STUDI ANALISIS KONSEP EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) ANALISIS KONTRIBUSINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Karya: Kamto, M.Pd
Dalam kehidupan ini sosok manusia merupakan satu-satunya
makhluk yang mendapat keutamaan dengan kedudukan yang sangat mulia sebagai khalifah
Allah swt di muka bumi, yang mana tugas utamanya adalah memakmurkan bumi yang
dihuninya sesuai dengan kehendak Sang Pencipta yaitu Allah swt. Selain sebagai
khalifah Allah swt, manusia juga memiliki tugas lain yang juga harus
dijalankannya, yaitu sebagai ‘abdullah
(hamba Allah) –menyembah
kepada Allah swt dengan sebaik-baiknya yang didasari oleh rasa
ihlas sebagai seorang hamba.[1]
Untuk menunjang peran dari tugas dan fungsinya
tersebut, manusia oleh Allah swt dibekali dengan berbagai keunikan serta adanya
potensi yang sangat luar biasa yang bisa dikembangkan terus secara kontinyu
dalam rangka membawa kebahagiaan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Diantara
potensi tersebut adalah adanya berbagai macam indera yang melekat seperti
penglihatan, pendengaran akal pikiran, hati, dan lain-lain dengan segala
keunikannya. Dalam hal ini
Al-Qur’an menegaskan kemampuan atau potensi tersebut dalam surat An-Nahl
ayat 78 :
وَاللّٰهُ اَخۡرَجَكُمۡ مِّنۡۢ بُطُوۡنِ اُمَّهٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
شَيۡـــًٔا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصٰرَ وَالۡاَفۡـِٕدَةَ ۙ
لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
Artinya :
“Dan Allah swt
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur” (QS. An-Nahl : 78).[2]
[1] Tugas dan sekaligus peran manusia tersebut
tercermin dengan jelas sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Dzariyah
ayat 56 yang artinya “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
menyembah-Ku”. Lihat Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya
(Jakarta: Depag RI, 1997), hlm. 524
[2] Ibid,
hlm. 423
Tidak ada komentar:
Posting Komentar