Definisi Master of Ceremony (MC)
Pembawa acara atau Master of Ceremony (MC) memiliki peran untuk memandu acara. Hal ini bertujuan agar acara dapat lebih terarah dan menarik. Meskipun terkesan mudah, seorang MC sebenarnya memiliki tugas yang berat, karena suksesnya sebuah acara dapat diukur dari peran MC. Maka, kemampuan MC dalam sebuah acara harus diperhatikan dan dipersiapkan dengan matang.
Menjalankan profesi sebagai MC dapat dikembangkan tiap orang. Modal awal yang semestinya dimiliki adalah kebiasaan dan pengalaman dalam mengutarakan gagasan di hadapan khalayak umum, serta adanya keinginan untuk selalu melatih keterampilan public speaking tersebut. Mengembangkan keterampilan berbicara dapat dilakukan mulai di bangku sekolah, perkuliahan, atau dalam organisasi untuk mendapatkan pengalaman dan pembelajaran dari orang lain. Sejalan dengan pendapat Halim (2018) bahwa berbicara di depan umum, berpidato atau bertugas sebagai MC bukanlah hal mudah bagi seseorang yang belum, kurang, atau bahkan yang tidak terlatih.
MC memiliki beberapa sebutan lain, seperti pranatacara (bahasa Jawa) dan pewara (bahasa Indonesia). Dalam acara, MC akan memperkenalkan siapa tokoh penting yang akan tampil, kemudian berdialog dengan hadirin, dan senantiasa menjaga tempo dan hidupnya acara agar tidak membosankan. Hartanti (2013) menambahkan bahwa MC bertanggung jawab atas lancar dan suksesnya suatu acara, yang kreativitasnya dituntut dalam melakukan improvisasi supaya tidak mudah kebingungan, tidak garing, dan adanya saling keterkaitan pada apa yang disampaikan.
Jenis acara yang dipandu dapat berupa acara hiburan, semihiburan, ekshibisi, dan acara yang menuntut untuk berkarakter meriah dan penuh semangat. MC juga ada dapat memandu acara adat tradisional, misalnya upacara adat Jawa yang menyebut MC sebagai pranata adicara. Pranata adicara dituntut tampil maksimal dan profesional dengan cara menguasai bahasa Jawa secara baik dan benar. Selain itu, penampilan pun harus mampu memikat dengan tanpa meninggalkan etika kejawen. (Budyasusastra, 2019)
Sejak awal dikenalnya di Inggris, istilah MC merujuk pada seseorang yang berbicara di depan khalayak dan bertanggung jawab terhadap kelancaran acara. Tentu saja MC harus mengetahui segala hal yang terkait dengan bahasa, terutama bahasa lisan. Khalayak umum menganggap MC dan pembawa acara adalah sama, padahal keduanya berbeda. Bedanya, seorang pembawa acara hanya menyampaikan rangkaian acara demi acara, sedangkan MC bertugas memandu dan bertanggung jawab atas suksesnya sebuah acara. Jadi, dapat diartikan bahwa tugas MC lebih berat jika dibandingkan dengan pembawa acara.
Seorang MC mengemban dua tugas yakni pada saat praacara dan saat acara. Saat praacara, MC menyusun rangkaian acara dan memeriksa persiapan. Menyusun acara di sini bertujuan agar acara lebih siap dan tertata. Kemudian memeriksa persiapan acara juga penting guna memastikan segala kesiapannya. Hal-hal yang perlu dipastikan kesiapannya dapat dimulai dari lokasi acara. Kemudian, penataan meja kursi, sound system, penataan panggung, pengisi acara, jumlah tamu dan penyambut tamu, serta tugas lain yang sejenis. Apabila semua sudah terpemuhi, MC telah menyelesaikan sebagian tugasnya. Selanjutnya, tugas MC saat pelaksanaan acara adalah membawakan rangkaian acara yang telah disusun sebelumnya dengan dituntut untuk selalu mampu mengefektifkan waktu agar estimasi waktu tidak jauh dari perkiraan.
Kemampuan dalam membaca situasi dan sensitif terhadap segala kemungkinan yang terjadi semestinya dimiliki oleh seorang MC. Misalnya, ketika audiens sudah terlihat bosan, kondisi dan suasana yang sudah tidak mendukung, buruknya cuaca, maupun situasi lain pada saat berlangsungnya acara. Dengan kesensitifan itulah seorang MC mampu mengatasi dan mengambil keputusan untuk mencari solusi pada situasi tertentu.
Berbeda tema acara, berbeda pula karakteristik dan ciri khasnya, dan hal itu menuntut MC untuk dapat membangun suasana yang sesuai. Perlu dilakukan riset untuk memahami jenis acara yang akan dibawakan. Dalam acara santai, pembawaan MC harus santai, baik dari pakaian, nada bicara, maupun selingan yang dilontarkan. Tidak ada larangan untuk melakukan dialog dengan audiens, sehingga lebih bebas berinteraksi. Lain halnya jika dalam acara formal, tentu gaya berpakaian dan nada bicara, serta selingannya pun berbeda, yakni harus formal. Pada acara formal, tidak ada dialog antara MC dengan audiens, dan MC hanya berbicara sesuai teks susunan atau rangkaian acara yang telah dipersiapkan. Oleh karena itu, seorang MC perlu untuk selalu meriset acara yang akan dipandu untuk menghindari segala risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar