›
Artikel
Peran Media Islam
Peran Media Islam
Penulis: Mahardy Purnama
Joseph Goebbels, mantan petinggi Nazi dan juga mantan kanselir Jerman pernah mengatakan, “Kebohongan yang terus diulang-ulang, lama-lama akan diterima sebagai kebenaran. Bahkan orang yang menyebarkan kebohongan itupun ikut meyakini bahwa ia adalah kebenaran.” Teori ini kemudian dikenal dengan “Teori propaganda Goebbels”
Pada hari ini, media massa -baik cetak maupun elektronik- sebagai sarana yang paling cepat mempengaruhi pola pikir manusia, hadir dengan berbagai macam kepentingan. Mereka menyajikan berita-berita yang kadang merugikan pihak tertentu. Dan, dalam hal ini, Islam sering dirugikan dan disudutkan, sehingga citra Islam sebagai agama yang indah dan damai menjadi terkotori. Bahkan oleh umat Islam sendiri yang ‘awam’ ikut latah mendiskreditkan Islam, berikut syariatnya, akibat dari berita dan informasi yang mereka terima dari media-media sekular yang memiliki kepentingan terbalik dengan umat Islam.
Di sinilah peran umat Islam dan media-media Islam untuk membersihkan citra Islam yang tercoreng dan menampakkan bagaimana Islam sesungguhnya yang rahmatan lil alamin. Media-media Islam hendaknya berfungsi sebagai pembela Islam, menyajikan berita-berita yang memihak kepada Islam. Jika tersebar berita buruk tentang Islam dan kaum muslimin dari media-media yang tidak berpihak kepada Islam, maka media Islam hadir untuk melawannya serta membantah berita dusta mereka.
Kita bercermin dari peristiwa haditsul ifk, peristiwa tersebarnya fitnah dari kaum munafik dan Yahudi tentang bunda Aisyah bahwa beliau telah berbuat keji dengan salah seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu’atthal. Padahal Aisyah tidak mungkin melakukan perbuatan keji tersebut (zina). Namun, berita bohong yang dihembuskan oleh orang-orang munafik secara kontinyu menyebabkan beberapa sahabat Nabi ikut terpengaruh dan mulai membenarkan berita dusta tersebut.
Berita ini pun sampai kepada Rasulullah, Aisyah, dan keluarga beliau. Fitnah ini membuat rumah tangga Nabi sempat guncang, bahkan Nabi ‘menjauh’ dari Aisyah. Sementara Aisyah membanjiri kamarnya dengan air mata yang tak kunjung henti selama beberapa hari.
Di saat itulah Allah menurunkan firman-Nya surah An-Nur 11-20 yang membantah tuduhan dari para penebar fitnah bahwa Aisyah telah berbuat keji. Alqur’an menjamin kesucian Aisyah dan menyebut berita bohong itu sebagai “buhtanun azhim”, dusta yang sangat besar. Media Islam diharapkan seperti Alqur’an yang membela kesucian Islam. Allahu a’lam.
Penulis: Mahardy Purnama, penulis Alqalam di Makassar (sekarang lagi di Baubau sih ^ ^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar