IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK DAN MUTU PENDIDIKAN
ISLAM
(Kamto)
ABSTRACT
Strategic management is a top management to be implemented on all
levels within the organization in
order to achieve the objectives that have been formulated to achieve an organization. While the quality
of Islamic education is conformity with the
needs of Islamic education. Like a quality company is a company that controls market share because the results of its
production in accordance with the needs of
consumers, resulting in satisfaction for consumers. If consumers feel satisfied, then they will be faithful
in buying the company product
either in the form of goods or services. The strategic management process consists of three stages,
first, strategy formulation, strategy implementation and strategy assessment. Strategy formulation includes vision and mission development,
identification of organizational
external threats, awareness of internal strengths and weaknesses, setting long-term goals, searching for
alternative strategies, and selecting specific
strategies to achieve
goals. The implementation of the strategy
includes the development of a supportive culture of strategy,
the creation of an effective
organizational structure, the redirection of marketing efforts, budget
preparation, development and utilization of information, and the association of employee compensation with organizational performance.
ABSTRAK
Manajemen strategik merupakan manajemen
puncak untuk diimplementasikan pada seluruh jajaran dalam organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan yang sudah dirumuskan guna
mencapai suatu organisasi. Sedangkan mutu pendidikan Islam ialah kesesuaian dengan kebutuhan pendidikan Islam. Ibarat perusahaan yang bermutu ialah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka
mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan baik berupa barang maupun jasa. Proses manajemen strategik terdiri
atas tiga tahap, pertama, perumusan
strategi, penerapan strategi
dan penilaian strategi.
Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi ancaman eksternal
organisasi, kesadaran akan kelebihan dan kelemahan
internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi
tertentu untuk mencapai
tujuan. Sedangkan penerapan
strategi itu mencakup
pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengerahan ulang upaya- upaya
pemasaran, penyiapan anggaran,
pengembangan serta pemanfaatan informasi, dan pengaitan kompensai karyawan
dengan kinerja organisasi.
Kata Kunci : Manajemen strategik dan Mutu Pendidikan Islam
I. PENDAHULUAN
Menurut Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Baswedan
mengatakan bahwa sekolah
Indonesia yang tidak memenuhi standar kelayakan minimal itu 70 persen lebih (Suara Merdeka.com: 2014). Data hasil survei tentang
Human Development Index (HDI)
oleh United Nation Development Program
atau UNDP menyatakan bahwa Indonesia menempati
peringkat 113 dari 177 negara di dunia (Abdul Hadi dan B. Nurhayati: 2010,2).
Kondisi realitas yang disampaikan oleh Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anis Baswedan dan hasil survei oleh UNDP di atas, dapat dijadikan
refleksi pendidikan kita yang notabene merupakan negara berkembang dalam menghadapi era global mendatang khususnya pendidikan Islam.
Dengan demikian setiap komponen pendidikan
secara hirarkis perlu mengoptimalkan daya kemampuan dalam meningkatkan manajemen dan
taktik-strateginya untuk mengambil kebijakan
dalam menghadapi era globalisasi.
Perlu diketahui bahwa pengaruh globalisasi tidak dapat dihindarkan dari setiap pendidikan, khususnya
pendidikan Islam untuk melakukan perubahan dan pembenahan dalam rangka
mencapai mutu yang diharapkan pelanggan. Di dunia pendidikan Islam saat ini, persaingan tidak dapat dihindarkan dengan munculnya
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari play group/RA, MI, MTs, MA sampai perguruan
tinggi. Tentu ini sebuah tantangan bagi dunia pendidikan Islam kita
untuk melakukan upaya-upaya penataan
organisasi dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pendidikan Islam yang disesuai
dengan tuntutan perubahan
baik ditingkat prilaku
konsumen maupun produsen pendidikan.
Perubahan di tingkat perilaku konsumen misalnya, dalam hal ini adalah masyarakat (orang tua dan siswa). Konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan, fasilitas pendidikan maupun biaya pendidikan. Oleh kareena itu manajemen pendidikan Islam harus mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat dan dapat bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional bahkan dalam konteks global.
Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing dan tuntutan perubahan akibat derasnya arus globalisasi, maka penerapan manajemen
strategik menjadi sebuah
keniscayaan, terutama di lembaga pendidikan Islam. Dengan penerapan
manajemen strategik, lembaga
pendidikan Islam akan mampu bersaing dan dapat meningkatkan kualitas
mutu dan layanan pendidikan serta mampu mengantisipasi dinamika perubahan.
II.
PEMBAHASAN
A.
Implementasi Manajemen
Strategik Pada Pendidikan Islam
1.
Pengertian
Manajemen Strategik
Meskipun para pakar memberikan definisi yang berbeda-beda tentang
manajemen strategik, suatu
hal yang biasa dalam kegiatan
ilmiah kiranya tidak akan jauh dari kebenaran
apabila dikatakan bahwa manajemen strategik
adalah “serangkaian keputusan
dan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran
suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”
(Sondang P. Siagian:
2011,15).
Pengertian manajemen strategik
dalam konteks ini adalah serangkaian dan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak suatu pendidikan Islam untuk
diimplementasikan pada seluruh jajaran
dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah dirumuskan guna mencapai tujuan pendidikan Islam. Namun
demikian menjadi suatu kebutuhan bagi
kita semua untuk tidak hanya berhenti dipengertian saja, tetapi harus mengetahui tahap-tahap dari proses manajemen
startegi yang dibutuhkan untuk mencapai mutu pendidikan Islam.
2. Tahap-Tahap Proses Manajemen Strategik
Proses manajemen strategik
terdiri atas tiga tahap, pertama,
perumusan strategi, penerapan
strategi dan penilaian
strategi. Perumusan strategi
mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi
ancaman eksternal organisasi, kesadaran akan kelebihan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang,
pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi
tertentu untuk mencapai tujuan.
Sedangkan penerapan strategi
itu mencakup pengembangan budaya yang suportif
pada strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran,
pengembangan serta pemanfaatan informasi, dan pengaitan kompensai karyawan
dengan kinerja organisasi.
Adapun penilain strategi
itu mencakup tiga aktifitas penting,
yaitu: pertama, peninjauan ulang faktor-faktor ekternal dan internal yang menjadi landasan
bagi strategi saat ini. Kedua, pengukuran kinerja,
dan ketiga pengambilan langkah korektif (Fred R. David:
2011,6-7).
Tahapan-tahapan manajemen strategik
ini, jika diterapkan sebagaimana mestinya pada sebuah lembaga pendidikan Islam, maka niscaya akan tercipta kondusifitas lembaga
untuk menjadi suatu tim yang
kompetitif baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Untuk menerapkan faktor-faktor yang ada
tersebut sangat dibutuhkan komitmen
dan konsistensi dalam rangka mencapai mutu pendidikan Islam yang
ditargetkan.
3.
Langkah-langkah Rumusan Strategi pada Manajemen Strategik
Dalam merumuskan suatu strategik, menejemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritika.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Menentukan
misi pokok organisasi
b) Mengembangkan profil organisasi
c) Mengenal lingkungan organisas
d)
Analisis SWOT organisasi
e)
Mengidentifikasi pilihan secara kewajaran
berkenaan dengan tujuan
yang dicapai
f)
Menjatuhkan
pilihan pada suatu alternatif yang dipandang paling
tepat
g) Menentukan sasaran
jangka panjang
h) Memperhatikan pentingnya oprasionalisasi keputusan dasar
i)
Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai
standart.
j)
Pemanfaatan
teknologi
k) Bentuk, tipe dan struktur
organisasi
l)
Menciptakan
suatu system pengawasan
m) Menciptakan suatu system umpan balik (Sondang P. Siagian: 2011, 16-17).
Dari pembahasan di atas kiranya
jelas bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya dan
managemen pendidikan Islam pada
khususnya ialah adanya rencana
berskala besar yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuaanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.
4. Dimensi Manajemen Strategik pada Pendidikan Islam
Sudah diketahui secara umum, bahwa dalam suatu perencanaan selalu mengandung resiko dan selalu
terdapat elemen ketidakpastian. Untuk mengurai
atau memperkecil dampak ketidakpastian itu, berbagai dimensi
keputusan strategik dalam Manajemen strategic
perlu dikenali dan diperhitungkan. Dalam manajemen strategik
terdapat dimensi yang sifatnya multidimensional. Dimensi manajemen strategik yang sifatnya multidimensional tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Dimensi keterlibatan manajemen puncak
b) Dimensi alokasi dana, sarana dan prasaran
c)
Dimensi waktu keputusan strategik
d) Dimensi orientasi masa depan
e) Dimensi lingkungan eksternal (Sondang P. Siagian: 2011,17-20).
Melihat lima dimensi sebagai bahan pertimbangan utama dalam menentukan kebijakan yang sifatnya
strategis, kalau dihubungkan dengan pendidikan Islam, maka setidaknya pendidikan Islam untuk mencapai organisasi yang lebih baik akan
menghadapi tantangan yang multilateral
di masa mendatang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sondang, bahwa terdapat beberapa tantangan yang harus
diperhatikan oleh manajemen puncak di
masa-masa mendatang. Tantangan tersebut meliputi: globalisasi ekonomi, keanekaragaman tenaga kerja, perkembangan teknologi, demografi, moralitas
dan etika bisnis,
peningkatan taraf hidup, pengangguran dan perobahan geopolitik (Sondang P.
Siagian: 2011, 20).
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Rancang Bangun
Sistem Manajemen Strategik
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasannya suatu organisasi seperti
pendidikan Islam sayogyannya punya kemampuan untuk merumuskan dan menentukan strategi
organisasinya sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya
mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh
melakukan penyesuaian dan perobahan
yang diperlukan sehingga organisasi semakin meningkat efektivitas dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi
demikian, para anggota
manajemen puncak harus menguasahi teknik-teknik desain atau rancang
bangun sistem manajemen
strategik yang tepat
dan cocok bagi organisasi yang dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan antara lain
adalah :
a) Tipe dan struktur organisasi
b) Gaya menejerial
c) Kompleksitas lingkungan eksternal
d) Kompleksitas proses produksi
e) Hakikat berbagai masalah yang dihadapi (Sondang P. Siagian: 2011, 23).
6.
Implementasi
Manajemen Strategik pada Pendidikan
Islam
Suatu strategik yang telah diformulasikan dengan baik belum menjamin
bahwa dalam implementasinya juga akan sukses atau memberikan hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan. Untuk itu agar formulasi strategi
dapat diimplementasikan dengan baik, Samuel Carlo dan Paul Perter memberikan suatu model sederhana
tentang proses implementasi strategi tersebut, yaitu meliputi: analisis
perobahan, analisis struktur
organisasi, analisis kepemimpinan, analisis budaya perusahaan “organisasi pendidikan”, dan evaluasi implementasi strategik.
a). Analisis Perubahan
Analisis perubahan merupakan elemen yang pertama dalam model implementasi strategik. Perubahan yang dianalisis dalam tahap ini
dipandang sebagai sebuah proses perubahan dari yang tingkat sederhana sampai pada tingkat
perobahan yang sangat kompleks.
Tingkatan perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi akan menentukan pendekatan
strategik perubahan yang ditetapkan
dalam setiap kondisi. Pendekatan strategik perubahan dibagi kedalam beberapa
pola yang memiliki
ciri-ciri tertentu, yaitu:
(a) Tidak ada perubahan yang signifikan, maksudnya
adalah pendekatan strategik
perubahan yang dilakukan sama dengan yang digunakan dalam periode sebelumnya.
(b) Perubahan
rutin, maksudnya adalah menyangkut perubahan di dalam daya tarik pemasaran yang digunakan perusahaan
/organisasi untuk maksud memikat
pelanggan.
(c) Perubahan
terbatas, maksudnya adalah terdapat banyak varian pendekatan strategi perubahan
karena produk dapat menjadi
baru dengan melakukan
variasi-variasi yang dapat membawa perubahan pada format organisasi dalam lingkup
yang terbatas.
(d) Perubahan
radikal, maksudnya adalah pola ini terjadi sebagai suatu proses untuk melakukan reorganisasi perusahaan
/organisasi atau menata ulang
perusahaan/organisasi
(e) Organizational redirection, maksudnya adalah kondisi ini terjadi
pada perusahaan/organisasi yang melakukan merger dan akuisisi pada industri/organisasi yang berbeda (Iwan Purwanto, 2012, 229-231).
b) Analisis Struktur
Organisasi
Analisis struktur organisasi ini menjadi sangat diperlukan karena menurut Certo dan Peter,
setidaknya ada dua alasan utama mengapa
perlu adanya analisis struktur organisasi, yaitu : Pertama, struktur organisasi akan menjelaskan bagaimana
kebijakan akan disusun. Kedua, menjelaskan bagaimana sumber daya akan dialokasikan (Iwan Purwanto, 2012, 231-232).
Struktur organisasi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu : formal dan informal.
Namun dalam realitasnya, bentuk struktur organisasi dapat dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu :
(a) Struktur organisasi sederhana, yaitu struktur
organisasi yang hanya
memiliki dua tingkatan : pemilik modal dan karyawan
(b) Struktur
organisasi fungsional, yaitu struktur organisasi yang terdiri dari director
dan manajer-menejer. Dimana setiap menejer bertanggung jawab terhadap salah
satu dari berbagai fungsi
yang ada.
(c) Struktur organisasi divisional, yaitu struktur
organisasi yang terdiri dari director dan manajer
devisi-manajer divisi. Dimana manajer
devisi mempunyai hak untuk mengembangkan suatu
strategi masing-masing dan menghadapi persaingan yang mungkin saja berbeda dengan divisi yang lain.
(d) Struktur organisasi SBU, yaitu struktur
organisasi yang memakai
model CEO, dimana struktur organisasi ini mengelompokkan
sejumlah devisi berdasarkan pada orientasi produk yang diarahkan pada pasar, karena devisi disusun
berdasarkan tipe konsumen dan atau wilayah.
(e) Struktur organisasi matrik, yaitu struktur
organisasi yang digunakan untuk memudahkan pengembangan
dan pelaksanaan berbagai program
atau proyek dengan
tujuan untuk mencapai
tanggapan yang lebih cepat dan koordinasi yang lebih baik (Iwan Purwanto, 2012,234-238).
Analisis struktur organisasi ini, dapat kita jadikan gambaran untuk menentukan perobahan struktur yang
tepat dalam organisasi atau lembaga
pendidikan Islam.karena ada hubungan yang erat antara pilihan strategik
dengan pelaksanaan struktur.
Struktur memaksa beberapa
perluasan strategik, sebaliknya strategik memaksa
perubahan struktur. Jadi, pertanyaan yang sangat penting bukan mana yang dilakukan lebih dahulu, tetapi bagaimana keseluruhan paket strategik dan
implementasinya dipadukan demi terciptanya tujuan organisasi.
a) Analisis Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah aspek yang sangat penting dalam implementasi strategik, karena implementasi strategik perlu dikukuhkan dengan nilai yang dianut dan gaya
kepemimpinan yang tetap. Hal ini akan memepengaruhi sampai seberapa jauh implementasi strategik
mau didelegasikan dan dilembagakan dengan
tingkat pengendalian yang tepat.
Analisis kepemimpinan yang mengacu pada gaya kepemimpinan sebagai ranah implementasi
strategi banyak terkait dengan sifat
kepemimpinan, motivasi, keputusan, komunikasi, dan proses pengendalian serta pengembangan budaya perusahaan atau organisasi semacam lembaga pendidikan.
Aspek tersebut diatas menjadi landasan bagi pengembangan dan penentuan dimensi
gaya-gaya kepemimpinan mana yang diterapkan oleh pemimpin perusahaan/organisasi. Ada beberapa pendekatan untuk menilai gaya kepemimpinan. Geoffrey
G. Meredith dalam Iwan Purwanto
mengklasifikasikan gaya kepemimpinan dalam dua kelompok,
yaitu: gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada orang (Iwan Purwanto,
2012, 242).
Sependapat dengan Geoffrey
G. Meredith, tokoh yang bernana Robert R. Blake dan Jane S.
Mounton masih dalam Iwan Purwanto, keduanya
juga sepakat bahwa implementasi strategi
mengenai gaya kepemimpinan juga mengacu pada dua dimensi
yaitu: dimensi manusia
dan dimensi produksi.
Teori mereka ini dikenal dengan istilah managerial grid. Yaitu teori
yang menyatakan ada lima
kategori gaya kepemimpinan yang dianggap sebagai
gaya kepemimpinan pokok yang diimplementasikan dalam manajemen, yaitu :
(a)
manajemen jelek, dengan
skor (1,1)
(b)
manajemen
tugas, dengan skor (9,1)
(c)
manajemen
di tengah-tengah, dengan
skor (5,5)
(d)
manajemen
Country Club dengan skor
(1,9)
(e)
manajemen tim, dengan skor (9,9) (Iwan Purwanto,
2012, 244- 245).
Gaya kepemimpinan di atas, akan mempengaruhi iklim organisasi
yang akhirnya mempengaruhi budaya organisasi. Jadi iklim organisasi mengukur apakah harapan terpenuhi atau tidak, sedangkan budaya organisasi merupakan
bentuk dari harapan itu. iklim
organisai bersifat teknis dan dapat dikendalikan dalam jangka pendek,
sedangkan budaya organisasi biasanya bersifat strategis
dan dikendalikan dalam waktu
yang relatif lebih panjang.
b) Analisis Budaya
Perusahaan atau Organisasi
Analisis budaya organisasi
adalah elemen penting dalam implementasi
manajemen strategik, karena budaya orgnisasi terdiri atas berbagai elemen yang tidak semuanya diamati secara mudah. Budaya perusahann atau organisasi muncul
dalam dua tingkatan, yaitu tingkatan
yang kurang terlihat semisal niali-nilai yang dianut oleh anggota organisasi dan yang terlihat
semisal pola prilaku
organisasi.
Proses kemunculan budaya organisasi dimulai
secara bertahap yaitu melalui
empat tahapan, pertama, manajemen
puncak, dimana seorang
pucuk pimpinan akan mengembangkan dan berusaha mengimplementasikan suatu visi, filosofi
dan strategi. kedua,
prilaku organisasi, yaitu berupa karya-karya implementasi, ketiga,
hasil, secara proses dipandang dari berbagai segi organisasi itu berhasil dan berkesinambungan secara
bertahun-tahun. keempat, budaya, dimana suatu budaya muncul, mencerminkan visi dan strategi
serta pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam
implementasinya.
Dengan memahami tahapan-tahapan kemunculan budaya organisasi, sebelum melakukan
langkah-langkah strategis terhadap perubahan budaya organisasi sebaiknya
mengukur implementasi yang akan ditimbulkan akibat adanya
perubahan budaya organisasi dengan tiga instrument pertannyaa, yaitu; (1) seberapa
besar perubahan yang akan
terjadi pada aktivitas organisasi?, (2) seberapa besar budaya organisasi akan mampu beradaptasi?, (3) bagaimana tingkat
keahlian dari manajemen
yang ada?. Setelah
diukur dan mengetahui sebetapa besar dampak yang ditimbulkan terhdap eksistensi
organisasi, maka dilakukan pilihan alternatif yang akan diambil manajemen sesuai dengan strategi
yang akan diimplementasikan. Pilihan tersebut
adalah (1) tidak mengherokan budaya organisasi, (2) mengubah budaya organisasi agar sesuai dengan strategi, (3) mengubh strategi agar
sesuai dengan budaya organisasi.
c) Evaluasi Implementasi Strategi
Pada tahap implementasi strategi, keberhasilannya dipengaruhi oleh perubahan, struktur
organisasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi, namun kenyataannya ada berbagai kemungkinan keberhasilan implementasi strategi.
Dengan empat
formulasi
strategik ini, tampaklah bahwa keberhasilan manajemen strategik tidak hanya terletak dari formulasi strategi yang baik
tetapi terletak pada implementasinya
yang baik.
Untuk bisa menentukan posisi kombinasi keduanya,
maka diperlukan kemampuan
mengevaluasi untuk melihat
kemampuan implementasi
strategi. Evaluasi terhadap implementasi manajemen strategi adalah sangat penting untuk mempertahankan kinerja agar tetap sejalan dengan tujuannya. Oleh karena itu dari waktu ke waktu, organisasi harus melakukan penelaahan kritis terhadap sasaran
dan efektifitas implementasi strategi. Setiap organisasi secara periodik harus menilai kembali
pendekatan formulasi stateginya terhadap implementasinya. Sehingga
akan segera diketahui
keterpaduan keduanya. Termasuk
kombinasi manakah dari keempat kombinasi
formulasi strategi, sehingga
menejemen akan segera dapat melakukan
langkah-langkah strategi untuk
mengatasinya.
B. Implementasi Manajemen Mutu Pada Pendidikan Islam
a.
Pengertian
Manajemen Mutu
Pengertian manajemen menurut beberapa ahli sangat
bervariasi, diantaranya; Menurut
Nickles, Mc Hingh dan Mc Hugh , management is the process
used be accompalish organizational goals through planning,
organizing, directing, and controlling people and other organizational resources. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui
rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengandalian orang-orang serta sumber
daya organisasi lainnya.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan
efisian. Sedangkan menurut George R. Terry, “manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling
(pengendalian) kinerja dengan menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telahditentukan.” (Akdon,
2007, 23).
Dengan demikian manajemen
merupakan proses terorganisir yang dilakukan oleh seorang menejer untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara bersama-sama.
b. Pengertian Mutu
Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Abdul Hadi dan Nurhayati dalam bukunya Manajemen Mutu
Pendidikan menurut para ahli yaitu:
1)
Menurut Juran, mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk
tersebut didasarkan atas lima ciri
utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu
kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan;
(5) etika, yaitu sopan santun
2)
Menurut Crosby, mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu
tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi
3)
Menurut Deming, mutu ialah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka
mereka akan setia dalam membeli
produk perusahaan baik berupa
barang maupun jasa.
