Buku Ajar Pancasila
Penulis: Wir Durridlo
Tebal: 118 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
Harga: 65.000
QRCBN: 62-250-2258-719
Buku ini ditulis untuk memenuhi referensi buku sumber mata kuliah Pancasila. Sehingga diharapkan dengan hadirnya buku ini dapat memberikan tambahan sumber referensi bagi pembaca, khususnya para mahasiswa dalam wawasan mengenai Pancasila.
Buku ini terdiri dari sepuluh bab, yaitu pertama membahas tentang symbol/lambang dan makna Pancasila; kedua, Konsep dan Urgensi Pancasila; ketiga, Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia; keempat, Pancasila sebagai Dasar Negara; kelima, Pancasila sebagai ideologi negara; keenam, Pancasila sebagai sistem filsafat; ketujuh, Pancasila sebagai sistem etika; kedelapan, Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu; kesembilan, pengamalan Pancasila; kesepuluh, dinamika dan tantangan Pancasila.
Semoga buku ini bermanfaat khususnya bagi para mahasiswa fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Kudus dan umunya kepada semua pengguna dan pembaca yang budiman. Kepada semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penerbitan buku ajar ini penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam, semoga seluruh partisipasi mereka dibalas oleh Allah S.W.T.
Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kepada semua pihak atas kritik dan sarannya demi kesempurnaan buku ini.
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia sebagai landasan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.sebagai ideologi dasar negara pancasila dilukiskan kedalam burung garuda. Pemilihan burung garuda sebagai simbol ataupun lambang negara tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui tahapan pemikiran yang sangat panjang. Proses tersebut tidak begitu saja muncul serta merta, akan tetapi melewati proses diskusi yang sangat panjang dan membutuhkan pemikiran yang sangat matang.
Setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan, akhirnya Belanda mengakui dan menyerahkan secara penuh kedaulatan kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Karena itulah maka pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuk tim untuk merancang lambang/simbol negara Indonesia. Tim tersebut kemudian dikenal dengan istilah Tim Lencana Negara yang dikoordinatori Zonder Porto Folio dan Sultan Hamid II. Tim tersebut kemudian memiliki beberapa anggota, yakni KI Hajar Dewantara sebagai ketua, Mohammad Natsir, RM Ng Poerbatjaraka, dan M.A Pellaupessy. Tim Lencana Negara bertugas mencari, membuat, dan menyeleksi beberapa usulan lambang negara yang kemudian akan disetujui oleh pemerintah.
Dari seleksi dan usulan yang telah dilakukan maka Terpilih dua rancangan Lambang Negara terbaik, yakni Sultan Hamid II dan Moh. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima Pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Sedangankan karya Moh Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang bisa diartikan sebagai lambang negara Jepang.
Tiga kali penyempurnaan setelah rancangan terpilih, dialog intensif dilakukan antara Sultan Hamid II, Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Moh. Hatta untuk penyempurnaan. Mereka sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda. Semula adanya pita merah diganti dengan pita warna putih dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Pada 8 Februari 1950, rancangan Lambang Negara Sultan Hamid II diajukan kepada Soekarno, namun rancangan tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali.Usulan Sultan Hamid II kemudian melewati tahap penyempurnaan dan beberapa masukan dari Soekarno dan Mohammad Hatta pada saat itu, termasuk Partai Masyumi. Maka terciptalah bentuk Rajawali yang kemudian disebut Garuda Pancasila. Lambang Garuda Pancasila resmi disahkan pada tanggal 11 Februari 1950 sebagai lambang negara Indonesia. Lambang Garuda Pancasila kemudian pada tanggal 15 Februari 1950 dikenalkan pertama kali kepada masyarakat Indonesia di Hotel Des Indes, Jakarta.
Tak lama setelah diresmikan, Soekarno menganggap bahwa lambang burung garuda masih mirip dengan lambang eagle milik Amerika Serikat. Maka Soekarno memerintahkan pelukis bernama Dullah untuk menyempurnakan lagi lambang burung garuda tersebut agar memiliki ciri khas bagi bangsa Indonesia. Sang pelukis pun memberikan beberapa perubahan, yakni penambahan jambul pada Garuda Pancasila dan kaki burung garuda yang sedang mencengkram sebuah pita, yang sebelumnya tampak di belakang burung maka merubah menjadi di bagian depan.
Simbol/lambang negara Indonesia Garuda Pancasila memiliki komponen perisai atau tameng berbentuk jantung di bagan dada burung garuda. Perisai ini terbagi atas lima ruang, satu di tengah dan empat di tepi. Ruang-ruang perisai berisi simbol Pancasila sila 1-5, Simbol Pancasila sila 1-5 pada lambang Garuda Pancasila terletak dari bagian tengah perisai, kanan atas, lalu berurutan searah jarum jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar