.

Kemudian, kami melaksanakan shalat bersama-sama dengan jamaah yang lainnya di masjid tersebut. Kami shalat dengan khusyu. Mungkin itu adalah salah satu shalat terkhusyu kami sampai sekarang dalam hidup ini, karna bacaan imamnya yang sangat menyentuh. Sebagian jamaah lain ada yang sampai terharu dan hampir meneteskan air mata. Subuh hari ini, tidak pernah diduga kami melaluinya dengan indah.

*Cek..cek!!

Ada suara tidak jauh dari tempat kami, ternyata ada laki-laki paruh baya dengan perawakan penuh kewibawaan dan sopan. Dia menaiki mimbar di masjid subuh kali itu, dan itu juga adalah kali pertamaku lagi mendengar ceramah. Karna aku terlahir dari keluarga yang minim mengetahui agama. Wajar saja, jika saat pertama kali mengenalku tidak memakai jilbab dan pakaian yang menutup aurat. Aku memang tidak mengenal agama sebelumnya. Sebelumnya, perkenalkan,aku Aisyah Karunia Putri. Ya, nama yang sangat bagus. Nama pemberian kedua orangtuaku. Aku juga tidak tahu mengapa mereka memberikan nama itu kepadaku. Itulah salah satunya yang membuat aku cukup berkesan.

Mungkin dari sana, mereka menginginkan aku seperti Ummu Aisyah, Istri Rasulullah yang sangat penurut kepada Rasulullah, yang manis, yang cantik dan menyejukkan ketika dipandang. Ya ... mungkin saja, aku juga tidak pernah menanyakan kepada mereka. Aku juga tidak tahu, kenapa mereka memberiku nama itu. Karunia, semoga aku bisa menjadi karunia baginya. Dan Putri, kata ketiga dari namaku. Ya menandakan aku putri, bukan putra. Hehe.

 

***

 

Masih di suasana masjid yang syahdu. Aku bersama temanku, masih asik untuk mendengarkan ceramah. Ceramahnya bisa masuk ke kami, yang notabenenya adalah anak muda, padahal anak muda itu cukup sulit didengarkan. Tapi kali ini beda.

Tiba-tiba suatu hal yang mengejutkan membuatku tercengang…

*BOOMM

“Saudara-saudariku sekalian, hidup di dunia itu hanya sekali, jadi buatlah hidupmu berarti!”, Aku terdiam seribu bahasa, “Apalagi di Bulan Ramadhan yang mulia ini, Allah berikan nikmat yang sangat besar. Ampunan Allah pada bulan ini, dan lipat ganda amal yang besar. Berubahlah, selagi Allah masih memberikan waktunya kepada kita.”

Kata-kata itu begitu terngiang-ngiang di telingaku, dan membekas. Aku tak bisa melupakannya. Itu nasehat terbaik yang pernah aku dapat. Aku tidak tahu siapa nama ustadz tersebut, karna dia sangat sulit untukku jangkau saat itu. Kemudian, kami pun pulang.

Tanpa terasa, benih-benih cinta itu tumbuh dan bersemi. Membuatku sampai gundah gulana dan tak bisa tidur beberapa hari. Aku terbujur kaku, terbujur di tepi kasur, sesekali bangkit, hari ini mulai resah.

“Ya Allah … kenapa dulu aku bisa sehancur dan serapuh itu.” Aku menangisi kesalahku yang dulu. Bulir-bulir air mata segar menetes. Entah berapa volumenya yang terjatuh. Besok sudah Bulan Ramadhan. Mungkin karna salah pergaulan yang menjerumuskanku, ugal-ugalan, geng motor, dan sebagainya.

Malam itu adalah malam penuh penyesalan dan kesedihan. Aku bertekad setelah ini, aku ingin berubah. “Aku harus berubah di Ramadhan Esok, dan bulan-bulan selanjutnya”.

