Kenyataannya, suka dan
kagum itu boleh didefinisikan berbeda maknanya. Kalau sekedar kagum, bukan
bermaksud dia suka. Sebab kagum hanya perihal menyukai entah dari segi
kepribadian yang dia lihat padamu. Atau sebab yang lain terpancar dari dalam
dirimu. Tapi lebih indahnya jika kagum itu boleh berubah menjadi suka. Dan
alangkah indahnya, itu terjadi padaku.
Nyatanya, Cinta pada
pandangan pertama itu ada, bukan? Lantas
bagaimana denganku yang belum pernah sekalipun berjumpa dan menatap wajahmu
secara langsung bisa jatuh cinta? Sederhananya, rasa itu tidak bisa kita minta
untuk berlabuh di waktu bila dan dengan siapa orangnya.
Ada kalanya takdir
mempertemukanku denganmu, mungkin akan ada sebab yang diambil pelajaran
setelahnya. Jatuh hati padamu, bukan berarti kamu akan memiliki hal yang sama
denganku nantinya. Boleh jadi rasa itu hanya berpihak padaku seorang. Memang
terkadang seseorang dipertemukan bukan untuk disatukan bukan? Dia ada untuk
dikagumi, lalu kemudian disyukuri keberadaannya.
Seandainya memang Allah
mengizinkan kita untuk bertemu, aku hanya ingin menatap dalam kemanik matamu.
Aku hanya ingin menafsirkan bahwa cinta itu benar-benar ada untukku. Sebab yang
aku tahu, mustahil sekali orang sepertimu mampu jatuh cinta padaku. Aku percaya
kriteria perempuan yang kau inginkan tak ada pada diriku.
Jikalau engkau bertanya,
apakah aku bahagia jatuh cinta padamu? Tentunya diriku sangatlah bersyukur. Sebab ketika jatuh cinta
dengan seseorang, hati sudah memilih bahwa dia layak dijadikan keputusan untuk
mengukir harapan. Meskipun aku tahu, aku dan kamu menjadi kita mungkin hanya
ada dalam inginku. Dan hanya akan ada kecewa besar yang tercipta ketika harapan
kepada manusia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sang Pencipta.
Teruntuk dirimu, aku
tidak pernah kecewa jika nanti dirimu menemukan tambatan hatimu. Aku bersyukur
karena Allah telah memilihku dari sekian banyak manusia yang ada, untuk aku
bisa jatuh cinta kepadamu. Aku juga tidak kecewa, apalagi membenci diriku yang
mencintaimu.
Karena sejatinya cinta
itu anugerah, bukan suatu kebencian. Dan hadirnya cinta di hati seseorang itu
bukan terletak pada manusia, melainkan dalam genggaman Allah subhanahu wa ta
‘ala.
Tiap embusan angin membawa
kenangan yang menusuk, dan harapan tampak begitu jauh di ufuk yang tak
terjangkau. Namun dalam kegelapan itu mungkin ada ruang bagi penyembuhan yang
perlahan. Meskipun sulit dipercaya saat ini, waktu mampu mengubur luka dan
menggantinya dengan ketenangan baru.
Tiap warna dan suara yang
menelisik, memainkan kenangan teriring melodi yang mendayu. Tiap sudut, seakan
memaparkan isyarat, mencapai tabir kerinduan yang terkubur waktu. Mengusap
lembut dari debu kesibukan yang melumuri. Untaian doa kembali merangkai di
sudut abadi yang telah siap kapan pun dan di mana pun tinta itu tergores.
Misteri tak luput
mengiringi. Derai kesejukan dari-Mu menciptakan telaga warna tiada terlukis
dalam ilusi. Tiada banding dengan fatamorgana. Menghias setiap lorong dengan kemilaunya.
Meski bukan menjadi fokus utama dari sekian banyak yang terhampar, namun kan
tetap menjadi salah satu yang begitu temaram di antara kemilaunya.
Rindu dan misteri...
Banjarnegara, 27 Agustus 2023
Baca juga: Teror Hantu di Rumah Kost
Aufa Nasihat Innisa. Lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tahun 2003. Pemilik nama pena Nisya Nasihat ini tengah melanjutkan pendidikannya di kota kelahirannya. Aktif menulis di beberapa bidang kepenulisan. Beberapa karyanya dapat di temukan di beberapa buku antologinya seperti, Epigram Rasa, Sajak Luka, Setulus Tulip Putih, Lentera Jiwaku, dan lain sebagainya. Karya solo pertamanya juga telah terbit dalam buku fiksi berjudul Secarik Kain Sorban. Jejaknya bisa di jelajahi melalui akun Instagramnya; @nisyanasihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar