(Foto: Foursquare city guide)
Stasion Juanda
Karya: Masehud
T |
elat satu jam dari
rutinitas hariannya. Ketika terbangun Tahira tidak melihat suaminya yang sudah
bangun lebih awal. Selain lelah setelah bolak-balik Jakarta-Sukabumi, ada yang
mengganjal dalam hatinya. Ada barang berharga yang hilang, namun bukan itu
penyabab kegalauannya. Tahira kesal pada suaminya yang menurutnya tidak simpati
pada masalahnya. Karena itu dia beraktifitas tanpa sepatah kata pun keluar dari
mulutnya. Sumber masalahnya adalah Tahira kehilangan handphone dalam perjalanan
pulang dari Sukabumi.
Tahira
terus mengerjakan rutinitasnya tapi diam seribu bahasa. Hanya sesekali
terdengar entah kursi atau meja diseret. Tapi akhirnya, "Mas, tahu ga
sih semalam aku ngomong apa?" Tahira membungkuk di depan suaminya dan
berusaha melembutkan suaranya tapi merapatkan gigi atas dan bawah. "Tahu, paling juga ketinggalan di toilet." Suaminya asal bicara dan sambil tersenyum. Tahira tercengang. Pikirannya merawang ke toilet stasion Bogor. Dia
mengingat-ingat di mana dia meninggalkan handphone-nya. "Mas ... .benar mas, sepertinya tertinggal di
toilet. Kok mas tahu?” Tahira
mulai menemui titik terang jejak handphone-nya. "Ga tahu sih, cuma
tebak-tebak aja. Sudahlah lupakan saja HP itu, beli yang baru."
"Mas..!" Tahira
mendekatkan mukanya satu jengkal dari muka suaminya. Beberapa saat mereka
bertatapan. Tahira menatap muka suaminya dengan wajah memelas. "Iya ...
tar diambil." Dan akhirnya Sam mengalah. "Yea ... terima kasih
Mas." Suaminya janji setelah salat subuh akan ke stasion Bogor.
Akhirnya kekesalan Tahira hilang dan mereka pun berbincang sampai terdengar
adzan shubuh.
Ainu
Syams biasa dipanggil Sam sengaja memperpendek dzikirnya agar tidak tertinggal
kereta. Dia tutup doanya dengan doa, "Raabana hab lana min azwajina wa
dzuruyatina qurrata a'yun wa ja'alna lil muttaqina imaama." Hari ini
dia harus berpacu dengan waktu menuju stasion Bogor untuk sebuah janji dengan
isterinya, Tahira. Pasalnya sebelum zhuhur Sam harus sudah berada di rumahnya
kembali untuk aktifitas yang lain.
Sebelum
berangkat San duduk di bangku teras depan sambil menikmati teh buatan
isterinya. Sementara Tahira mondar mandir berjarak lima langkah di depan
suaminya. Sam paham benar watak isterinya pasti sedikit lagi dia bicara. "Aku
berangkat ya!" Sam berkata pada isterinya pas saat isterinya
menghampiri dan akan membuka mulut. "Ih ...." Umpat Tahira
sambil menghentakan kakinya dengan manja. Tahira merasa kena prank dari
suaminya. Beberapa saat kemudian Sam sudah jauh dari pandangan isterinya.
_____***_____
Sam
sudah melihat masjid istiqlal di depannya yang berarti dia akan segera tiba di Stasion
Juanda. Tepat pukul 5.45 Sam tiba di stasion. "Maaf pak, parkir paling
dekat di mana ya?” tanya Sam pada seorang pemilik warung. Sam tidak mau
parkir jauh seperti kemarin. Setelah dapat parkir seperti petunjuk pemilik
warung itu, Sam masuk stasion dari pintu utama. Terasa sepi karena memang masih
sangat pagi, terlebih ini hari minggu.
Bangunan
Stasion Juanda terlihat memanjang dengan jalan di sisi kiri dan kanannya. Bagi
orang yang belum pernah ke Stasion Juanda tidak akan mengira itu adalah
bangunan stasion. Selain karena bentuk bangunannya juga orang tidak akan
menjumpai rel yang memotong jalan karena Stasion Juanda ini adalah stasion
layang.
Sam
sampai di Peron menuju Bogor. Tidak sampai 10 menit menunggu, kereta sudah
tiba. Tepat di depan Sam berhenti gerbong enam. Sam segera naik dan duduk di
kursi yang tidak jauh dari pintu masuk. Hanya ada beberapa orang dalam gerbong
itu. Di pojok kiri seorang wanita bergamis hitam dengan anak laki-lakinya
seumuran siswa SD. Tidak jauh dari wanita itu ada seorang laki-laki tua dengan
tas besar duduk sambil memejamkan mata, tampaknya mengantuk sekali. Selain itu
ada beberapa anak muda terlihat membawa peralatan camping. "Mari saya
bantu, Nek." Sam melihat seorang nenek melintas dari gerbong sebelah.
Dia membantunya sampai tempat duduk agak ke tengah gerbong. Setelah itu dia
kembali ke tempat duduknya semula.
