›
Artikel
Teman Tapi Menikah (Karya: Melly Lestari)
Teman Tapi Menikah
Karya: Melly Lestari
Mungkin itu adalah judul yang tepat untuk kisah kita, teman. Enam tahun lamanya kita berteman tanpa pernah saling menaruh rasa. Semua berjalan begitu saja. Tak aku sangka, seorang lelaki yang kini menjadi suamiku adalah seorang teman lama yang tak pernah aku sebut namanya dalam doa-doaku sebelumnya.
Pertama kali kita bertemu pun tak sengaja, engkau adalah rekanku satu angkatan di organisasi tingkat pelajar Kabupaten Pati saat itu, aku dari cabang Kecamatan Kayen, dan engkau dari cabang Kecamatan Gabus, tetangga kecamatan memang. Kira-kira tahun 2014. Sudah lama sekali :D
Tak ada yang spesial di pertemuan pertama itu, bahkan aku tidak terlalu mengenalmu, hanya tahu sekilas, karena engkau di posisikan bersamaku dan 2 teman lain di bawah devisi pers dan jurnalistik, meski begitu kita berbeda bidang, engkau di fotografaer dan aku di tulisan.
Tahun 2015. Aku menjadi pengurus di komunitas yang bergerak di bidang pers lagi, saat itu kita memproduksi majalah. Ya, majalah yang disebarkan via online dan offline itu mengamanahi aku untuk menjadi pimpinan redaksi, di situ aku tahu kamu memang unggul di bidang desain. Akhirnya engkau direkrut untuk ikut bergabung mengembangkan majalah ini. Dan kamu pun menyanggupinya. Seperti biasa, tugasmu di majalah ini adalah sebagai fotografer dan desainer.
Selain itu, di tahun ini pula aku mulai merintis penerbitan Penerbit Alqalam yang masih aku pegang hingga sekarang. Kamu, adalah orang yang memberikan desain gratis berupa logo kepada penerbitku alqalam, logo yang kamu desainkan tahun 2015 itu masih aku pakai hingga sekarang, dengan sedikit perubahan tanpa mengubah konsep. Entah bagaimana takdir Allah, Allah selalu menghubungkan kita, meskipun kita hanya berupaya untuk saling tolong menolong sebagai teman biasa, pun tak pernah ada rasa yang spesial.
Tahun 2016. Aku mulai masuk ke perguruan tinggi, dan engkau pun sudah lebih dulu kuliah di universitas swasta di daerah Kudus. Kuliah di kampus yang berbeda, ternyata kita masih saling dikaitkan oleh Allah. Aku sengaja bergabung ke organisasi intra kampus yaitu LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) pun kamu, tanpa ada janjian, tanpa chattingan, Allah menggerakkan hatimu untuk bergabung pula di LPM kampusmu. Meski kampus kita berbeda, LPM kita berbeda, namun antara LPM satu dengan yang lain di area Kudus, Pati, Rembang dan Jepara, kita disatukan oleh PPMI (Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia). Di antara kegiatannya adalah pertemukan untuk musyawarah kota DKM (Dewan Kota Muria) yang meliputi empat wilayah tadi. Kita pun bertemu kembali, kesempatan kali itu ada di kampusmu, tepatnya di aula masjid kampus UMK. Beberapa kali kita kembali bertemu saat pelatihan-pelatihan desain, tentunya engkau sebagai mentor, dan kami sebagai murid :D
Tahun 2017. Sudah menjadi kebiasaanku untuk meminta desain kepadamu, wkwkwk. Sebagai anggota organisasi pelajar yang saat itu diamanahi di bidang jurnalis lagi dan lagi.:D aku kembali meminta tolong untuk membuatkan desain cover majalah yang akan diterbitkan oleh pengurus anak cabang, alhamdulillah engkau menyanggupi, dan kembali membuatkan desain, tanpa pernah engkau memberikan tarif, dan tanpa pernah aku bayar, alias gratis, wkwkwk....
Tahun 2018. Kecelakaan menghampiriku, tulang kakiku patah, beberapa bulan aku berdiam di rumah berharap bisa segera sembuh dan bisa jalan normal kembali. Aku pasrah, tugas-tugas kampus dan organisasi terbengkalai, di rumah aku hanya fokus untuk sembuh dan fokus mengurus penerbitanku yang sedang ramai-ramainya kala itu. Majalah yang aku urus pun aku handel sebisanya. Tinggal beberapa hari lagi presentasi majalah, tapi kondisiku tidak memungkinkan. Akhirnya aku pasrahkan kepada temanku untuk mempresentasikannya, karena aku sama sekali belum bisa jalan, dan harus pakai kursi roda atau alat penyangga.
Malam itu kamu chat kalau mau datang ke rumah, untuk melihat majalah sekaligus melihat kondisiku. Aku sudah pulang dari rumah sakit, berbekal maps google, engkau datang. Jam 7 engkau berangkat, sampai rumah jam 9 malam, karena kasasar, aku masih gaptek saat itu, ga tau caranya ngirim GPS. Wkwkwk. Hanya sebentar, kemudian engkau menuju Kudus untuk kerja dan kuliah.
Tahun 2019. Jika biasanya aku yang meminta bantuan kepadamu, tahun ini engkau yang meminta bantuanku. Ya, sebisa mungkin aku akan membantumu, tentu saja. Kali ini berkaitan dengan kuliahmu, alhamdulillah, satu hari cukup untuk mengurus keperluanmu ini. Kita masih sama, berteman biasa seperti dulu-dulu, tanpa pernah saling menaruh rasa. Iya, tak ada yang spesial. Biasa saja.
Tahun 2020. Bulan februari aku mengadakan pelatihan website, satu mentor temanku, juga teman sekelasmu saat kuliah, dan engkau ikut gabung untuk menjadi mentor tambahan bagi timku alqalam yang berdomisili di Pati. Waktu berjalan sangat cepat. Bulan Maret, engkau menyatakan ingin menikahiku, whatt? Di antara dua pilihan saat itu, karena ada orang lain yang datang bersamaan denganmu, dengan berbagai pertimbangan, istikharah, aku mulai interview denganmu, dan ditemani satu mahramku. Aku interview panjang lebar kepadamu. Entah disebut taaruf atau apa, aku tidak ingin menaruh rasa apa-apa denganmu, semuanya netral, aku hanya ingin mengetahui jawabanmu dari pertanyaan-pertanyaanku. Setelah menimbang dan memilih, aku memutuskan untuk memilihmu, setelah bermusyawarah dengan orang-orang terdekatku, termasuk orangtuaku.
Di ujung kepasrahan saat itu, aku benar-benar tidak ingin membawa perasaan kepadamu, tidak ingin melibatkan perasaan apapun, takut ... jika kecewa yang aku temui. Semuanya aku pertimbangkan pakai otak, wkwkwk.
Ramadhan engkau dan rombongan keluargamu datang menghitbahku. Entah bagaimana rasanya, antara percaya dan tidak, ya Allah.. dia teman lamaku, apakah benar dia jodohku? Benarkah? Kita teman lho ... wwkwkwk ... segelintir pertanyaan aneh muncul. Di tengah takdir yang telah terjadi, dia menghitbahku, dan hari itu langsung dicari tanggal pernikahan, karena pandemi yang belum berakhir, keluarga memutuskan untuk melaksanakan akad terlebih dahulu, resepsinya setelah aku wisuda atau jika keadaan sudah membaik. Aku pun pasrah. Dulu, pernah aku target dengan diriku sendiri tanpa pernah memberitahumu, bahwa, jika proses kita lebih dari enam bulan dan belum halal, berarti aku bukan jodohmu, dhitung dari maret 2020. Ekstrim memang. Untuk itu, sebisa mungkin, aku selalu menetralkan perasaanku, agar tidak jatuh cinta kepadamu, sebelum sah di mata agama dan diakui oleh negara.
Syawal 2020. Tepatnya bulan Juni. Dia benar-benar mengucapkan kalimat akad nikah atasku. Sebuah perjanjian berat antara ia dan Allah SWT. Rekanku, teman lamaku, kini telah menjadi suamiku....
Perasaanku? Campur aduk, haru, bahagia, ga nyangka, bertanya-tanya... Ya Allah ... entah salah dalam berdoa atau bagaimana selama ini, meminta dipertemukan dengan jodoh kepada Allah, bahkan Allah telah mengabulkannya begitu lama, memang kurang detail dalam berdoa. Harusnya meminta untuk dipersatukan, tapi semuanya punya waktu. Inilah waktu yang tepat, waktu yang terbaik. Allah selalu punya rencana yang tidak disangka-sangka. Allah Maha Romantis.
Menikah dengan teman seangkatan di organisasi memang tidak pernah aku sangka. Namanya pun, tak pernah aku sebut dalam doa, menjalani ibadah terlama dalam pernikahan bersamanya membuatku sadar bahwa aku memang ditakdirkan untuk menjadi istrinya. Semoga kita selalu bersama, sehidup sesurga ya, sayang Ahmad Fa'id Al-Basyar ....
Aamiin aamiin ya Rabbal alamin
Perjalanan cintanya sungguh mengharukan, berasa kayak baca novel genre romance
BalasHapustunggu bukunya terbit kak, versi lengkapnya :)
BalasHapus