4)
Menurut Feigenbaum. mutu adalah kepuasan
pelanggan sepenuhnya (full customer
satisfication). Suatu produk
dianggap
bermutu
apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan
konsumen atas produk yang dihasilkan.
5)
Garvi dan Davis, menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan
dengan produk , tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan
pelanggan (Abdul Hadi & Nurhayati: 2010, 84-85).
Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan akan
kebutuhan atau keinginan pelanggan
terhadap sebuah produk. Dalam konteks pendidikan Islam, untuk merelevansikan dengan kebutuhan maka sekiranya cukup relevan dalam makalah ini menggunakan pendekatan manajemen mutu. Ketika pengguna pendidikan Islam merasa
terpuaskan oleh input dari sebuah
pendidikan, maka di situlah letak mutu pendidikan Islam.
C. Implementasi Manajemen Strategik
dan Mutu Pendidikan Islam
1. Wujud Idealitas Implementasi Manajemen Strategik dan Mutu di Pendidikan Islam
Wujud ideal ketika manajemen strategik
dan manajemen peningkatan mutu di implementasikan dalam pendidikan Islam, maka setidaknya akan tercapainya idealitas
pendidikan sebagaimana tujuan yang
diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Disisi lain akan terwujudnya tujuan pendidikan Islam
yaitu terciptanya insan kamil dan akrom (Ulil Albab, ulil Absor, Ulin Nuha) sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Qur’an.
Wujud idealitas implementasi manajemen strategik dan mutu pendidikan akan muncul di setiap lefel
dan jenjang pendidikan, suatu organisasi pendidikan yang bercirikan :
a)
Produktivitas tinggi
b)
Posisi kompetisi
c)
Keunggulan
teknologi
d)
Keunggulan
SDM
e)
Iklim kerja kondusif
f)
Etika dan tanggung jawab sosial
2. Wujud realitas implementasi manajemen strategik dan mutu di pendidikan Islam
Salah satu masalah
yang sangat dominan
seperti yang telah diungkap dalam pendahuluan adalah kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya
dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas pendidikan merupakan
suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Secara garis besar ada dua faktor utama yang menyebabkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia masih belum atau kurang
berhasil yaitu:
Pertama, strategik pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat
input oriented. Strategik yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan
telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku
(materi ajar) dan alat belajar
lainnya, penyediaan sarana
pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga
pendidikan (sekolah) akan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek: 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi
dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran
birokrasi di tingkat
pusat. Akibatnya, banyak
faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya
di tingkat mikro
(sekolah). Atau
dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat
terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Sebelum membahas lebih jauh, ada beberapa masalah
mutu pendidikan yang diutarakan oleh Deming yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua hal
yaitu :
1.
Kendala mutu pendidikan secara umum
a.
Desain kurikulum yang lemah,
b.
Bangunan yang tidak
memenuhi syarat,
c.
Lingkungan
kerja yang buruk,
d.
Sistem dan prosedur yang tidak sesuai,
e.
Jadwal kerja yang serampangan,
f.
Sumber daya yang kurang, dan
g.
Pengembangan
staf yang tidak memadai.
2.
Kendala mutu pendidikan secara khusus
a.
Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati,
b.
Anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang guru atau manajer pendidikan.
c.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota,
d.
Kurangnya
motivasi,
e.
Kegagalan
komunikasi, dan
f.
Kurangnya sarana dan prasarana yang memenuhi (Sallis,
Edward: 2006, 103).
Dan secara umum, pendidikan kita mengalami kelemahan pada : produktivitas, posisi kompetisi, pendayagunaan teknologi, SDM, etika dan tanggung
jawab sosial.
D. Solusi
Problem Implementasi Manajemen Strategik dan Mutu
Pendidikan Islam
Berdasarkan kendala dan kelemahan dalam pendidikan kita, maka sekiranya dicarikan solusi untuk
mengatasinya, solusi itu diantaranya adalah :
1.
Kedewasaan
menyikapi perobahan
a)
Memperjelas
atau merumuskan strategic intent
Strategic Intent diartikan sebagai
artikulasi kriteria yang singkat atau karakteristik apa yang mau dicapai oleh perusahaan atau organisasi
b)
Membangun dan mengembangkan organisasi di kelembagaan pendidikan Islam
c)
Membentuk
kultur organisasi
Kultur organisasi sejumlah asumsi penting
(sering tidak dinyatakan) yang disepakati oleh
anggota suatu organisasi.
2. Membangun tim manajemen puncak
a)
Tim manajemen puncak terdiri
dari manajer kunci yang bertanggung jawab dalam memformulasikan dan menerapkan strategi perusahaan
b)
Tim manajemen puncak yang heterogen dengan
berbagai macam keahlian
dan pengetahuan dapat ditarik ke dalam berbagai perspektif ketika mengevaluasi
strategi alternatif dan membangun consensus
c)
Tim manajemen puncak juga harus mampu untuk berfungsi
secara efektif sebagai
tim untuk menerapkan strategi. Sebuah tim yang heterogen membuat hal tersebut menjadi lebih sulit
d)
Menerapkan
kepemimpinan strategic yang efektif
3.
Menentukan
arah strategic
a)
Arah Strategik berarti pengembangan visi jangka panjang
maksud strategik perusahaan.
b)
Pemimpin yang kharismatik
bisa membantu pencapaian maksud strategik.
c)
Penting untuk tetap
mempertahankan kekuatan organisasi ketika perubahan diperlukan oleh arah strategik
yang baru.
d)
Eksekutif harus menyusun perusahaan secara efektif untuk mencapai visi.
4. Memanfaatkan & Mempertahankan Kompetensi Inti
a)
Kompetensi inti adalah sumber daya dan kapabilitas yang berguna sebagai
sumber keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan atas pesaing -pesaingnya.
b)
Pemimpin strategik
harus membuktikan bahwa kompetensi perusahaan ditekankan dalam usaha penerapan strategi.
c)
Di banyak perusahaan besar,
dan yang pasti dalam perusahaan related diversified,kompetensi inti dimanfaatkan secara efektif ketika kompetensi inti tersebut dikembangkan dan diterapkan pada unit-unit
organisasi yang berbeda.
d)
Kompetensi inti tidak bisa dikembangkan atau dimanfaatkan secara efektif tanpa adanya pengembangan kapabilitas modal manusia.
5.
Mengembangkan Modal Manusia
a)
Modal manusia menunjuk kepada
pengetahuan dan ketrampilan keseluruhan tenaga kerja
yang dimiliki perusahaan.
b)
Pekerja dipandang
sebagai sumber daya kapital yang membutuhkan investasi.
c)
Tidak satupun strategi yang efektif kecuali
perusahaan mampu mengembangkan dan mempertahankan pekerja
yang handa untuk melaksanakannya.
d)
Pengembangan dan manajemen modal manusia perusahaan bisa menjadi penentu
utama kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memformulasikan dan
menerapkan strategi
6.
Mempertahankan Budaya Organisasi yang Efektif
a)
Budaya organisasi meliputi
kumpulan yang kompleks mengenai ideologi,
simbol, dan nilai inti yang berlaku dalam perusahaan dan mempengaruhi cara menjalankan
usahanya.
b)
Mempertajam budaya perusahaan merupakan
tugas sentral kepemimpinan strategik yang
efektif.
c)
Budaya organisasi yang tepat mendorong
pengembangan orientasi kewirausahaan pekerja dan kemampuan
untuk mengubah budaya
jika diperlukan.
d) Pembaruan teknik
dapat memudahkan proses
ini.
7.
Menekankan
Praktek Etika
a)
Praktek etika meningkatkan efektifitas proses penerapan strategi.
b)
Perusahaan yang etis mendorong
dan
memungkinkan individu pada seluruh
tingkat organisasi untuk melakukan penilaian
etika.
c)
Untuk mempengaruhi penilaian etika dan kebiasaan
pekerja dengan tepat, praktek etika
harus membentuk proses
pembuatan keputusan perusahaan dan menjadi bagian
integral budaya organisasi.
d)
Pemimpin menentukan suasana untuk terciptanya sebuah lingkungan yang saling menghormati, kejujuran dan praktek
etika antar pekerja.
8.
Mengubah budaya dan pembaharuan teknik
a)
Semua pekerja dalam
perusahaan adalah penting
b)
Semua pekerja harus terus menciptakan nilai dalam pekerjaan
mereka
c)
Terus belajar adalah
bagian vital untuk
semua pekerjaan karyawan
d)
Kerjasama
tim penting untuk
implementasi keberhasilan
e) Masalah akan teratasi
hanya jika tim menerima tanggung
jawab untuk mencari solusi
9. Menciptakan Keseimbangan Kontrol Organisasi
a)
Kontrol organisasi menyediakan parameter strategi
dan tindakan koreksi mana yang akan diterapkan.
b)
Pengawasan keuangan
sering ditekankan dalam perusahaan besar dan
berfokus pada hasil keuangan jangka pendek.
c)
Pengawasan strategik lebih berfokus pada kandungan tindakan
strategik, dari pada hasilnya.
d)
Pemimpin strategik
yang berhasil, menyeimbangkan pengawasan strategik dan pengawasan keuangan
(mereka tidak menghapuskan pengawasan keuangan) denganmaksud untuk mencapai penghasilan
jangka panjang yang lebih baik.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Implementasi manajemen strategik
dan mutu di pendidikan Islam secara
ideal mewujudkan pendidikan dan outcamnya yang punya ciri produktivitas tinggi, siap dalam posisi
kompetisi baik dalam maupun di luar
dan tetap sportif dan kondusif, mampu mendayagunakan teknologi sebagai mana mestinya, mempunyai SDM yang
tinggi sebagai wujud kualitas mutu
pendidikannya, mempunyai etika dan tanggung jawab social dalam pengamalan dan pengabdiannya pada masyarakat, sehingga outcam pendidikan tidak mengalami
degradasi moral dan siap menjawab problem dirinya sebagai mahluk individu dan sosial.
2. Dalam realitasnya manajemen
strategik dan mutu pendidikan Islam
jauh dari yang diharapkan, kendala baik secara umum maupun khusus sebagaimana pendapat Deming dan kelemahan yang multidimensi mulai dari segi SDM, produktivitas, etika, tanggung jawab social, menejerial organisasi, dan lemahnya
kompetisi, perlunya pendidikan Islam ditata
ulang.
3. Kesenjangan antara idealitas
dan realitas tersebut,
perlu dicarikan solusi, ada beberapa solusi problem dalam hal ini, yaitu: kedewasaan menyikapi
perobahan, membangun tim manajemen puncak,
menentukan arah strategic, memanfaatkan & mempertahankan kompetensi inti, mengembangkan modal manusia, mempertahankan budaya organisasi yang efektif, menekankan praktek etika,
mengubah budaya dan pembaharuan
teknik, menciptakan keseimbangan kontrol organisasi.
B.
Saran
1. Segenap organisasi atau lembaga pendidikan Islam hendaknya membangum
kembali sistem manajerialnya.
2. Segenap organisasi atau lembaga pendidikan Islam hendaknya menerapkan MBS dan TQM untuk menjamin
mutu kualitas pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Strategic Managemen
For Education Managemen Menejemen Strategi Untuk Menejemen
Pendidikan, Bandung:Alfa Beta, 2007.
Alma Buchori,
Huriyati Ratih, Manajemen Corporate Dan
Strategi Pemasaran Jasa Pendidian,Bandung:Alfa Beta, 2009.
David, Fred R, Manajemen strategiks Konsep, Dono Sunardi,
Edisi ;12, Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2011.
Depdiknas. 2010. Manajemen
Berbasis Sekolah. www.mgp-be.depdiknas.go.id. Diakses dari alamat www.mgp- be.depdiknas.go.id/cms/upload/publikasi/m01u02a.pdf. di akses pada tgl 24 November 2014
Edward Salis, Alih Bahasa Ali Riyadi Dkk, Total Quality
Managemen In Education:Manajemen Mutu Pendidikan, Yogakarta:Irchisod, 2006.
Fariadi,
Ruslan. 2010. Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan. http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total- quality-management-tqm-dan.html, diakses
23 November 2014.
Hadi Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung
:Penerbit Alfa 2010
Ihsan Dacholfany Dan Evi Yuzana .2009. dikutip
dari http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/ 2009/05/15/ manajemen- berbasis-sekolah-mbs/. Diakses tanggal 23 September 2014.
Purwanto
Iwan, Manajemen strategik,
Bandung:Penerbit Yrama Widya, 2012. Siagian, Sondang P Manajemen Strategik, Jakarta:Bumi Aksara, 2011.
Suara Merdeka.com, Anis Baswedan
Janji Perhatikan Pendidikan Rakyat Indonesia, diakses
pada hari sabtu, 22 November
2014, Pukul 19.10 WIB.
Suharsaputra, Uhar. Drs. 2009. Membangun Pengawasan
Pendidikan Berorientasi Mutu. Dikutip dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/07/06/membangun- pengawasan-pendidikan-berorientasi-mutu/. Diakses tanggal 20 September 2014
.http://pdf-sdm.blogspot.com/2013/08/manajemen-strategi-mutu-pendidikan.html, diakses
tgl 21 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar