Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A1
25k / bulan
60k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A2
25k / bulan
60k / 3 bulan

Islam di Korea dan Jepang

 


Islam di Korea dan Jepang

 

Pada abad ke-19 Jepang mulai membuka diri dengan dunia luar. Kau perlu tahu bahwa selama 200 tahun politik isolasi dijalankan di Jepang. Sejak tahun 1640 mereka menutup diri dari dunia luar. Masyarakat Jepang dilarang membangun kapal yang lebih besar daripada sampan yang menyusuri pantai. Tidak ada orang Jepang yang boleh pergi ke luar negeri, dan tidak ada orang luar yang diizinkan memasuki negeri itu. Peraturan itu membuat mereka buta akan dunia luar. Mereka tidak tahu perkembangan seperti apa yang terjadi di negeri-negeri lainnya. Sampai datang  tujuh Kuro Fune, Kapal Perang Hitam besar milik Amerika Serikat lengkap dengan meriam-meriamnya yang sandar di Teluk Edo pada musim dingin tahun 1854. Kekaguman bercampur ketakutan penduduk Jepang ketika menyaksikan kapal besar AS yang dikepalai Matthew C. Perry itu.

Merasa tak berdaya menghadapi pasukan Amerika Serikat -dan sepertinya memang mereka tak mungkin bisa menang melawam senjata modern milik AS- akhirnya membuat Jepang menyepakati perjanjian: Perjanjian Kanagawa pada 31 Maret 1854. Di antara isi perjanjian adalah agar Jepang membuka pelabuhannya, Shimoda dan Hokodate, untuk perdagangan asing. Lima bulan kemudian, 31 Oktober, Jepang kembali menyepakati perjanjian dengan bangsa kulit putih lainnya: Inggris di Nagasaki. Hasilnya, kapal-kapal Inggris diizinkan berlayar dan berdagang di Nagasaki dan Hokodate.

Masuknya bangsa Barat ke Jepang memaksa Jepang mengakhiri pemerintahan feodal dan memulai zaman baru dengan mengangkat seorang kaisar sebagai pemimpin negara. Matsuhito yang bergelar Meiji, diangkat menjadi kaisar Jepang tahun 1868. Di masa kaisar Matsuhito ini dimulai Restorasi Meiji: pemulihan Jepang serta pembaharuan dan pembangunan dalam berbagai aspek. Jepang juga menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara luar, di antaranya adalah dengan Turki Utsmani.

Pada 1890 Sultan Abdul Hamid II mengirim utusan ke Jepang untuk menjalin hubungan diplomatik serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Dalam pelayaran itu sebanyak 609 orang termasuk perwira dan prajurit Turki dipimpin Laksamana Utsman Pasha menumpangi kapal “Ertughrul. Namun, dalam pelayaran pulang ke Turki, kapal itu karam dihantam badai di laut Jepang. Sebanyak 540 awak kapal, termasuk seorang adik dari Sultan Abdul Hamid II meninggal. Karamnya kapal tersebut menjadi kisah duka dua pemimpin negara tersebut. Kaisar Meiji mengutus seorang wartawan muda, Torajiro Noda, ke Istanbul untuk mengabarkan kabar duka tersebut ke Sultan Abdul Hamid II. Sesampainya di Istanbul, Torajiro Noda diminta Sultan untuk tinggal sementara di Turki dan menjaga hubungan diplomatik dengan mengajarkan kebudayaan Jepang di Turki.

Di Istanbul inilah Noda bertemu dengan Abdullah Guillaume, seorang Muslim asal Turki yang tinggal di Liverpool, Inggris. Perkenalan tersebut mengantarkan Trajiro Noda untuk mulai mengenal Islam melalui diskusi dan kajian keilmuan. Termasuk, langkahnya mencari kebenaran hidup. Pergulatan dalam diskusi dan pencarian kebenaran itulah yang membawa Noda menemukan Islam. Setelah masuk Islam ia mengganti namanya menjadi Abdul Halim Noda dan pergi menunaikan rukun Islam kelima di Mekkah. Noda-lah yang disebut-sebut sebagai orang Jepang pertama yang masuk Islam. Dua orang Jepang lainnya yang diketahui pertama-tama memeluk Islam ialah Mitsutaro Takaoka dan Bumpachiro Ariga. Takaoka memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah. Sementara Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengubah namanya menjadi Ahmad Ariga.

Setelah Perang Dunia I banyak muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghistan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia yang ke Jepang. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini. Berawal dari komunitas-komunitas ini dibangunlah Masjid Kobe pada tahun 1935 sebagai masjid pertama di negeri Sakura itu. Tiga tahun berikutnya berdiri Masjid Tokyo di ibu kota Jepang. Sejak itu, Islam di Jepang semakin berkembang hingga hari ini, terutama karena semakin banyaknya pelajar atau pekerja dari negeri-negeri Islam datang ke Jepang, seperti dari Pakistan, Malaysia, dan Indonesia. Gencarnya dakwah Islam kepada masyarakat Jepang maupun dengan cara pernikahan dengan warga asli Jepang membuat populasi umat Islam di Jepang semakin bertambah. Terhitung tidak kurang dari 100.000 muslim saat ini ada di negeri para samurai itu.

***

Tapi yang perlu kau tahu juga bahwa perkembangan Islam di Jepang lebih baik daripada negara tetangganya, Korea Selatan. Kau tahu kan negeri tempat lahirnya para boy band dan girl band terkenal ini? Korea pada masa silam sempat berinteraksi dengan orang-orang Islam dari Asia Tengah terutama orang-orang Uyghur yang berasal dari China. Beberapa dari mereka bahkan menetap di Korea dan menikah dengan penduduk setempat. Hanya saja, pada Era Joseon, Korea sempat mengisolasi diri dari dunia luar termasuk dengan orang-orang Islam sehingga Islam tidak terdengar lagi di sana. Era Joseon ini berakhir ketika Jepang masuk menjajah Korea pada tahun 1912. Saat perang Korea, antara Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 1954, -yang membelah Korea menjadi Utara dan Selatan sampai saat ini- Turki mengirim sejumlah besar pasukannya untuk membantu Korea Selatan di bawah perintah PBB, yang disebut Brigade Turki.

Di Korea, selain membantu pasukan Korea Selatan di medan pertempuran, Turki juga membantu dalam pekerjaan kemanusiaan, seperti membantu mengoperasikan sekolah selama waktu perang untuk anak yatim korban perang. Setelah perang usai, beberapa orang Turki yang bertugas di Korea Selatan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB mulai mengajarkan tentang Islam di Korea. Pada 1955 didirikanlah Korea Muslim Society yang kemudian berubah nama menjadi Korea Muslim Federation pada tahun 1967.

Pada tahun 1962, pemerintah Malaysia menawarkan hibah sebesar 33.000 dolar AS untuk sebuah masjid yang akan dibangun di Seoul. Namun, rencana itu gagal karena inflasi. Tidak sampai 1970-an, ketika hubungan ekonomi Korea Selatan dengan banyak negara Timur Tengah membaik, minat Korea terhadap Islam mulai bangkit kembali. Beberapa warga Korea yang bekerja di Arab Saudi masuk Islam. Dan ketika mereka menyelesaikan masa tugas kerja di sana, mereka kembali ke Korea. Atas dukungan pemerintah dan umat Islam Korea serta didukung negara-negara Islam, maka didirikan Masjid Sentral Seoul (Seoul Central Mosque) pada 1976 yang menjadi tonggak penyebaran agama Islam di Korea Selatan. Sampai saat ini sekitar 35.000 muslim ada di Korea. Jumlah yang tentu sangat sedikit dibandingkan dengan Jepang.

Mungkin kau juga bertanya-tanya mengapa di dua negara maju di Asia Timur itu islamnya tidak begitu berkembang. Kira-kira apa? Mmm...ya, kalau menurutku, banyak hal yang membuat Islam di sana tidak berkembang dengan cepat. Pertama, Jepang dan Korea bukanlah seperti negeri Eropa yang mayoritas penduduknya beragama Katolik dan Kristen. Seperti yang kau tahu, Katolik dan Kristen juga punya kitab suci yang mencantumkan nama-nama Nabi yang juga dikenal dan diimani oleh umat Islam, seperti Nabi Adam, Nabi Nuh (Noah), Ibrahim (Abraham), Ishaq (Isaac), Daud (David), Sulaiman (Solomon), Musa (Moses), Yahya (Johannes), dan Isa (Jesus). Jadi pendekatan Islam ke orang-orang Eropa jauh lebih mudah karena sejarah agama mereka yang begitu dekat. Nabi yang diyakini oleh orang Kristen sama dengan nabi yang diimani oleh orang-orang Islam.

Baik agama Islam maupun Kristen sama-sama memiliki kitab suci yang dalam Islam disebut kitab samawi, walaupun kemudian kitab suci mereka (Injil) telah banyak diubah oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Ini sangat berbeda dengan kondisi di Jepang dan Korea yang mayoritas beragama Kong Hu Cu, Budha, dan Shinto yang bukan merupakan agama samawi. Bahkan ketiga agama ini sebenarnya hanya mengajarkan moral, dan tidak memiliki kitab suci yang turun dari langit (dari Allah). Mereka juga tidak mengenal nama-nama nabi yang diyakini oleh umat Islam. Bahkan karena kemajuan teknologi yang mereka punya, membuat mereka tidak percaya dengan keberadaan Tuhan (atheis). Karena itu pendekatan Islam ke orang-orang Jepang dan Korea cukup sulit. Kedua, menurutku, mereka adalah orang-orang yang giat bekerja (workaholic), dari pagi sampai malam. Dunia adalah tujuan mereka, sangat jarang mereka memasuki kuil-kuil atau gereja-gereja untuk menginginkan kebaikan setelah kematian nanti. Kalaupun ada yang ke kuil dan gereja semata-mata karena menginginkan agar diberi kesuksesan dalam karir, atau pada saat acara pernikahan.

Kesibukan mereka terhadap dunia, membuat mereka tidak lagi memikirkan agama dan akhiratnya. Apalagi ketika mereka melihat umat Islam yang malas, jauh dari kata maju, tidak berkembang, maka mereka akan semakin menjauh tidak tertarik sama sekali. Dan kalau kau pernah nonton drama korea, kau akan lihat betapa mereka sangat akrab dengan makanan dan minuman yang diharamkan dalam Islam seakan-akan mereka tidak bisa dipisahkan darinya. Saat stres mereka ke kedai minum soju atau sake. Ketika naik pangkat, mereka merayakannya dengan minum-minum. Ada masalah sedikit, minum. Apalagi kalau sudah dihidangkan dengan daging babi, sangat sulit untuk mereka tolak. Nah, inilah yang menurut saya membuat mereka sulit menerima Islam. Tapi, bagaimanapun juga, kita tetap bersyukur masih ada orang-orang Islam di sana dan semoga di masa-masa mendatang Islam semakin berkembang di negeri empat musim itu.

Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/sejarah-islam-untuk-pemuda-muslim.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640