***

          Dua hari setelah itu, setelah memikirkan dengan matang, akhirnya aku benar-benar bertekad. Nisa, sahabatku, datang bersama teman sekelasku Fani, ingin mengajakku pergi ke sekolah dalam acara maaf-maafkan karna besok sudah masuk bulan Puasa katanya.

Aku mengiyakan dan menyambutnya dengan baik.

Sesampainya di sekolah.

Tidak terelakkan.

“Aisyah, kamu kenapa kok jadi kalem dan udah gak pakai celana jeans ketat lagi?” tanya Nisa dengan santai.

“Ti ... tidak ... Nis ... Aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik lagi.” Aku menjawab dengan sederhana

“Berubah gimana Ais? Kamu kan bukan power ranger” Nisa tertawa

          “Hehe ... kamu Nisa” Aku juga tertawa membalas.

          “Aku hanya ingin berubah di bulan ramadhan nanti, menjadi lebih baik, dengan hati yang suci dan bersih, Nis.”

          “Wah, Ais, bagus.”

          “Terima kasih Nisa.”

          “Aku akan selalu mendukungmu, Aisyah”

          “Terima kasih ya, Nisa.”

          Allah begitu baik kepadaku, sehingga Allah juga karuniakan sahabat yang baik dan sholehah sepertimu Nisa, bahkan di saat aku terpuruk kemarin. Tanpa pernah kusadar, kamu telah mengirimkan beberapa SMS yang berisi motivasi “Semangat ya, sahabatku” di tengah malam. Padahal aku belum sempat menceritaknannya kepadamu.

          “Nis, aku pengen kasih kamu hadiah spesial, boleh?”

          “Hadiah apa, Aisyah?

          “Ini Nisa, kamu lihat aja ya.”

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”.(HR. Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760)

          “Masya Allah..” Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Dan Nisa pun sama.

          Karena besok sudah Ramadhan, aku sampaikan padanya, aku ingin selepas ramadhan nanti, dosa kita berdua khususnya diampuni, dan juga dosa-dosa orang yang penuh keimanan mengharapkan ridho Allah dalam hadits ini.

          Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi, aku benar-benar ingin menyampaikan hadits itu, walaupun hanya satu ayat kepada orang yang kusayang, salah satunya sahabatku. Karna berkat dukungannya juga, aku bisa berubah.

          Mungkin karna motivasi dari ustadz kemarin subuh itu, aku mulai menyukai Islam dan mencintai Al-Qur’an. Aku ingin suatu saat dipertemukan sekali lagi dengan Beliau. Hanya untuk menyampaikan ucapan “terima kasih banyak”.

          Malam hari, di hari pertama Ramadhan, kali pertamanya aku membuka mushaf al quran lagi, setelah lama dibuka dan berdebu. Beberapa kali aku membuka dan menangisi ayat-ayat di awal, aku terbata-bata, aku tak bisa membacanya lancar. Karna aku jarang membukanya.

          Ramadhan kali ini membawa hidayah. Dan adalah salah satu hadiah terindah dari Merciful Ramadhan. Tentang cita-cita, cinta, hijrah, dan keinginan untuk membahagiakan orang-orang di sekitarku.

 

“Ramadhan memang mulia, maka jadilah mulia bersama Ramadhan, bersama Indahnya Ramadhan.”

 

***TAMAT***

 

Profil Penulis

          Alfath Inspire adalah nama pena dari seorang Pemuda asal Sumatra bernama Fadhli Kabir, yang mencintai dunia menulis dan ingin menyebarkan dunia literasi. Dia terinspirasi dari pemuda zaman dulu yang berhasil menciptakan banyak karya luarbiasa, berhasil menghafal puluhan ribu hadits, dan menjadi Hafizh di usia muda. Dia suka membaca kata-kata motivasi dan inspiratif tentang hidup. Dia pemuda yang memiliki visi "Menjadi sebaik-baik manusia" dalam hadits. Bagi yang ingin bersilaturahim dengannya, silakan follow IG @alfath.inspire99.


Mau baca lebih banyak kisah tentang cerpen bertema ramadhan, chek di buku ini https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/indahnya-ramadhan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640