Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Nyanyian Takdir

 


Nyanyian Takdir

(Novel)

Penulis: Wardatul Jannah

Ukuran:14,5 cm x 20,5 cm

Harga: 70.000

ISBN: 978-602-5475-33-7


“Apa kau tahu? laki-laki yang sudah beristri memiliki kebutuhan yang harus dipenuhinya, mungkin ini kedengarannya agak risih, tapi karena kau sudah remaja jadi aku tidak terlalu sungkan untuk menyampaikannya, orang laki-laki itu butuh nafkah bathin nak, kemungkinan akan sulit bertahan kerja jauh sampai tidak pulang berbulan-bulan tanpa nafkah bathin,”

Suci tertunduk diam, ia terlihat mendengarkan dengan seksama, dicernanya lagi kata-kata bibinya yang begitu menindih fikiran, ia benar-benar menyadari hatinya begitu memberontak, antara percaya dan tidak percaya, apakah itu semua rekayasa atau nyata. Ia mencoba menolak, ia masih tidak percaya ayahnya akan berbuat hal-hal yang tidak-tidak. Memang benar, akhir-akhir ini ayahnya jarang pulang, tapi yang ia ketahui alasannya adalah pekerjaan demi membiayai anak istrinya, termasuk Suci yang sedang memasuki bangku kuliah sekaligus nyantri di Pesantren 

“Kemarin, aku dapat kabar dari Pak Rofiq, dia bilang, katanya dia melihat ayahmu dengan perempuan lain dan anak-anaknya, mereka terlihat bahagia”

“Memangnya Pak Rofiq kelihatan ayah dimana?” Suci berusaha membuka suara, mencoba mengangkat wajah meski suaranya sedikit melemah, nada bicaranya terkesan ingin membantah apa yang dikatakan bibinya, karena ia masih sulit untuk percaya semua itu begitu saja, namun bagaimanapun mendengar kabar demikian, bagai ada seember kotoran yang akan dituangkan pada keluarganya. 

“Beneran nak, Pak Rofiq berkata dengan serius, ia juga terlihat syok saat menyampaikan, apalagi ia melihat ayahmu di Pancoran, jadi kemungkinan selama ini ayahmu gak pulang-pulang, malah pulang kerumah istri satunya, di daerah sini pula”

Gemuruh dalam dada Suci tak bisa tertahankan lagi, ia merasakan matanya mulai terasa nyeri dan hangat, ada air yang berusaha mendorong untuk keluar, tak tahan perlahan buliran bening itu menetes berkejaran, bendungan itu begitu deras, terlebih dengan kata-kata bibinya yang menyuarakan bahwa ayahnya terlihat jalan berdua dengan wanita yang masih dalam daerahnya, padahal ia tahu ayahnya kerja di pulau seberang, di daerah Lombok. 

Rasanya begitu perih mendapati pengkhianatan ayahnya sendiri, meski ia masih bertanya-tanya, meski ia ingin semuanya hanya sandiwara dan gosip belaka, namun Suci masih tak habis fikir, jika memang hanya gossip mengapa sampai ada berita demikian? Tak ada lagi mood untuk berkata-kata, Suci hanya ingin kembali ke rumahnya dan mengabarkan semua ini pada sang ibunda tercinta. Dengan berurai air mata, Suci berpamitan pada bibi yang sejak tadi duduk di sampingnya, ia mencoba menyeka sendiri agar tak terlalu terlihat menyedihkan. Sementara bibinya terlihat sedikit marah pada ayah Suci, jelas, karena bibi ini adalah bibi Rosyida, bibi yang berasal dari jalur ibundanya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640