Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Politik dan Perempuan

 


Politik dan Perempuan



a.    Politik Perspektif Perempuan ( dalam Sejarah Eropa )

Revolusi Prancis telah memberikan inspirasi pada gerakan dan kebangkitan perempuan di Eropa. Saat itu rakyat sangat menderita dan tidak tahan lagi akan penderitaan yang dialami. Rakyat menuntut kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan. Dan Revolusi ini menawarkan perubahan kondisi pada tataran sosial bukan hanya individu (A. Nunuk P. Murniati 2005: 122 ).

Di tahun 1789, pada saat para politisi dan anggota parlemen sibuk berdebat tentang Undang-Undang Dasar Prancis yang baru di gedung pemerintahan dan di luar gedung para buruh perempuan sedang melakukan demonstrasi menuntut penurunan harga roti.

Para wakil rakyat atau anggota parlemen tersebut yang semuanya laki-laki, keluar dari gedung dan terheran-heran melihat para demonstran yang semuanya adalah perempuan sambil membawa poster yang isinya menuntut penurunan harga roti. Salah satu anggota parlemen mebgomel :”Dasar perempuan, mereka tidak tahu kita sedang menyiapkan Undang-Undang Dasar, kok ngurusi roti....! Dan para anggota parlemen tersebut masuk kembali tanpa menghiraukan para perempuan itu.

Sementara, para perempuan itu masih tetap berdemo di depan gedung. Yel-yel mereka saling bersahutan :”hidup revolusi rakyat, hidup perempuan, turunkan harga harga roti, distribusikan bahan makan pada rakyat, kekayaan negara adalah kekayaan rakyat, perempuan mempunyai hak pilih....”

Di dalam gedung, para anggota parlemen yang semuanya adalah laki-laki, tetap saja berdiam diri dalam gedung. Cara berpikir mereka dikotomis, sehingga tidak melihat urusan pangan, dan harga roti. Menurut mereka politik hanya mengurus kehidupan sektor publik. Inilah perbedaan perspektif antara perempuan dan laki-laki dalam memandang politik.


b.   Pemikiran - Pemikiran feminisme

Peran perempuan di sektor politik merupakan isu penting dan tidak lepas dari peran revolusi Prancis. Di samping itu, peran yang lain adalah adanya gerakan feminisme yang masuk ke Indonesia pada awal tahun 1980-an. Gerakan feminisme tersebut salah satunya adalah melakukan pemberdayaan politik perempuan. Banyak pandangan muncul bahwa keterpurukan perempuan di sektor politik menyebabkan keterpurukan perempuan dalam kehidupan sosial, kultural dan ekonomi.

Untuk dapat memperjuangkan nasib perempuan, peran politik adalah jawaban yang masuk akal agar mereka dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui kebijakan-kebijakan politik, sehingga peran perempuan dalam politik adalah sebuah keniscayaan.

Upaya-upaya pergerakan dan pemberdayaan perempuan khususnya di bidang politik, tidak lepas dari pemikiran-pemikiran feminis berikut ini :

1)   feminis Liberal

feminis liberal muncul pada abad 18, gerakannya menuntut persamaan pendidikan bagi kaum perempuan dan laki-laki. Dasar pemikirannya adalah, perempuan tidak mengetahui hak-haknya di bidang hukum karena rendahnya pendidikan para perempuan. Ketika pendidikan perempuan meningkat, mereka akan mudah diajak untuk menyadari dan memahami akan hak-haknya. Mereka menuntut kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Dan gerakan feminis liberal ini membentuk jaringan organisasi perempuan untuk mengubah system masyarakat yang mengikat perempuan.

2)   Feminisme Marxist

Menurut A. Nunuk P. Murniati dalam bukunya yang berjudul Perempuan Indonesia dalam Perspektif agama, budaya dan keluarga ( 2005: 125 ), teori feminis marxist ini didasari pada histories materialisme, manusia menciptakan dirinya sendiri secara individu dan kelompok. Dalam kehidupan sosial, manusia membedakan pekerjaan produksi dan reproduksi. Kegiatan ini dibagikan kepada laki-laki dan perempuan. Tugas produksi diserahkan pada laki-laki dan reproduksi diserahkan pada perempuan.

Menurut teori ini, produksi tidak hanya berarti benda dan jasa tetapi termasuk tugas melahirkan dan memelihara anak, karena tugas ini merupakan produksi. Dan marxist percaya bahwa keadaan sosial ditentukan secara sadar, sehingga sadar pula dapat diubah.

Teori feminisme marxist menyebutkan bahwa secara politik, perempuan mempunyai kekuasaan dalam menentukan kehidupan, tetapi terampas oleh budaya patriarkhi pada waktu manusia mengenal kekayaan dan hak waris.

3)   Feminisme Radikal

Tokoh aliran ini adalah Alison Jaggar dan Paula Rothen Berg. Dia menyatakan bahwa perempuan berada di bidang politik akan mengatur kehidupan masyarakat. Analisis perempuan dari sudut pandang politik, menjadi pusat perhatian teori ini. Bagi perempuan, politik tidak hanya mengatur kehidupan publik saja, melainkan juga kehidupan domestik dan pribadi perempuan. 


Sumber Buku: https://www.alqalammedialestari.com/2022/10/strategi-politik-caleg-perempuan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640