Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Aliran-aliran dalam Pendidikan

 



Aliran-aliran dalam Pendidikan


Makna pendidikan sangat luas, proses pembinaan peserta didik sebagai subjek didik harus dilaksanakan. Dalam hal ini memang ada beberapa aliran dalam pendidikan akan mempengaruhi proses pendidikan. Adapun aliran yang paling mendominasi seperti dibawah ini

  1. Aliran Nativisme atau faktor genetik manusia

Perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir sesuai dengan tokoh aliran nativisme yakni Schounpenhauer (Jerman: 1788-1860); potensi yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Potensi yang dibawa sejak lahir inilah yang sepenuhnya mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik, dan yang jelek akan menjadi jelek. Menurut kaum nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, sehingga percuma saja memberikan pendidikan karena tidak akan membawa manfaat. Dalam ilmu pendidikan hal ini disebut pesimisme pedagogis.

  1. Aliran Empirisme (Pengalaman Lingkungan)

Pandangan aliran ini berlawanan dengan kaum nativisme hal ini ditegaskan oleh toko aliran ini yang bernama John Locke (Inggris: 1923-170) yang menyatakan bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu ditentukan oleh lingkungannya, pendidikan, dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Hal ini diperjelas lagi bahwa manusia dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, belum memiliki potensi apapun dan dapat dilatih dari pendidikan dan lingkungan untuk mengembangkan potensinya. Menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya, manusia dapat dididik menjadi sesuai hasratnya (cita-cita) kearah yang lebih baik. Kaum empiris mengenalkan istilah optimisme pedagogis yang menjelaskan bahwa pendidik memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan pendidikan sebagai pengalaman (empiri: pengalaman) yang diterima oleh anak.

  1. Aliran Naturalisme (Belajar dari Alam)

Senada dengan aliran nativisme, bahwa anak dilahirkan dalam kondisi yang baik. Istilah Nature artinya adalah alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Jika pengaruh/pendidikan itu baik, maka perkembangannya akan menjadi baik, tapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini JJ. Rousseau (1712-1778): “…semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia”. Artinya, anak hendaknya dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.  

  1. Aliran Konvergensi (Campuran)

Potensi atau pembawaan anak didapatkan sejak lahir, namun perkembangan selanjutnya ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan yang diperolehnya, tokoh dari aliran ini adalah William Stern (Jerman: 1871-1939). Dukungan pendidikan atau lingkungan adalah salah satu penentu potensi dapat berkembang dengan baik atau tidak. Sebaliknya, pendidikan atau lingkungan tidak akan berhasil baik manakala pada diri anak tidak ada potensi yang mendukungnya. Pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan ada dua garis lurus yang menuju ke suatu titik temu (convergen: menuju ke suatu titik) begitu tegas Stern. Aliran konvergensi pada umumnya dapat diterima secara luas, walaupun masih ada juga beberapa kritik terhadapnya. 

Aliran konvergensi dikritik sebagai yang cocok untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan, kalau bibitnya baik dan lingkungannya baik maka hasilnya pasti baik. Padahal bagi manusia hal itu belum tentu, karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu pilihan atau seleksi dari yang bersangkutan.  Jadi, orang tua yang baik dan lingkungan yang baik belum sepenuhnya akan memberikan dampak baik anak karena masih ada kperibadian diri sendiri. 

  1. Tut Wuri Handayani

Ing ngarso sung tuladha (didepan memberi contoh), ing madya mangun karsa (ditengah memberi dukungan) dan tut wuri handayani ( dibelakang memberi dorongan adalah konsep pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, seorang pakar pendidikan Indonesia, sekaligus pendiri Perguruan Taman Siswa. Tut Wuri Handayani berasal dari bahasa Jawa, “Tut Wuri” berarti “mengikuti dari belakang”, dan “handayani” berarti “mendorong, memotivasi, atau membangkitkan semangat”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa aliran ini mengakui adanya pembawaan, bakat, maupun potensi-potensi yang ada pada anak sejak lahir. Dengan kata “tut wuri” berarti pendidik diharapkan dapat melihat, menemukan, dan memahami bakat atau potensi-potensi apa yang timbul dan terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan ke arah pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi-potensi tersebut. 

Dibandingkan dengan keempat aliran pendidikan yang telah dibahas sebelumnya, tut wuri handayani lebih mirip dan dekat dengan aliran konvergensi dari William Stern, yang berpendapat bahwa perkembangan anak (manusia) ditentukan oleh bagaimana interaksi antara pembawaan atau potensi-potensi yang dimiliki anak yang bersangkutan dan lingkungan ataupun pendidikan yang mempengaruhi anak dalam perkembangannya. Dengan kata lain, sifat-sifat dan ciriciri anak (manusia) dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya, dan ada pula yang lebih ditentukan oleh lingkungannya, tergantung kepada mana yang lebih dominan dalam interaksi antara keduanya.

Tut wuri handayani merupakan bagian dari konsep kependidikan Ki Hadjar Dewantara yang secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:  

Ing ngarso sung tulodo artinya jika pendidik sedang berada didepan maka hendaklah memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak didiknya. Ing ngarso: di depan, sung: asung = memberi, tulodo: contoh/teladan yang baik. Ing madyo mangun karso berarti jika pendidik sedang berada di “tengah-tengah” anak didiknya, hendaknya ia dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka untuk berinisiatif dan bertindak. Ing madyo: di tengah; mangun: membangun, menimbulkan dorongan; karso: kehendak atau kemauan. Ditambah dengan tut wuri handayani yang telah diuraikan sebelumnya, maka ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh.  


sumber buku: https://www.alqalammedialestari.com/2023/03/sejarah-pendidikan-dari-masa-klasik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640