Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

5 Sun Try

 


5 Sun Try

Penulis: Acep Ilfan, dkk.

Tebal: 387 halaman

Harga: 95.000

Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm

ISBN: 978-602-5744-74-1

 

H

arapan tak pernah sepenuhnya benar! Perjalanan yang seharusnya terasa indah berubah semenjak 5 menit yang lalu. Suara gemuruh terus bergelegar menembus keheningan malam yang tak berkesudahan, belum lagi cahaya kilat yang tak henti-henti sejauh mata memandang. Air pun ikut berkompromi dengan amukan petir malam itu bahkan ombak laut yang biasanya tenang menjadi seekor singa lapar yang siap menerkam apa saja yang berada di depannya. Badai malam itu begitu dahsyat menghantam selat sunda, membuat kapal-kapal yang berlayar pada malam itu terkekang dalam lautan.

                Dari sekian banyak kapal-kapal yang berlayar, sebuah kapal Fery bermuatkan sekitar tiga ratusan penumpang dengan beberapa truk dan bus besar terombang-ambing di tengah lautan. Para kelasi sibuk menenangkan penumpang yang panik sebagian besar muntah karena mabuk laut. Kapten David yang sedari tadi sibuk memutar otak untuk keselamatan tiga ratus jiwa yang harus ia pertaruhkan. Malam itu akan timbul dua masalah yang tak terduga yang jawabannya akan terungkap pada cerita ini.

                Di salah satu kabin kapal, Hary sedang menangis sembari memeluk tiang kapal.  Suara tangisnya sangat parau, yang anehnya suara tangis Hary yang begitu merdu alias merusak dunia itu tak sama sekali mengganggu keseriusan Ihsan yang sedang membaca buku tepat dua senti di sampingnya.

Hee, Hary... Ente kok nangis? Ganggu ane lagi tidur aja.” Ujar Acil yang baru saja bangun dari mimpi indahnya.

Hary tak menjawab barang sepatah kata pun, malah menaikkan volume tangisan yang cetar membahana itu.

Udah jangan dipikirin. Palingan juga takut tenggelam karena badai begini,” jawab Ahmad dengan simpel.

Masa iya, Ry? Ente nangis gara-gara gituan? Takut tenggelam?” Tanya Acil balik kepada Hary.

Huuu bukan itu masalahnya, Cil. Ane sama sekali gak takut tenggelam kok.

Terus kenapa Ente nangis?”

Kalau tenggelam itu kan udah biasa bagi ane, karena bapak ane seorang petani, tapi ane sedih teringat terpisahnya kisah cinta Jack dan Rose dikarenakan tenggelamnya kapal Titanic yang legendaris itu.

Oooo...” Jawab Acil datar. Perlu beberapa menit lamanya otak Acil memproses kata-kata Hary barusan.

Tiba-tiba Acil malah ikut menangis sambil memeluk tiang, tangisannya bahkan jauh lebih sengau dibandingkan Hary.

Loh, Cil... Ente kok ikutan nangis?”

Ane juga sedih, kalau teringat film Titanic itu. Tapi ya, Ry, apa hubungannya coba bapak Ente petani sama Ente nggak takut tenggelam?

Ane juga gak tau, Cil. Padahal ane udah suruh bapak ane jadi perompak kapal aja tapi dia malah memilih menjadi petani, ane bersyukur mempunyai ibu yang memenuhi keinginan ane menjadi perompak sejati.

Ketika Acil dan Hary sedang duet di tiang, datanglah Fandi mendekati mereka berdua.

Astagfirullah... Bertakwalah kalian kepada Allah. Apa yang telah terjadi wahai saudara-saudara seimanku? Mungkin ana bisa membantunya,” ujar Fandi.

Sudahlah... Tenang ini hanya cuaca buruk biasa.” Ujar Ahmad.

Ihsan sejenak menatap tajam mata Ahmad.

Kenapa, San? Sampai gitu amat natapnya?” Tanya Ahmad heran.

Oh,” jawab Ihsan simpel kemudian kembali membaca buku favorit miliknya.

Ahmad merasa kesal dengan Ihsan, itu adalah jawaban tersingkat yang pernah ia dapati semenjak hidup di dunia.

Di luar cuaca sudah mulai bersahabat. Angin yang tadinya begitu kencang kini sudah semakin lembut bertiup, bahkan ombak yang tadinya seperti seekor singa yang kelaparan sekarang telah menjadi seekor kucing yang imut. Intinya keadaan telah kembali normal.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan ketenangan kembali di lautan yang begitu indah ini,” ujar Fandi.

Ini semua belum berakhir. Pasti masih ada masalah yang besar,” ketus Ahmad dengan kesal.

“DUAAARR!” Suara tembakan menembus keheningan di sudut-sudut kapal.

Suara apaan itu??” Tanya Acil.

Tiba-tiba keadaan yang tadi telah tenang menjadi ricuh kembali. Dari luar kabin terdengar seseorang berteriak.

“SEMUANYA MERUNDUK, TIDAK ADA YANG BERDIRI!Teriak seseorang dengan kasarnya dari luar kabin.

“CEPAT! TELEPON POLISI!”

“DUUAAAR!!”

Suara tembakan yang kedua tadi hampir aja membuat penyakit gagal ginjal Acil kumat lagi.

Kan bener... Apa kata ane tadi, pasti ada masalah baru yang lebih besar.” Ujar Ahmad tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Astaghfirullah, wahai teman seagamaku Ahmad. Engkau telah berkata sesuatu yang tidak baik. Ingat! Perkataan itu adalah do’a,” kali ini Fandi yang berbicara.

Cil, kita terjun ke laut aja yok,” ajak Hary.

Oke, ane udah siapin mental nih.”

Di saat keadaan kacau balau seperti itu, akhirnya yang mereka tunggu selama berhari-hari terwujud. Yaitu mendengar Ihsan berbicara.

Hmm.

Akhirnya Ihsan berbicara,” ujar Hary bangga.

Ambilin ane air dong, Ry. Haus nih,” ujar Ihsan.

Ah! Keadaan seperti ini pun masih aja kau tidak peka, San?”

“GUBRAAK!” Pintu kabin di dobrak paksa. Mereka semua terkejut. Seseorang berbadan besar telah berdiri di depan kabin.

“CEPAT MENUNDUK!” Ujar salah satu dari mereka. Sepertinya dia adalah ketua perampok. Badannya kekar, mukanya sangar, jakunnya besar, di tangannya ada tato,I LOVE MOM”. Hidup LIMA SUN TRY berada di genggaman perampok sangar itu.

Ana gak akan menunduk. Karna rukuk dan sujud ana hanya untuk Rabb semesta alam yang suci yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” jawab Fandi dengan tegasnya.

Sebuah pistol tertodong ke arah Fandi. Acil, Hary, secara serentak memandang Ahmad. Memasang ekspresi Bantuin Fandi dong, Mad...

Tanpa mikir dua kali, dengan tangkas Ahmad melompati Ihsan yang masih asyik membaca langsung memberikan jurus tendangan maut miliknya. Yaitu tendangan “ULAR STRES”. Tapi sang perampok tak kalah cepat menghindar. Ahmad langsung memasang kuda-kuda silat Papua.

Ayo, Ahmaaad!!” Teriak Acil.

Kamu pasti bisaaa!” Balas Hary.

Semoga Allah senantiasa melindungimu, wahai teman seperjuanganku,” ujar Fandi.

Gila, asyik banget ceritanya,” komentar Ihsan gak nyambung sendiri.

Bersiap lahhh!!” Ahmad bersiap untuk menyerang. Ia melaju mengepalkan tinju perkasanya. Niat awal sang perampok ingin menghindar, tetapi ia salah langkah. Ahmad berhasil menendang pistol yang berada di genggaman perampok itu.

Pistol itu terjatuh ke lantai dekat Acil berdiri. Ahmad segera mengunci leher sang perompak. Jurus handalan ketika dia berkelahi sama Acil sewaktu di pondok.

Berikan pistolnya, Ciill...Teriak Ahmad.

Jangan! Berikan ke aku aja,” teriak sang perampok.

Acil bingung mau milih mana. Ini sama sulitnya ketika ia disuruh memilih makan sate banteng apa minum susu kucing hamil.

Tentukan pilihanmu, Akhi. Jangan khawatir, Allah masih bersama kita,” ujar Fandi.

Sebenarnya Acil ingin melemparkan pistol itu kepada Ahmad, tapi melihat jurus yang biasanya Ahmad pakai waktu berantem sama dia, Acil jadi takut.

Akhirnya, pistol itu dilemparkan ke arah Ihsan yang sedang membaca, pistol itu tepat mengenai jidat Ihsan. Karena merasa risih, Ihsan segera mengambil pistol tadi langsung melemparkannya ke laut melalui jendela.

Apaan sih, ganggu orang aja,” celoteh Ihsan datar lalu kembali melanjutkan kegiatan membacanya.

Ahmad semakin kesal. Saking kesalnya ia tak sadar sang perampok mengeluarkan sebilah pisau yang disimpannya.

“Ahmaad awaaas!!” Teriak Hary.

Perampok itu telah mengayunkan pisau, beruntung Ahmad masih bisa menangkis pisau yang diayunkan perampok tadi, tetapi tangannya tergores parah sehingga mengalirkan darah segar dengan deras. Sekejap kemudian sebuah tendangan sudah mendarat di wajah Ahmad. Ia terlempar cukup jauh di lantai.

Daraah...,lirih Ahmad perlahan memandangi lengannya yang terluka.

Ahmad, dia fobia terhadap darah. Sehebat apa pun dia ketika berkelahi, akan langsung gugur ketika melihat darah yang mengalir. Apa lagi itu darah miliknya sendiri. Seperti kata pepatah sehebat apapun orang itu pasti dia mempunyai kelemahan.

Perampok tadi berdiri, kali ini dia berasa di atas angin karena telah menaklukan si pendekar lapuk.

“Ya Allah... Apa tidak ada lagi masalah yang lebih besar dari pada ini, ujar Acil mengeluh.

Tiba-tiba datang lima orang sekawanan perampok yang badannya jauh lebih besar, mukanya lebih sangar dan di tangan mereka juga terdapat tato yang bertuliskan “I LOVE DAD.

“Astaghfirullah, wahai teman-temanku yang memiliki keimanan walaupun sebesar biji dzaroh, kan udah ana bilang kalau perkataan itu do’a.” Fandi kembali menasihati.

 Ahmad sudah tak berdaya. Ia terbaring lemah menatapi darah demi darah yang mengalir dari lengannya. Sudah tidak ada lagi yang bisa melawan. Ihsan masih asyik dengan membaca, Acil dan Hary ketakutan sambil memeluk tiang, kalau si Fandi pandainya cuma ceramah doang. Aksinya nol!

Enam orang perampok itu berjalan mendekat dan semoga keadaan bisa menjadi lebih baik.

*****

                Sudah dua jam berlalu.

Setelah LIMA SUN TRY pingsan tak sadarkan diri, kali ini mereka diikat di tiang-tiang kapal. Bersama para penumpang lainnya.

Aduuh, apa yang terjadi nih?” Cetus Hary.

Di saat-saat menegangkan seperti itu, Ihsan masih juga membaca sambil terikat. Tapi masalahnya mulai muncul sekarang, Ihsan bingung bagaimana cara membalikkan halaman jika tangannya kini terikat.

Rute kapal sudah dirubah sama bos?” Tanya salah satu perampok yang menjaga para tawanan kepada temannya.

Sepertinya udah. Rute utama telah dirubah menuju Kalimantan Utara,” jawab temannya.

Ihsan masih terus berusaha membalikkan halaman dengan kakinya. Tetapi tidak juga berhasil, yang ada kaki Ihsan malah terkilir. Di otaknya kini terbuat suatu rencana.

Abang... Abaaang... Panggil Ihsan.

Dua perampok yang menjaga tawanan itu memandang Ihsan.

Boleh minta tolong?” Ihsan memasang senyum termanisnya, walaupun sebenarnya pahit.

Bang, balikin halaman buku itu dong...

Dua orang penjaga itu memandangi buku yang berada di bawah Ihsan.

Buku apa ini?” Salah satu dari penjaga itu mengambil buku kegemaran Ihsan.

Tapi semua tak seperti yang dipikirkan Ihsan. Perampok yang sangar itu malah membawa buku Ihsan.

Baaang, kembaliin! Itu buku yang menyangkut dunia akhirat Ihsan, jangan dibawa... Ihsan rela mati demi keselamatan buku itu.”

Teriakan Ihsan tadi tidak dipedulikan. Para penjaga tadi membawa buku Ihsan.

Ihsan hanya bisa tertunduk. Seperti biasanya, emosi Ihsan tidak akan terkendalikan lagi jika menyangkut tentang buku kegemarannya. Di kepalanya kini tersusun seribu rencana licik untuk mengambil kembali buku itu.

Eh, San? Ente baik-baik ajakan?” Tanya Hary.

Ane tidak akan pernah diam, Ry. Jika itu menyangkut tentang buku ane.

Terus Ente ada rencana?”

Ane ada rencana, Cil. 1000% pasti berhasil.”

Ihsan memandang tajam perampok yang kini sedang tertawa membaca buku Ihsan.

Hati-hati jika kalian membangunkan singa yang sedang tertidur,” lirih Ihsan di dalam hatinya.

*****

                




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640