Baru
saja melewati kawasan Monas Sam sudah menguap dan tak beberapa lama dia
tertidur pulas. Sebelum tidur Sam sempat memikirkan tentang asal usul stasion
ini dinamakan Stasion Juanda. Beberapa stasion dilewati Sam dengan tertidur pulas.
Stasion Gambir, Gondangdia, dan Cikini sudah berada di belakang.
Suara
dari bagian informasi dan suara gaduh orang yang akan naik membuat Sam
terbangun. Dia mengintip keluar jendela. "Oh, sudah di stasion
Manggarai." Beberapa orang berdiri didekatnya. Tiba-tiba ada seorang
wanita berkata, "Maaf mas bolehkah saya duduk?" … “Oh, tentu,
silakan, bu!" sahutnya. Wanita menggendong bayi meminta tempat
duduknya, tentu saja dia berikan dan dia berdiri bersama beberapa laki-laki
lain.
Sam
memandang sekeliling. Dia melihat ke tempat duduk bapak-bapak tua dan nenek
yang dibantunya sudah tidak ada. Matanya tertuju ke ujung gerbong dia melihat
wanita yang membawa anak kecil itu masih ada di tempat duduknya.
Kereta
terus melaju dan tiba di Stasion Cawang. Tinggal Sam penumpang yang masih
berdiri. Dia berdiri sambil memandang ke luar jendela. Barulah di Stasion Duren
Kalibata penumpang tepat di samping wanita yang membawa anak itu turun. Sam pun
menuju ke sana. "Permisi, boleh saya duduk,” pintanya. "Silakan,
Pak." Wanita itu mempersilakan dan menggeser duduknya ke kiri. Sam
menduga walau pun memakai gamis sepertinya wanita ini seorang karyawan. Di
lehernya tergantung name tag tertulis nama Jamila. Kalau dalam bahasa Arab, Bu Jamila
berarti Bu Cantik. Dia tidak melihat foto di name tag itu karena tertutup
jilbabnya. "Maaf pak!" wanita itu berkata sambil memandang Sam
dan memberi isyarat ke bangku. Rupanya Sam menduduki sedikit bajunya. "Oh,
maaf ." Ucap Sam sambil melihatnya. Dia hanya melihat bagian matanya
karena wanita itu memakai masker.
Kereta
terus melaju seiring lamunan Sam. Sesekali telinganya dikagetkan suara dua
kereta berpapasan. Dia melihat semua penumpang asik dengan handphone
masing-masing. Sam pun mengeluarkan handphone. Dia yakin pasti ada pesan dari
istrinya. Dugaan Sam tidak salah, ada chat dari isterinya. "Mas, sudah
sampai mana, maaf ya ngerepotin. Terima kasih ya Mas." Sam tidak
banyak kata-kata untuk membalas pasan itu. Dia cuma bilang, "Tadi
kayanya di Manggarai, sekarang sudah di Duren Kalibata." Sam menutup
whatsapp-nya. Sejenak dia memegang handphone tanpa aktifitas.
_____***_____
Sam
teringat lamunannya sebelum tertidur tentang asal-usul Stasion Juanda. Dia
berpikir mungkinkah tentang sejarah penting Indonesia. Yang pasti Ir. H. Juanda
seorang tokoh nasional. Sam membuka Google. Orang menyebutnya mbah google
karena tahu tentang banyak hal. Dari dunia anak-anak, bapak-bapak, sampai pada
dunia ibu-ibu.
Sam
mulai membaca sementara wanita di sampingnya mulai mengantuk, menutup mulutnya
yang menguap. Tampaknya tak kuat memahan kantuk dan cape akhirnya dia tertidur
dan tubuhnya miring ke kanan sehingga tepat kepalanya bersandar di pundak Sam.
Sam ingin membangunkannya tapi merasa kasihan. Akhirnya Sam membiarkanya saja.
Selanjutnya dia asik membaca sejarah Stasion Juanda.
_____***_____
Nama Stasion
Juanda diambil dari nama tokoh nasional Ir. H. Juanda. begitu juga nama jalan
di depan stasion ini. Ir. Juanda adalah tokoh nasional Indonesia yang banyak
memberikan jasanya pada bangsa Indonesia. Salah satunya adalah sebagai perdana
menteri Indoneaia ke-10 di masa presiden Soekarno, pernah juga menduduki
jabatan menteri keuangan, menteri pertahanan, menteri pekerjaan umum, menteri
perhubungan. Sam bahkan tidak menduga ternyata Ir. Juanda pernah menjabat
kepala Jawatan Kereta Api. Sumbangannya yang terbesar bagi bangsa ini adalah Deklarasi
Djuanda tahun 1957.
Sam
terdiam sejenak memikirkan prestasi yang diukir Ir. Juanda sambil melihat
keluar jendela dan dia merasakan kepala wanita di sampingnya masih bersandar di
pundaknya.
Terakhir
Sam membaca setelah wafat Ir. H. Juanda dinobatkan sebagai pahlawan kemerdekaan
nasional. Namanya terukir pada Bandara Internasional Surabaya, Taman Hutan Raya
Ir. H. Juanda, Stasion Juanda,
Universitas Juanda, bahkan uang kertas pecahan lima puluh ribu rupiah. "Memang
luar biasa tokoh-tokoh perjuangan dan kemerdekaan Indonesia," decak
kagumnya dalam hati. "Mudah-mudahan negeri ini akan melahirkan
Juanda-Juanda abad 21 yang akan memajukan negeri ini"
Tiga
stasion terlawati Sam untuk membaca sejarah Ir. H. Juanda. Tepat kereta
berhenti di stasion Lenteng Agung.
_____***_____
Sam
melanjutkan literasinya tentang Stasion Juanda. Kali ini dia baca sejarah masa
lampau Stasion Juanda. Alam pikiran Sam menuju masa pendudukan Belanda di
Indonesia.
Stasion
Juanda dibangun pada tahun 1871 oleh perusahaan belanda yang bernama
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Diresmikan pada tanggal
15 September. Pada waktu itu stasion ini bernama Noordwijk yang berada di jalur
kereta Batavia - Buitenzorg.
Batavia
tidak lain adalah nama Jakarta periode penjajahan Belanda. Sedangkan Buitenzorg
adalah gelar yang diberikan Belanda untuk kota Bogor yang secara harfiah
berarti "Kota tanpa Rasa Risau."
Stasiun
Juanda pada saat dibangun oleh Belanda bernama Noordwijk yang kemudian
berganti nama menjadi Stasiun Pintu Air pada dasawarsa
1950-an. Pada tahun 1990-an, Stasiun Pintu Air dirombak besar-besaran menjadi
stasiun layang. Dengan diganti namanya menjadi Stasiun Juanda.
Sampai
di sini Sam menyudahi literasinya tentang Stasion Juanda. Sementara wanita yang
bernama Jamila masih bersandar di pundak kirinya. Sam berpikir harus
membangunkannya. Ketika akan membangunkannya, anaknya terbangun dan memanggil
ibunya. Mendengar anaknya memanggil beberapa kali wanita itu terbangun. Dengan
tersipu malu wanita ini berkata, "Maaf pak, maaf!" Sam hanya
tersenyum menjawab ucapan wanita itu.
Beberapa
saat Sam terdiam. Pikirannya tertuju pada misinya ke stasion Bogor. Ketika dia
melihat ke sampingnya dia melihat wanita itu sedang menghawatirkan sesuatu
sambil memegang handphone-nya. Walaupun memakai masker
Sam
dapat melihat kepanikannya itu. "Ada yang bisa saya bantu bu?"
Sam tampak memahami persoalaan wanita itu. "HP saya mati bagaimana saya
memberi tahu suami saya." Mendengar penjelasanya, Sam menawarkan untuk
memakai handphone-nya tapi wanita bernama Jamila itu menolak. "Kalau
gitu nanti Bu Jamila mem-charge handphone di stasion Bogor. Maaf saya menduga
nama ibu adalah Jamila dari name tag". Wanita itu hanya tersenyum
memimpali ucapan Sam. Sam memperkenalkan dirinya dan mengeluarkan charger dari
tas kecil yang dibawanya. Kali ini wanita bernama Jamila itu menerimanya.
_____***_____
Sam
turun dari kereta dan mengantar wanita bernama Jamila itu ke Charger Center.
"Maaf bu, saya ada keperluan di sekitar sini, kalau suami ibu sudah datang
menjemput tinggalkan saja charger saya di sini, nanti saya ambil." Sam
segeta meninggalkan wanita itu.
Sam
bergegas ke arah toilet tempat isterinya meninggalkan handphone. Beberapa meter
dari pintu toilet langkahnya terhenti. "Inikan toilet wanita, ga
mungkin aku masuk." Sam berdiri di sisi kiri orang lalu lalang ke
toilet. Sam berharap ada petugas datang.
"Maaf pak, toilet pria di sebelah sana!" terdengar suara petugas kemanan menegur Sam karena
berdiri di tempat yang salah. "Oh, iya terima kasih. Kebetulan mas
datang. Saya boleh minta tolong." Sam menjelaskan mengapa dia berada
di lokasi toilet wanita. Setelah paham petugas kemanan itu memanggil rekan wanitanya.
Petugas wanita itu masuk, namun tak lama kemudian keluar kembali. "Tidak
ada HP pak, tapi ada ini." Petugas itu menunjukan sobekan kardus yang
sudah kotor terinjak-injak dengan tulisan Kepada pemilik HP yang tertinggal
di sini hubungi Ranti di ruang petugas kebersihan.
kumpulan kisah lengkap dalam buku Mengejar Cahaya https://www.alqalammedialestari.com/2022/12/mengejar-cahaya.html
________________________________________________________________________________
PROFIL PENULIS
Masehud adalah guru sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 11 Jakarta Barat. Lulusan jurusan Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang waktu itu masih bernama IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bukan penulis tetapi mencoba untuk belajar menulis, belum memiliki buku dalam bidang apapun yang dicetak. Ini adalah kali pertama memposting puisi atau tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar